Setiap manusia, pasti memiliki keinginan dan cita-cita yang hendak dicapai. Tapi, sering kali manusia memaksakan kehendaknya. Dengan menganggap bahwa apa yang ia inginkan adalah yang terbai menurutnya. Padahal, Allah SWT jauh lebih mengetahui daripada manusia itu sendiri.
Maka, tugas kita sejatinya meminta yang terbaik, seperti yang kita lakukan dalam do’a istikhoroh, “Ya Allah, teguhkanlah aku memilih dengan ilmu-Mu (bukan ilmuku).”
Dalam kitab Al-Hikam, Ibnu Athaillah menuliskan sebuah kisah. Ada seseorang yang meminta kepada Allah, “Ya Allah, cukupilah aku setiap hari dengan dua potong roti, segelas air, dan segelas susu. Tanpa pelu lagi aku bekerja.”
Allah Swt membuat skenario sehingga si pendo’a itu masuk penjara. Di dalam penjara, dia dikasih jatah dua potong roti, segelas air, dan segelas susu setiap hari. Tanpa bekerja. Do’anya dikabulkan. Akan tetapi, dia malah menyesali keadaannya, menyalahkan Allah, dan merutuki nasibnya. Padahal, apa yang terjadi padanya adalah do’anya sendiri.
“’Berdo’alah kepada Rabbmu dengan merendahkan diri (tadharru’) dan rasa takut (khufyah), sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang melampaui batas.” (Al-A’raf : 55)
Ketika meminta sesuatu kepada sesama manusia saja kita merasa segan dan hormat, apalagi pada Allah Swt?
Allah Swt sudah memberikan kita banyak hal baik, bahkan yang tidak kita minta kepada-Nya. Itulah pertanda kasih-sayang Allah, sehingga kita tidak perlu ragu, bimbang, dan gelisah. Allah tidak akan salah memilihkan yang terbaik. []