BAGI kamu yang suka browsing internet pasti sering menemukan berita atau artikel tentang ramalan. Terutama ramalan berdasarkan zodiak atau bulan kamu lahir. Di dalamnya sering dijelaskan mulai dari ramalan soal kondisi keuangan sampai jodoh. Jika kamu seorang muslim, maka yang wajib dilakukan adalah jangan percaya ramalan!
Sebagian orang mungkin menggunakan ramalan ini hanya sekadar iseng dan main-main saja. Namun ternyata, Rasulullah SAW pernah bersabda mengenai ramalan ini,
“Barangsiapa yang mendatangi seorang peramal lalu mempercayai apa yang diramalkan, maka ia telah kufur terhadap wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.” (HR. Tirmidzi No. 135, Abu Dawud No. 3904, Ibnu Majah No. 639 dan Ahmad No. 9252)
BACA JUGA: Ketika Benjamin Franklin Memperingatkan soal Yahudi dalam Surat Ramalannya
Awas, Jangan Percaya Ramalan!
Hadits di atas telah jelas menerangkan kepada kita bahwa orang yang mendatangi dan mempercayai ramalan maka ia telah kufur. Maka ajakan jangan percaya ramalan harus digaungkan.
Selain menjadi seorang yang kufur, dalam hadits lain Rasulullah SAW menjelaskan balasan bagi orang-orang yang percaya dengan ramalan.
“Barangsiapa yang mendatangi seorang peramal lalu menanyakan kepada tentang satu ramalan, maka tidak akan diterima shalatnya selama empat puluh malam.” (HR. Muslim 2230)
Rasulullah telah menjelaskan bahwa orang-orang yang menanyakan suatu ramalan dan mempercayainya maka shalatnya tidak akan diterima selama empat puluh hari. Naudzubillah.
Seruan jangan percaya ramalan tidak bisa dianggap main-main. Karena sebuah ramalan akan berpengaruh pada pemikiran kita. Dengan membaca ramalan-ramalan atau datang pada seorang peramal, kita akan percaya bahwa apa yang dijelaskan peramal akan terjadi pada hidup kita.
Dan inilah yang membahayakan akidah kita. Kita seolah percaya dengan ramalan-ramalan yang tidak jelas kebenarannya. Sekali lagi, jangan percaya ramalan dari manapun sumbernya.
Allah SWT telah berfirman,
”Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz).” (QS. Al An’aam: 59)
Awas, Jangan Percaya Ramalan!
BACA JUGA: Percaya Ramalan Zodiak? Ini Bahayanya
Alasan paling mengerikan mengapa jangan percaya ramalan adalah ketika Allah menyebut orang yang percaya pada ramalan telah berbuat syirik.
Barangsiapa membatalkan maksud keperluannya karena ramalan mujur-sial maka dia telah syirik kepada Allah. Para sahabat bertanya, “Apakah penebusannya, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Ucapkanlah: “Ya Allah, tiada kebaikan kecuali kebaikanMu, dan tiada kesialan kecuali yang Engkau timpakan dan tidak ada Tuhan kecuali Engkau.” (HR. Ahmad).
Ketua Bidang Dakwah dan Ukhuwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kiyai Cholil Nafis menjelaskan bahwa apapun jenis jenisnya, ramalan adalah perkara haram.
“Kerjaan ramal-meramal itu tentu diharamkan karena kita tidak tahu masa depan kita kecuali Allah, tapi kita punya harapan, punya ekspektasi, punya target diperlukan menjadi cara hidup kita lebih efektif, lebih terarah, Rasulullah sudah melarang untuk kita ramal-meramal itu,” kata Kiyai Cholil seperti dikutip dari Republika.
Kiyai Cholil lantas menyarankan agar umat Muslim memperkuat akidah mereka dan percaya takdir manusia telah ditentukan sejak masih berada di Lauhul Mahfuz. Takdir yang sudah tercatat itu adalah apa yang sudah dijalani oleh umat manusia yang tentunya masih dapat diubah dengan doa dan amal shalih.
Awas, Jangan Percaya Ramalan!
“Sehingga kalau kita tahu kebesaran Allah, tahu dan kebaikan Allah, kita akan bersandar pada Allah, tidak semuanya kehidupan yang melimpah itu menjadi kebaikan, kebahagiaan, ada kalanya Allah menguji kita dengan beberapa ujian, seperti (ujian yang diterima) Nabi Yunus terdahulu ternyata karena disayang Allah SWT. Bagian dari usaha untuk mendapatkan ridha Allah,” tambah Kiyai Nafis.
Sebagaimana tertuang dalam firman Allah SWT,
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu berbuat syirik dengan mempersekutukan Allah. Sesungguhnya perbuatan syirik adalah benar-benar kezaliman yang besar,” (QS. Luqman ayat 13).
Menurut Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir/Syaikh Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah, perbuatan dzalim adalah menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya. Perbuatan syirik adalah menyamakan dzat Tuhan Pencipta yang Maha memberi ketikmatan dengan makhluk yang tidak mampu memberi kenikmatan, bahkan tidak bisa berbuat apa-apa. []