Oleh : Siti Fatimah Abdi
fatimahabdi18@gmail.com
NIAT itu seperti surat, salah nulis alamat, akan sampai ke salah tempat. Begitupula ketika beribadah maupun beramal, jika hanya diniatkan untuk mencari perhatian manusia—agar dianggap baik atau sholeh/ah—maka itu pula-lah yang akan dapatkan.
إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ وإِنَّما لِكُلِّ امريءٍ ما نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُولِهِ فهِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُوْلِهِ ومَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُها أو امرأةٍ يَنْكِحُهَا فهِجْرَتُهُ إلى ما هَاجَرَ إليهِ
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.” (HR. Bukhari dan Muslim) [HR. Bukhari, no. 1 dan Muslim, no. 1907)
BACA JUGA: Meninggalkan Maksiat Tidak Wajib dengan Niat
Memulai start beramal dengan niat yang salah hanya akan membuatmu sibuk mencari perhatian pada makhluk. Padahal, bukankah justru itu hanya akan membuatmu letih tak berujung?
Sekalipun yang kau lakukan adalah ‘kebaikan’, namun jika dimulai dan berada di jalur niat yang salah—tanpa ada revisi untuk diluruskan—maka hasilnya pun tidak akan benar. Jika belajar serta menuntut ilmu hanya karena ingin dipuji dan dianggap hebat, maka bukankah itu berarti kita hanya ingin mendapat kedudukan di-sisi makhluk dan mengabaikan balasan kebaikan di-sisi-Nya?
BACA JUGA: Menggabungkan Niat Ibadah dan Tujuan Duniawi
Ingat kembali, kamu hanya akan diantarkan sesuai dengan niat yang kamu tuliskan. Beda niat, beda capaian.
Salah niat, salah hasil!
So, what is your intention? []