HADIS dari Fatimah binti Qais bahwa beliau pernah mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang Dajjal. Salah satu diantara yang beliau sampaikan adalah,
“Tidaklah dia (Dajjal) di laut syam, atau laut Yaman, tidak. Tetapi dari arah Timur. Dia dari arah Timur, dia dari arah Timur..” dan beliau berisyarat dengan tangannya ke arah Timur. (HR. Muslim 2942, dan Abu Daud 4326).
Arah mata angin dalam bahasa syariat, hanya ada 4: utara, selatan, timur, dan barat. Tidak dikenal arah tenggara, timur laut, barat daya, atau barat laut. Karena itu, ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan arah kiblat penduduk kota Madinah, beliau bersabda,
“Daerah antara timur dan barat adalah kiblat.” (HR. Nasai 2243, Turmudzi 342, Ibnu Majah 1011 dan dishahihkan al-Albani).
Kota Madinah, berada di utara Mekah. Selama penduduk Madinah menghadap ke arah selatan (antara timur dan barat) maka dia dianggap telah menghadap kiblat.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan, Dajjal muncul dari arah timur. Timur yang mana? Dalam hadis itu tidak ditegaskan. Dan jika kita pahami berdasarkan bahasa syariat, semua daerah yang berada di antara utara dan selatan dari kota Madinah,masuk dalam cakupan hadis itu. Sekalipun dia agak serong ke utara. Sehingga mencakup daerah Saudi timur, Irak, Iran, dan negara-negara asia timur.
Kemudian, terdapat hadis shahih lainnya yang menegaskan kota tempat keluarnya Dajjal.
Dari Abu Bakr ash-Shidiq radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, yang artinya:
“Dajjal keluar dari daerah di sebelah Timur, namanya Khurasan.” (HR. Ahmad 33, Tumudzi 2237, Ibnu Majah 4072, dishahihkan Syuaib al-Arnauth).
Arah timur yang menjadi tanda tanya, telah ditegaskan sendiri oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Daerah timur yang beliau maksud adalah daerah Khurasan.
Keterangan di atas, diperkuat oleh riwayat lain dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Dajjal akan keluar dari daerah Yahudiyah Asbahan. Dia bersama 70 ribu orang Yahudi.” (HR. Ahmad 13344, Abu Ya’la al-Mushili dalam musnadnya 3639, dan dihasankan Syuaib al-Arnauth). []
Sumber: konsultasisyariah.com