KEMATIAN adalah muara akhir dari setiap kehidupan makhluk di dunia. Al-Quran menyebut kematian sebagai ajal, tawaffa atau istifa’. Istilah ini terdapat pada empat belas tempat dalam Al-Quran yang kesemuanya mengandung makna yang sama, yaitu kematian.
Tulisan ini akan menjelaskan bagaimana kematian dalam prespektif Al Quran. Menurut Al-Quran kematian merupakan sesuatu yang pasti terjadi dan tidak dapat dihindari. Ini terjadi pada seluruh makhluk yang bernyawa, yakni makhluk yang memiliki jiwa dalam jasad (fisik).
Kematian dalam perspektif Al-Quran merupakan putusnya keterikatan ruh dengan badan dalam bentuk yang diketahui, perubahan perubahan, serta perpindahan dari satu alam ke alam lain. Perpisahan antara ruh dan jasad ini adalah pintu gerbang untuk memasuki kehidupan yang baru.
Para mufassir seperti Ibnu Katsir, Sayyid Quthb, Buya Hamka, ‘Aidh al-Qarni, dan Quraish Shihab sependapat bahwa kematian menurut Al-Quran adalah sesuatu yang pasti. Akan tetapi, tidak ada yang manusia yang dapat mengetahui kapan kematian akan terjadi.
BACA JUGA: Memuat Nasihat dan Peringatan, Berikut 9 Ayat Al-Quran tentang Kematian
Allah SWT dalam Al-Quran hanya menjelaskan tentang adanya perjanjian antara manusia dengan rabb-nya serta penciptaan proses manusia, namun tidak menjelaskan kapan suatu makhluk akan mati.
Al-Quran juga menjelaskan tentang adanya sebab-sebab sesorang akan mengalami kematian, seperti kematian, sakit, dan kecelakaan. Kesemuanya menjadi cara seseorang menuju kematian.
Roh manusia yang wafat akan tinggal di alam barzakh hingga hari kebangkitan manusia dari kuburnya pada kiamat kelak.
Hal ini sesuai dengan hadits yang diriwayatkan dari Imam Tirmidzi. “Sesungguhnya kubur itu awal persinggahan dari persinggahan-persinggahan akhirat. Barang siapa yang selamat darinya, maka yang sesudahnya lebih mudah darinya. Barang siapa yang tidak selamat darinya, maka yang sesudahnya lebih sukar darinya. (HR Tirmizi, Ibnu Majah dan Ahmad dari Utsman bin Affan RA).
Tidak hanya menunggu datangnya sangkakala sebagai pertanda kiamat tiba, roh pun bisa berkunjung. Ibnu Qoyyim al-Jauziyah dalam bukunya berjudul Roh mengungkapkan, selama di alam barzakh, roh orang-orang yang meninggal dunia bisa saling bertemu.
Ibnu Qoyyim mendasarkan dalilnya pada QS Annisa ayat 69. Allah SWT berfirman:
وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَالرَّسُوْلَ فَاُولٰۤىِٕكَ مَعَ الَّذِيْنَ اَنْعَمَ اللّٰهُ عَلَيْهِمْ مِّنَ النَّبِيّٖنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاۤءِ وَالصّٰلِحِيْنَ ۚ وَحَسُنَ اُولٰۤىِٕكَ رَفِيْقًا
“Dan siapa yang menaati Allah SWT dan Rasulnya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah SWT, yaitu nabi-nabi, para shiddiqin, syuhada, dan orang-orang yang salih. Mereka merupakan teman yang sebaik-baiknya.”
Ibnu Qoyyim menulis bahwa kebersamaan ini berlaku di dunia, alam barzakh, hingga hari pembalasan. Kata Ibnu Qoyyim, ayat tersebut turun saat para sahabat Rasulullah ﷺ khawatir jika Nabi meninggal dunia dan berpisah dengan mereka.
BACA JUGA: Kematian Abu Lahab yang Mengenaskan
Jarir meriwayatkan dari Manshur, dari Abudh-Dhuha dan Masruq. “Para sahabat Nabi Muhammad ﷺ berkata kepada beliau. ‘Tidak seharusnya kita berpisah dengan engkau di dunia ini. Jika engkau meninggal, maka engkau akan ditinggikan di atas kami, sehingga kami tidak bisa melihat engkau.”
Di samping itu, Allah SWT juga berfirman di dalam Al-Quran: “Hai, jiwa-jiwa yang tenang, kembalilah kepada Rabbmu dengan hati yang puas lagi diridhainya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hambaku dan masuklah ke dalam surgaku.” (QS. Al-Fajr: 27:30)
Menurut Ibnu Qoyyim,
Kematian: Ada dua macam
Kematian yang mendapatkan siksa dan roh yang mendapatkan kenikmatan.
Kematian yang mendapatkan siksaan akan disibukkan dengan siksaan yang menimpanya.
Mereka pun tidak bisa saling berkunjung dan bertemu. Sementara, roh-roh yang mendapatkan kenikmatan mendapatkan kebebasan dan tidak terbelenggu.
“Setiap yang bernyawa pasti akan mati. Dan sesungguhnya akan menyempurnakan pahala kalian pada hari-hari ini. Barangsiapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka ia benar-benar beruntung. Dan kehidupan dunia tidak ada kesenangan lain yang memperdaya.” ( QS. Al-Imran : 185)
Demikian sebuah kutipan dari QS. Al-Imran : 185. Kematian merupakan suatu hal yang pasti terjadi dan akan dihadapi semua makhluk hidup di dunia. Bila telah digariskan waktunya, siapapun, kapanpun, dan kematian akan tetap datang.
BACA JUGA: Kematian Abu Lahab yang Mengenaskan
Bagi manusia yang optimistis, ia menganggap kematian itu bukan akhir dari segalanya. Mereka menganggap meninggalkan dunia hanya berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain.
Bagi orang-orang tertentu, kematian haruslah dihadapi dengan suatu persiapan agar bisa memasuki suatu dunia lain dengan damai. Kematian, bagi mereka, adalah suatu istirahat terakhir dalam damai. Itulah mungkin di batu nisan orang yang telah mati ditulis rest in peace (RIP).
Kematian adalah suatu peristirahatan menuju kedamaian. Damai adalah kelanjutan dan padanan dari mati, karena kematian akan menuju kedamaian. Dan kedamaian adalah dambaan setiap orang, yang jika tidak ditemukan di dunia orang hidup, mungkin bisa ditemukan di “dunia” orang mati. []