UMAR bin Khattab waktu itu memimpin sebuah wilayah dan kekuasaan yang besar. Ia terkenal tunduk kepada Islam yang diatur dalam Al-Quran. Ia pun tak ingin memanfaatkan fasilitas yang karena takut mengambil sesuatu yang bukan haknya.
Suatu hari salah seorang putranya menemuinya sambil menangis.
“Kenapa engkau menangis, wahai anakku?” tanya ayahnya
BACA JUGA: Pedagang dari Persia yang Meminta Keadilan kepada Khalifah Umar bin Khattab
“Ayah! Teman-temanku telah menghitung tambalan yang ada di jubahku sambil mengejekku. Mereka bilang bahwa putra Amirul Mukminin pakai baju compang-camping.”
“Berapa banyak tambalan yang ada pada bajumu?” tanya sang ayah.
“Kira-kira empat belas tambalan,” jawab si anak.
Tak lama setelah itu ia berpikir untuk meminjam uang kepada kas Negara dan berencana akan segera menggantinya akhir bulan saat gajinya sudah turun. Lalu ia tulislah sepucuk surat untuk bendahara baitulmal, isinya seperti berikut:
Kepada Bendahara Baitulmal yang terhormat, saya mohon pinjamkan uang sebesar empat dirham. Insyaallah pada awal bulan depan, setelah pembagian gaji dari baitulmal, saya akan segera melunasinya.
Si bendahara tidak kaget membaca surat itu, lalu ia balaslah suratnya.
Kepada Amirul Mukminin. Telah saya baca surat Anda tentang permohonan pinjaman uang dari bait. Saya sekadar ingin bertanya, apakah Anda berani menjamin bahwa diri Anda pasti tetap hidup sampai akhir bulan sehingga saya bisa menagih hutang baitulmal Anda? Seandainya ajal menjemput Anda sebelum bulan ini berakhir, apakah Anda bisa mempertanggungjawabkannya di hadapan Allah? Wassalam.
BACA JUGA: Hadiah Sajadah dari Abu Musa yang Membuat Umar bin Khattab Marah
Seketika itu air mata Umar bin Khattab mengalir. Ia pun mengurungkan niatnya karena takut akan disiksa Allah, sebab mengambil hak rakyatnya.
Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda, “Barang siapa takut kepada Allah, dia menjadikan segala sesuatu takut kepadanya. Barang siapa tidak takut kepada Allah, dia menjadikannya takut kepada segalanya.” (Hr Al-Baihaqi)
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Qs Ali Imran: 110) []
Sumber: Oase Kehidupan, Merujuk Kisah-Kisah Hikmah Sebagai Teladan/Penerbit: Marja/Penulis:Abu Dzikra – Sodik Hasanuddin,2013