MENGETAHUI kriteria calon istri tentu itu harus, memiliki istri yang baik dan sholehah, merupakan impian setiap pria Muslim. Istri merupakan ma’mum dalam rumah tangga, pendamping seumur hidup, serta mandrasah pertama bagi anak.
Di dalam banyak kitab fiqih, para ulama menulis beberapa anjuran yang seharusnya juga menjadi bahan pertimbangan laki-laki dalam memilih pasangan atau calon istrinya. Berikut adalah 9 kriteria calon istri dalam islam:
Kriteria calon istri: Taat beragama (Sholehah)
BACA JUGA: Perhatikan 3 Tanda Calon Suami Penyayang
Dalam hadits tersebut dapat disimpulkan, dasar agama menjadi hal yang utama, dibandingkan dengan hal lainnya. Maksud dari wanita sholehah dalam hadits tersebut, ialah wanita yang taat kepada Agamanya. Taat kepada Allah dan Rasul-Nya, menjalankan perintah-Nya, serta menjauhi larangan-Nya.
Kriteria calon istri: Berasal dari keluarga yang baik
Kriteria kedua ialah berasal dari keluarga yang baik. Tentunya yang dimaksud di sini adalah bagaimana keadaan silsilah keturunannya. Di samping itu, seorang wanita yang berasal dari keturunan atau keluarga yang baik biasanya juga berasal dari lingkungan yang baik. Lingkungan yang tidak baik ialah kebiasaan, tradisi, dan perilaku yang bertentangan dengan syari’at Islam.
Lingkungan masyarakat yang mempunyai tradisi berjudi, membuka praktik pelacuran, gemar minum minuman keras, dan melakukan maksiat-maksiat lainnya merupakan contoh lingkungan yang tidak baik. Meski bisa saja ada seorang wanita yang tetap menjadi sosok terpuji meski hidup di lingkungan tersebut.
Kriteria calon istri: Kaya
Dalam hadits diatas juga menyebutkan ‘karna hartanya’, yaitu wanita yang kaya. Maksud dari kaya tersebut yaitu mampu menjaga harta suami nya, serta tidak berfoya-foya dengan harta tersebut.
Kriteria calon istri: Penyabar
Kriteria selanjutnya ialah penyabar. Kriteria ini juga sangat logis untuk dipertimbangkan. Apabila laki-laki ditanya, “Apakah tidak mau memiliki istri yang penyabar?”. Jawabannya pasti “ mau” tentunya.
Dalam kisah Asiyah binti Muzaahim radhiyallahu ‘anha, ia beriman kepada Nabi Musa ‘alaihis salam hingga akhirnya ia disiksa oleh Fir’aun.
Allah berfirman dalam Q.S. At-Tahriim ayat 11:
“Ya Allah, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam firdaus, dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim.
Maka Allah mengabulkan doanya, ia pun hidup di atas keimanan yang sempurna, keteguhan yang sempurna dan keselamatan dari segala fitnah (cobaan).
Rasulullah ﷺ bersabda,
“Laki-laki yang sempurna banyak, sedangkan wanita yang sempurna hanyalah Asiyah istri Fira’un dan Maryam bintu Imran, dan sesungguhnya kelebihan Aisyah daripada wanita lain adalah seperti kelebihan makanan tsarid (roti yang direndam dalam kuah) di atas makanan yang lain.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Sabar dalam bahasa Arab artinya lapang dada menerima kepahitan, kesulitan dan rintangan tanpa keluh kesah dan jengkel. Bila seseorang menggerutu menghadapi kesulitan, jengkel dan marah menghadapi rintangan. Dia dikatakan tidak sabar.
Istri yang sabar tidak hanya memberikan semangat dan dorongan hidup kepada suaminya dalam menghadapi segala macam tantangan dan rintangan, ia juga dapat menjaga kehormatan suami di hadapan anak-anak dan orang lain.
