DALAM Islam kita meyakini bahwa mati adalah hal yang pasti. Dunia hanyalah tempat sementara yang suatu saat akan sirna.
Seorang muslim sering kali melupakan bahwa akan ada akhirat sesudah dunia nanti. Setelah mati, justru kehidupan yang sebetulnya baru di mulai.
Berikut dua perumpamaan mati yang harus kita ketahui!
1. Mati Tanpa Bekal Ibarat Mengarungi Laut Tanpa Perahu
Jelas untuk itu seorang muslim membutuhkan bekal. Maka di dunia adalah tempat untuk mengumpulkan bekal-bekal tersebut.
Tapi sering kali manusia hidup di dunia seakan bisa hidup selamanya. Padahal satu detik ke depan pun tidak ada yang tahu bahwa Allah masih memembri kesempatan untuk hidup atau tidak.
Seperti yang tertera dalam Al-Qur’an QS. Al-A’Raf: 34,
“Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu).”
BACA JUGA: 13 Ayat Alquran Tentang Kematian, Berisi Nasihat dan Pesan
Bahkan mau ke mana saja kita lari dan menghindar mati itu pasti. Allah berfirman dalam Al-Qur’an,
“Katakanlah, “Sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya, ia pasti menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Al-Jumu’ah: 8).
Maka, karena kita tidak mengetahui kapan kematian itu datang, kita tidak boleh menyia-nyiakan waktu yang sudah Allah berikan.
Waktu, napas dan umur kita hari ini adalah layaknya kesempatan yang Allah berikan untuk mengumpulkan bekal atau amal sholeh.
Hal itu diriwayatkan dari Abu bakar ash Shiddiq ra. Beliau berkata,
“Siapa yang masuk kubur tanpa membawa bekal, ia ibarat orang yang mengarungi laut tanpa perahu.”
Ini menunjukkan bahwa seorang orang tidak menyiapkan bekal maka akan tenggelam layaknya seorang yang mengarungi laut tanpa perahu. Pasti ia akan sangat tersiksa, tidak punya jalan keluar dan resah.
Balasan Allah akan kemaksiatan kita sangat pedih, kita tak akan kuat menghadapinya. Maka minta ampun kepada Allah dari sekarang dan perbanyaklah amal kebaikan sebelum mati.
Allah SWT berfirman,
“Azab Allah sangat pedih, tetapi rahmat dan ampunan-Nya juga Maha luas. Dan Dialah Yang Maha Pengampun bagi mereka yang bertobat, Maha Pengasih bagi makhluk-Nya.” (QS. Al-Buruj).
https://www.youtube.com/watch?v=PTZo1DGn7wI
2. Mayat dalam Kubur Seperti meminta Pertolongan
Setelah mati tidak ada yang bisa menolong kita kecuali Allah sebagai sebaik-baik penolong. Allah berfirman,
“Disebabkan kesalahan-kesalahan mereka, mereka ditenggelamkan lalu dimasukkan ke neraka, maka mereka tidak mendapat penolong selain Allah.” (QS. Nuh: 25).
Sehebat apa pun kita, sebanyak apa pun harta kita dan sekuasa apa pun kita tetap akan mendapatkan balasan dari apa pun yang sudah kita kerjakan selama di dunia.
Rasulullah ﷺ juga bersabda,
“Seorang mayat di alam kuburnya itu tidak lain seperti orang tenggelam yang minta pertolongan.”
Islam telah memberikan petunjuk bagi seorang hamba di setiap langkahnya. Maka seorang muslim harus menjadi bagian dari orang-orang yang bisa memetik hikmah dari ayat-ayat-Nya.
Bahkan pada sejarah-sejarah pun Allah telah membuktikan kuasanya, Allah memberi balasan atas apa yang diperbuat. Layaknya Firaun yang mendapatkan azab yang sangat keras.
BACA JUGA: 13 Ayat Alquran Tentang Kematian, Berisi Nasihat dan Pesan
Hal itu tertera dalam Al-Qur’an,
“Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka, dan Fir’aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk. Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya Kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): “Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras”. (QS. Al-Mu’minun: 45-46).
Mudah-mudahan dua perumpamaan di atas dapat membuat seorang muslim lebih memahami hakikat kehidupan yang sebenarnya.
Bahwa sebetulnya hidup bukan hanya sebatas hidup, hidup perlu tujuan dan bekal. Tujuannya adalah mendapat ridhonya dan bekalnya adalah melakukan amal sholeh.
Keduanya dilakukan hanya karena Allah SWT semata. Semoga kita semua bisa berkumpul di akhirat dengan perasaan gembira dan suka cita.
Maka perbaikilah diri sejak sekarang, agar ketika kematian itu datang kita sudah dalam keadaan tenang dan tak ada sedikit pun penyesalan.
SUMBER: Nasha ‘ih al-‘ibad fi Bayani Alfahzi al-Munabbihat’ala Isti’dad Li Yaum al-Ma’ad | Oleh: Syekh Nawawi al-batani | Penerjemah: Fuad Saifudin Nur | WALIPUSTAKA | 2016