DIVA Kurnianingtyas, hijaber asal Malang, berhasil menyabet gelar doktor termuda di usianya yang baru 24 tahun. Diva tercatat telah menyelesaikan studi S3-nya di Departemen Teknik Sistem dan Industri Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya. Prosesi wisudanya sendiri baru akan dijalaninya pada Ahad, 10 Oktober 2021 mendatang.
https://www.instagram.com/p/CUUiVw7vNqy/
Prestasi Diva Kurnianingtyas, doktor termuda dari ITS
Diva berhasil lulus S3 (doktor) di usianya yang baru 24 tahun 9 bulan. Catatan akademiknya cukup menyita perhatian.
BACA JUGA:Â Mahasiswa ITB Raih Juara di Kontes Robot Terbang Indonesia 2020
Sebelumnya, Diva telah menempuh S1 Teknik Informatika di Universitas Brawijaya Malang hanya dalam waktu 3,5 tahun.
Setelah tiga bulan bekerja di bidang Data Engineering, Diva mengambil beasiswa program Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU) di ITS jurusan Teknik Sistem dan Industri.
“Saya di ITS menempuh studi S2 selama setahun dan studi S3 selama tiga tahun,” ungkapnya.
Motivasi Diva Kurnianingtyas, doktor termuda dari ITS
Gadis kelahiran Malang, 13 Desember 1996, ini menyampaikan bahwa motivasi terbesarnya adalah membahagiakan dan membanggakan ibunya.
“Sejujurnya, saya tidak pernah berekspektasi kuliah lanjut di usia muda. Tetapi karena keinginan serta doa beliau (ibunya, red), saya bisa mencapai titik ini,” ujarnya.
BACA JUGA:Â Jadi Mahasiswa Termuda di Unpad, Ini Pesan Elysia untuk Generasi Muda
Proyek dan penelitian Diva Kurnianingtyas, doktor termuda dari ITS
Selama kuliah, muslimah berhijab ini telah banyak terlibat dalam proyek dan penelitian. Dia juga beberapa kali mempresentasikan penelitiannya dalam konferensi internasional hingga publikasi jurnal terindeks ‘Scopus’.
“Sejauh ini bidang yang saya tekuni adalah Perencanaan dan Manajemen Kesehatan, Pemodelan Simulasi, Data Mining, Pemrograman, serta Optimasi,” ucapnya.
Di akhir masa studinya, dalam disertasinya Diva mengangkat topik mengenai perancangan, pengembangan, dan perencanaan sistem asuransi kesehatan nasional.
BACA JUGA:Â Baru Usia 18 Tahun, Hijaber Ini Jadi Lulusan Termuda di Universitas Toronto Kanada
Tujuannya adalah untuk memperoleh strategi alternatif mekanisme rujukan kesehatan agar anggaran keuangan stabil, premi terjangkau, dan kualitas program meningkat.
Temuan dalam penelitian disertasinya ini adalah faktor krusial yang menyebabkan defisit keuangan terjadi karena kepatuhan peserta dalam membayar premi setiap bulan dan inefektif sistem rujukan.
Meskipun banyaknya peserta yang menunggak pembayaran, mengubah rujukan atau penetapan premi peserta menjadi solusi yang perlu dipertimbangkan.
“Hal ini karena dapat mengurangi terjadinya anggaran keuangan yang mengalami defisit,” katanya.
BACA JUGA:Â Hijaber Berusia 21 Tahun, Maya Nabila Jadi Mahasiswi S3 Termuda di ITB
Ke depannya, Diva ingin fokus pada peningkatan pengetahuan dan kemampuannya dalam mengoptimasi sistem sektor kesehatan sebagai bentuk implementasi dua keilmuannya yaitu Teknik Informatika serta Teknik Sistem dan Industri.
“Pastinya saya ingin ilmu yang saya terima bisa bermanfaat bagi diri saya dan orang lain,” ucapnya.
Pesan Diva Kurnianingtyas, doktor termuda dari ITS
Menjadi mahasiswa termuda dibandingkan teman-teman kuliahnya, Diva mengaku banyak tantangan yang dirasakan. Pertama, ia harus belajar secara cepat agar bisa menyelesaikan studi tepat waktu.
Kedua, studi di usia muda menjadi tantangan tersendiri bagi mentalnya. Khususnya belajar bagaimana mengontrol emosi serta menerima keadaan yang tidak selalu sesuai dengan ekspektasi.
BACA JUGA:Â Dokter Termuda Berasal dari Palestina
Dia pun mengungkap tips selama menjalani studinya.
“Yang terpenting adalah belajar sabar. Studi S3 tidak seperti studi S1 dan S2 yang terus belajar ilmu pengetahuan, melainkan belajar ilmu kehidupan yang tidak pernah diperoleh sebelumnya,” terangnya.
https://www.instagram.com/p/CThiDnCJhPV/
Terakhir, Diva menyampaikan terima kasih kepada ITS dan pihak-pihak di dalamnya yang telah memberikan kesempatan untuk ia belajar dan memperoleh banyak pengalaman. Tidak lupa, dirinya juga memberikan pesan bijak untuk mahasiswa ITS, khususnya yang sedang menjalani studi S3.
“Seringkali kita melupakan bahwa setiap orang memiliki ujian dan jalan hidup yang berbeda, kita tidak perlu membandingkan diri kita dengan orang lain apalagi sampai menghakiminya. Tetap semangat untuk menyelesaikannya,” pungkasnya. []