MENCARI nafkah, atau bekerja dalam Islam merupakan amal shalih yang bernilai pahala sangat besar. Allah SWT akan memberi keberkahan pada setiap nafkah yang diberikan seseorang kepada keluarganya. Selain itu, nafkah kepada keluarga akan diganti Allah dengan rezeki yang lebih baik lagi.
Tidak hanya itu, Allah SWT juga menyebut para pencari nafkah, sebagai orang yang sedang berjihad di medan perang. Sehingga jika dia wafat ketika sedang bekerja mencari nafkah, maka matinya syahid.
Dari Abu Hurairah, Nabi SAW bersabda,
دِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِى رَقَبَةٍ وَدِينَارٌ تَصَدَّقْتَ بِهِ عَلَى مِسْكِينٍ وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ أَعْظَمُهَا أَجْرًا الَّذِى أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ
“Satu dinar yang engkau keluarkan di jalan Allah, lalu satu dinar yang engkau keluarkan untuk memerdekakan seorang budak, lalu satu dinar yang engkau yang engkau keluarkan untuk satu orang miskin, dibandingkan dengan satu dinar yang engkau nafkahkan untuk keluargamu maka pahalanya lebih besar (dari amalan kebaikan yang disebutkan tadi, pen)” (HR. Muslim no. 995).
BACA JUGA: Berikut 2 Pekerjaan Terbaik menurut Nabi Muhammad
Bekerja dalam Islam
Bekerja dalam Islam, jika dilakukan dengan ikhlas, maka akan menuai pahala besar. Dari Sa’ad bin Abi Waqqosh, Nabi saw. bersabda,
إِنَّكَ لَنْ تُنْفِقَ نَفَقَةً تَبْتَغِى بِهَا وَجْهَ اللَّهِ إِلاَّ أُجِرْتَ عَلَيْهَا ، حَتَّى مَا تَجْعَلُ فِى فِى امْرَأَتِكَ
“Sungguh tidaklah engkau menginfakkan nafkah (harta) dengan tujuan mengharapkan (melihat) wajah Allah (pada hari kiamat nanti) kecuali kamu akan mendapatkan ganjaran pahala (yang besar), sampai pun makanan yang kamu berikan kepada istrimu.” (HR. Bukhari no. 56).
Hadits ini menunjukkan bahwa bekerja dalam Islam, bisa mendapatkan pahala dan ridha Allah SWT jika diniatkan dengan ikhlas. Namun jika itu hanya aktivitas harian semata, atau yakin itu hanya sekedar kewajiban suami, belum tentu berbuah pahala.
Bekerja dalam Islam, lalau memberikan nafkah kepada keluarga, tergolong amalan sedekah. Dari Al Miqdam bin Ma’dikarib, ia berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda,
مَا أَطْعَمْتَ نَفْسَكَ فَهُوَ لَكَ صَدَقَةٌ وَمَا أَطْعَمْتَ وَلَدَكَ فَهُوَ لَكَ صَدَقَةٌ وَمَا أَطْعَمْتَ زَوْجَتَكَ فَهُوَ لَكَ صَدَقَةٌ وَمَا أَطْعَمْتَ خَادِمَكَ فَهُوَ لَكَ صَدَقَةٌ
“Harta yang dikeluarkan sebagai makanan untukmu dinilai sebagai sedekah untukmu. Begitu pula makanan yang engkau beri pada anakmu, itu pun dinilai sedekah. Begitu juga makanan yang engkau beri pada istrimu, itu pun bernilai sedekah untukmu. Juga makanan yang engkau beri pada pembantumu, itu juga termasuk sedekah” (HR. Ahmad 4: 131. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan).
Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menghendaki agar manusia mencari rezeki dengan bekerja. Ketika seorang hamba telah menunaikan kewajiban shalatnya, Allah memperkenankan setiap orang untuk kembali ke pekerjaannya masing-masing dan meraih karunia Allah lewat pekerjaannya itu.
Bekerja dalam Islam
Bekerja dalam Islam juga harus dibarengi dengan terus mengingat Allah, karena pada hakikatnya Allah lah yang memberikan rezeki.
Allah SWT berfirman:
فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِن فَضْلِ اللَّـهِ وَاذْكُرُوا اللَّـهَ كَثِيرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ ﴿١٠﴾
“Apabila telah selesai shalat, maka bertebaranlah kamu semua di muka bumi, dan cari olehmu sebagian dari karunia Allah, dan berzikirlah kamu kepada allah dengan zikir yang banyak, agar kalian beruntung.” (Alquran surat Al Jumuah ayat 10).
Oleh karena itu, seorang Muslim itu tidak boleh berpangku tangan kepada orang lain dalam kehidupannya. Sebab Allah sangat mencintai orang-orang yang ikhlas bersusah payah dalam mencari rezeki yang halal.
قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُؤْمِنَ الْمُحْتَرِفَ.
Rasulullah ﷺ bersabda: Sesungguhnya Allah itu mencintai orang mukmin yang bekerja. (HR. Thabrani).
Bekerja dalam Islam juga dapat memberikan kenikmatan ketika kita membelanjakan harta dari kerja keras. Apa yang dimakannya dari hasil pekerjaannya yang halal akan terasa nikmat dan penuh keberkahan.
Dan janganlah bagi seorang Muslim malu terhadap pekerjaannya selagi itu halal. Karena yang seharusnya malu adalah orang yang tidak mau bekerja dan hidupnya bergantung pada orang lain.
Nabi Daud Alaihi Salam adalah seorang nabi dan Rasul, ia juga seorang Raja, meski demikian nabi Daud juga bekerja.
Maka jangan sampai hanya karena orang tua sudah kaya raya, lantas tidak bekerja dan memilih hidup dengan menghabiskan kekayaan orang tua. Prilaku demikian tentu tidak mencerminkan pribadi seorang Muslim.
BACA JUGA: Berikut Ayat-ayat Al-Quran tentang Bekerja, Semoga dapat Memotivasi Kita
Bekerja dalam Islam
قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :مَاأَكَلَ أَحَدٌطَعَامًاقَطُّ خَيْرًامِنْ أَنْ يَأْكلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ وَاِنَّ نَبِىَّ اللَّهِ دَاوُدَكَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ.
Rasulullah ﷺ bersabda: Tidaklah seseorang memakan makanan yang lebih baik dari pada hasil kerja tangannya sendiri. Dan sesungguhnya nabi Daud itu makan dari kerja tangannya sendiri. (HR. Bukhari).
Lalu apa pekerjaan yang terbaik? Rasulullah menjelaskan:
وَسُئِلَ رَسُوْلُ اللَّه صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أَفْضَلِ الْكَسْبِ فَقَالَ: بَيْعٌ مَبْرُوْرٌ وَعَمَلُ الرَّجُلِ بِيَدِهِ.
Rasulullah ﷺ ditanya tentang seutama-utama pekerjaan. Maka nabi menjawab: Jual beli yang baik dan karya seseorang dengan tangannya sendiri. (HR Ahmad).
Maksud jual beli yang baik adalah jual beli yang sesuai syariat Islam. Yaitu tidak mengurangi timbangan, tidak menipu, serta membayar zakat bila hasil jual belinya telah memenuhi ketentuan wajib zakat, serta dan tidak terlena dengan jual belinya ketika telah masuk waktu shalat. Wallahu a’lam. []
SUMBER: REPUBLIKA