Kriteria calon istri: Tidak matrealistis
“Ada empat perkara, siapa yang mendapatkannya berarti kebaikan dunia dan akhirat, yaitu hati yang selalu bersyukur, lisan yang selalu berdzikir, bersabar ketika mendapatkan musibah, dan perempuan yang mau dikawini bukan bermaksud menjerumuskan (suaminya) ke dalam perbuatan maksiat dan bukan menginginkan hartanya.” (HR. Thabarani, adapun hadits ini adalah Hadits Hasan)
Wanita yang matrealistis, hanya bersedia menikah dengan pria kaya, dengan tujuan hanya mengincar harta. Saat suaminya kehilangan harta tersebut, kemungkinan besar ia akan meninggalkannya. Jadi, sebaiknya pilih wanita yang tidak matrealistis, untuk menjauhkan dari kemungkinan tersebut.
Kriteria calon istri: Taat dan amanah
“…Oleh sebab itu, wanita yang shalih ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara (dirinya dan harta suaminya) ketika suaminya tidak ada, karena Allah telah (menyuruh) memeliharanya..” (QS. An-Nisa’: 34)
Dan Nabi Muhammad ﷺ juga bersabda dalam hadits-nya yang artinya:
“Sebaik-baiknya istri, yaitu yang menyenangkanmu ketika kamu lihat, taat kepadamu ketika kamu suruh, menjaga dirinya dan hartamu ketika kamu pergi.” (HR. Thabarani dari Abdullah bin Salam)
Maksud taat dan amanah disini, yaitu mampu menjaga sesuatu saat suaminya tidak ada. Bukan hanya menjaga harta, namun juga menjaga diri serta kepercayaan suami.
Kriteria calon istri: Mampu memberi keturunan
Kriteria selanjutnya adalah subur. Subur di sini tentunya ialah wanita yang mampu melahirkan keturunan. Sebagaimana hadits Rasulullah ﷺ yang artinya:
“ Nikahilah wanita yang penyayang dan subur karena aku berbangga dengan banyaknya umatku pada hari kiamat.” (HR. Abu Dawud, senada dengan An Nasa’i dan Ahmad)
“ Nikahilah ibu-ibu dari anak-anak (yaitu wanita-wanita yang bisa melahirkan) karena sesungguhnya aku akan membanggakan mereka pada hari kiamat.” (HR. Ahmad)
Dari kedua hadits tersebut sudah jelas bahwa wanita yang baik untuk dijadikan istri ialah wanita yang subur (mampu melahirkan keturunan).
Kriteria calon istri: Cerdas dan berperangai baik
Kecerdasan akal merupakan tuntutan dalam kehidupan rumah tangga, karena rumah tangga yang baik tidak dihasilkan dari orang yang bodoh, dalam artian tidak dapat mengatur rumah tangganya sendiri. Begitupun dengan kebaikan akhlak dan perangainya, supaya anak-anaknya dapat meneladani orangtuanya.
Hal ini karena istri yang cerdas juga akan berpengaruh pada kecerdasan anak yang nantinya lahir. Sebagaimana yang kita tahu bahwa anak-anak nantinya sebagian besar waktunya akan dididik oleh istri, apalagi ketika belum waktunya mengenyam pendidikan. Sesuai dengan pepatah yang menyebutkan bahwa istri (Ibu) adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya.
Kriteria calon istri: Pandai menjaga silaturahmi
BACA JUGA: 7 Adab Melihat Calon Istri Ini Dibolehkan dalam Islam
Perempuan yang baik untuk dijadikan istri adalah perempuan yang suka menjalin ikatan silahturahmi dengan keluarga dan kerabat.
Peranan seorang istri sangat besar dalam mempererat hubungan suaminya dengan keluarga dan kerabatnya. Bila seorang istri suka menjaga dan memelihara hubungan dengan kerabat-kerabatnya, baik dari pihaknya sendiri maupun dari puhak suaminya, jaringan hubungan kekeluargaan akan menjadi luas, sehingga memudahkan mereka untuk saling menerima dan memberi bantuan. []
SUMBER: LIPUTAN6 | MEDIAPAKUAN