SEBAGAI seorang muslim kita diperintahkan untuk beriman kepada Allah SWT. Dan ternyata ada empat tanda keimanan yang perlu kita ketahui.
Hal ini sebagaimana sebagian hukama’ mengatakan,
“Tanda-tanda keimanan kepada Allah SWT itu ada empat, yaitu ketakwaan, rasa malu, bersyukur dan kesabaran”.
Lantas apakah ke empat hal tadi sudah ada pada diri setiap muslim atau malah masih amat jauh dari tiap individu muslim?
BACA JUGA: Ini Dia 1 Keimanan yang Dikagumi Rasulullah
1. Empat Tanda Keimanan: Ketakwaan
Allah berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Ali Imran: 102).
Sebagai seorang muslim tentu kita harus bertakwa kepada Allah SWT. Yaitu dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi segala larang-Nya.
Bukan hanya itu, seorang muslim pun harus melaksanakannya dengan rasa ikhlas hanya karena Allah SWT semata.
Bahkan ada pula yang mengartikan bahwa takwa itu harus dibarengi dengan adab-adab syariat. Dan adapun hendaknya mengikuti sunnah Nabi Muhammad ﷺ mulai dari ucapan dan perbuatan.
Semoga kita termasuk orang yang bertakwa dan termasuk orang yang memiliki tanda keimanan pada tiap diri.
(9) KISAH MASYITHOH WANITA TEGUH MEMPERTAHANKAN IMAN, DIREBUS OLEH FIR’AUN – YouTube
2. Empat Tanda Keimanan: Rasa Malu
Rasa malu itu ada dua macam. Pertama, malu yang bersifat naluriah. Yaitu rasa malu yang dikaruniakan oleh Allah SWT kepada setiap manusia.
Malu yang bersifat naluriah ini adalah seperti rasa malu saat auratnya terbuka dan lain sebagainya.
Kedua, malu yang bersifat naluriah. Yaitu adalah rasa malu yang dengan itu mencegah seorang muslim untuk melakukan kemaksiatan. Hal ini karena takut kepada Allah SWT.
Adapun dahulu Rasulullah ﷺ bertemu seorang Anshar. Pada saat itu seorang Anshar sedang menasihati saudaranya yang pemalu. Saat mendengar itu Rasulullah ﷺ bersabda,
“Biarkan dia demikian, karena rasa malu itu bagian dari iman” (HR Bukhari-Muslim)
Dalam hadis lain, Rasulullah mengatakan: “Rasa malu semuanya baik’’ (HR Muslim).
Hal ini menunjukkan hendaknya setiap muslim memiliki rasa malu dan semoga rasa malu itu mengantarkan kepada ketaatan, menjauhkan dari kemaksiatan dan sebagai tanda keimanan.
BACA JUGA: Muslim Wajib Tahu, Ini 3 Pembatal Keimanan yang Harus Diwaspadai
3. Empat Tanda Keimanan: Bersyukur
Bersyukur memiliki banyak arti, yaitu berarti memuji orang-orang yang beramal baik dan menyebutkan kebaikan yang orang tersebut lakukan.
Ada juga arti yang lain, yaitu syukur kepada Allah SWT. Hal ini bisa dilakukan dengan memuji Allah dan mengingat segala nikmat yang telah Allah berikan kepada setiap hamba.
Allah juga berfirman dalam QS. Ibrahim: 7,
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.””
Maka salah satu tanda keimaan adalah dengan banyak bersyukur. Karena nikmat allah sangat melimpah kepada kita.
Allah berfirman,
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya.” (QS. An-Nahl: 18).
4. Empat Tanda Keimanan: Kesabaran
Tanda keimanan yang terakhir adalah kesabaran. Yaitu sabar atas segala musibah dan ujian yang menimpa.
Maka hendaknya seorang muslim berdoa kepada Allah SWT. Yaitu agar merasa puas dengan rezeki yang Allah berikan, agar Allah memelihara dari yang dilarang oleh-Nya.
Juga berdoa agar kita dikumpulkan dengan bersama umat Nabi Muhammad ﷺ, agar terhindar dari kemaksiatan dan selalu mengingat Allah di mana pun dan kapan pun.
Maka bersabarlah atas hal-hal yang terjadi dan berpayalah untuk terus menjadi hamba yang kokoh keimanannya.
Itulah empat tanda keimanan yang perlu seorang muslim ketahui. Semoga kita termasuk dari hamba yang memiliki empat tanda di atas hingga sampai kepada puncak keimanan.
Rasulullah ﷺ bersabda,
“Puncak keimanan itu ada empat perkara, yaitu sabar terhadap putusan, ridha pada takdir, ikhlas dalam bertawakal dan berserah diri kepada Allah SWT.” (HR. Abu Nu’aim).
SUMBER: Nasha ‘ih al-‘ibad fi Bayani Alfahzi al-Munabbihat’ala Isti’dad Li Yaum al-Ma’ad | Oleh: Syekh Nawawi al-batani | Penerjemah: Fuad Saifudin Nur | WALIPUSTAKA | 2016