SEBAGAI seorang muslim tentu perlu nasihat-nasihat yang dapat menguatkan diri, di sini ada enam nasihat Yahya bin Mu’adz yang sangat perlu diketahui.
Nasihat Yahya bin Mu’adz ini berhubungan dengan ilmu, kebaikan dan akhirat. Enam nasihatnya berbunyi seperti ini,
“Ilmu itu penuntun amal, kepahaman itu wadahnya ilmu. Akal itu pembimbing pada kebaikan, hawa nafsu itu kendaraan dosa. Harta itu pakaiannya orang-orang sombong dan dunia itu pasarnya akhirat.”
Lantas apa maksud nasihat Yahya bin Mu’adz di atas? simak penjelasannya di bawah ini.
1. Nasihat Yahya bin Mu’adz: Ilmu Itu Penuntun Amal
Dalam Islam tentu menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim. Hal ini karena dengan ilmu seorang muslim dapat mengetahui yang benar dan yang salah.
Jadi, semakin ia banyak belajar, maka seharusnya semakin mengarahkannya kepada melakukan amal yang benar.
Bila beramal tanpa ilmu, maka seorang muslim bisa salah niat, salah tujuan dan salah tata cara dalam beramal. Begitu pun jika ilmu tidak digunakan untuk beramal, maka ilmu tidak akan mengalir dan percuma begitu saja.
Salah seorang ulama salaf berkata:
“Barang siapa yang beribadah kepada Allah tanpa ilmu, maka kerusakan yang ditimbulkannya lebih banyak daripada kebaikan yang diharapkan.”
2. Nasihat Yahya bin Mu’adz: Kepahaman Itu Wadahnya Ilmu
https://www.youtube.com/watch?v=ZJcLZ1ulSIU
Hendaknya sebagai seorang muslim menuntut ilmu dengan sungguh-sungguh. Yaitu sampai kepada kepahaman. Jangan sampai hanya setengah-setengah dan malah menghasilkan kebingungan.
Karena sejatinya ilmu itu memberi petunjuk pagi siapa saja yang mempelajarinya, Bila ia tidak sungguh-sungguh maka ia akan melewatkan petunjuk tersebut dan keliru dalam memahami dan mengaplikasikannya.
Bahkan dalam Islam menuntut ilmu sangat penting dan tidak boleh ditinggalkan.
BACA JUGA: Ilmu Agama Adalah Cahaya
3. Nasihat Yahya bin Mu’adz: Akal Itu Pembimbing Kebaikan
Manusia diberikan akal agar dapat menggunakannya dengan baik. Yaitu sebagai sarana membedakan baik dan buruk. Tak lupa juga sebagai sarana untuk terus bisa melaksanakan amalan-amalan yang Allah perintahkan.
Mereka yang mengoptimalkan akalnya, pasti akan menemukan kebenaran Islam yang luar biasa. Dan juga mengarahkannya pada pengaplikasian perintah Allah Ta’ala.
“Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal.” (Az-Zumar: 18).
4. Nasihat Yahya bin Mu’adz: Hawa Nafsu Itu Kendaraan Dosa
Bagaimana tidak, karena setan sering sekali menggoda manusia melalui hawa nafsu. Maka hendaknya manusia mengoptimalkan akalnya untuk menerima petunjuk dan perintah Allah agar menyampingkan hawa nafsunya.
Karena bila hawa nafsu sudah menguasai diri, manusia tidak akan terkendali dan dengan mudah melakukan hal-hal yang menyimpang dari perintah-Nya.
Maka hawa nafsu harus dibendung dengan banyak-banyak mengingat Allah. Dan firman Allah SWT:
“Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya).”(Q.S. An-Nazia’at 40- 41.)
5. Nasihat Yahya bin Mu’adz: Harta Itu Pakaian Orang Sombong
Sebagai seorang muslim hendaknya harta bukanlah untuk dipamerkan dan membuat diri menjadi sombong. Tapi hendaknya benar-benar digunakan untuk ketaatan.
“Dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta.” Q.S. Al-‘Aadiyaat : 8)
Seperti bersedekah, menolong, bermanfaat bagi sekitar dan lainnya. Karena harta itu dari Allah, maka harus digunakan di jalan Allah. Dan harus diingat pula harta hanyalah titipan yang sementara.
6. Nasihat Yahya bin Mu’adz: Dunia Itu Pasarnya Akhirat
Maksud di sini adalah, dunia sebagai sarana mengumpulkan bekal sebanyak-banyaknya untuk akhirat. Maka setiap waktu di dunia jangan di sia-siakan begitu saja.
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Al-Qasas: 77).
Itulah enam nasihat Yahya bin Mu’adz, semoga setiap muslim dapat menjadikan nasihat ini untuk pelajaran hidup yang bisa diamalkan. Dan juga semoga dapat mengarahkan untuk selalu taat kepada Allah dan menyiapkan diri untuk akhirat kelak.
SUMBER: Nasha ‘ih al-‘ibad fi Bayani Alfahzi al-Munabbihat’ala Isti’dad Li Yaum al-Ma’ad | Oleh: Syekh Nawawi al-batani | Penerjemah: Fuad Saifudin Nur | WALIPUSTAKA | 2016