PASANGAN pengantin asal Turki, Fethullah Üzümcüoğlu dan Esra Polat, melangsungkan resepsi pernikahan dan menggunakan tabungannya untuk menjamu ‘tetangga’ mereka di Provinsi Kilis Turki, awal bulan ini.
Menjamu tamu pada resepsi pernikahan mungkin hal biasa. Namun yang dilakukan pasangan ini luar biasa. Sebab, tamu yang mereka jamu adalah ribuan pengungsi Suriah yang tinggal di lingkungan mereka.
“Saya pikir berbagi makan malam lezat yang besar dengan keluarga dan teman-teman kami tidak perlu, mengetahui bahwa ada begitu banyak orang yang membutuhkan tinggal di sebelah. Jadi saya datang dengan ide ini dan membaginya dengan anak saya,” kata Ali zümcüoğlu, ayah mempelai pria, kepada surat kabar Serhat Kilis.
“Saya sangat senang dia menerimanya dan mereka memulai perjalanan baru mereka yang bahagia dengan tindakan tanpa pamrih,” lanjutnya.
BACA JUGA: Walimah tanpa Sampah, Bisa?
Itu adalah ide ayah dari pengantin pria, tetapi pasangan itu menjalankannya. Di zaman ketika resepsi pernikahan dipandang sebagai kesempatan untuk pamer, pasangan muda ini memutuskan untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dalam perayaan pernikahan mereka.
Mereka memutuskan untuk mengobati saudara-saudara mereka yang menderita dengan mengundang mereka untuk bergabung dalam resepsi pernikahan mereka.
Resepsi pernikahan (walimah) dan praktik berbagi dengan sesama dalam ajaran Islam
Ini mengingatkan kepada hadis yang diriwayatkan Abu Huraira, seorang sahabat Nabi Muhammad.
“Makanan terburuk adalah pesta pernikahan yang mengundang orang kaya dan orang miskin diabaikan.”
Biasanya hanya orang kaya dan mereka yang berkuasa yang diundang ke acara resepsi semacam ini. Sebagian besar menggunakan kesempatan ini untuk pamer. Dan sudah menjadi penyakit masyarakat, mengabaikan orang miskin.
Kita yang memiliki begitu banyak sering bertindak seperti kemiskinan dan kesulitan adalah penyakit menular, menjauh dari mereka yang menderita sejauh mungkin. Padahal, Nabi Muhammad mengajarkan kita bahwa:
“Seorang Muslim tidak akan pernah membiarkan Muslim lain tidak berdaya pada saat dibutuhkan.”
Hadits ini tidak mengatakan kita harus memberi kepada Muslim yang membutuhkan, meskipun ada banyak hadits yang mengatakan demikian. Dikatakan kita tidak boleh meninggalkan mereka.
Seringkali amal kita terasa terlalu banyak sebagai alasan untuk meninggalkan Muslim yang membutuhkan. Terkadang, justru bukan sekedar uang yang dibutuhkan untuk menunjukkan kepedulian kepada mereka.
BACA JUGA: 3 Sunah Walimah
Dengan mengundang para pengungsi untuk berpartisipasi dalam jamuan makan untuk merayakan pernikahan, pasangan Fethullah Üzümcüoğlu dan Esra Polat melakukan lebih dari sekadar mengisi perut para tetangga yang kelaparan. Mereka memperlakukan mereka sebagai saudara mereka, dan menghormati mereka sebagai tamu. Mengangkat mereka yang dalam kesulitan membutuhkan lebih dari sekadar memberi kepada mereka dalam amal. Memperlakukan mereka dengan kebaikan dan martabat.
Pasangan muda Turki ini telah mengingatkan kita semua tentang seperti apa seharusnya amal dengan tindakan mereka yang indah dan penuh kasih. Pasangan itu tidak hanya mengirim uang pernikahan mereka kepada para pengungsi, yang akan menjadi tindakan yang luar biasa dengan sendirinya.
Setelah menikah, pasangan itu memasang senyum indah di wajah mereka, menyapa saudara-saudara mereka, berbagi hari mereka dengan mereka, dan menyingsingkan lengan baju mereka dengan pakaian terbaik mereka dan melayani para pengungsi. Pasangan itu tidak hanya memberi mereka, mereka memperlakukan mereka dengan baik.
Perlakuan yang baik terhadap mereka yang menerima amal kita, itu sangat penting. Sebagaimana disebutkan dalan Alquran:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (QS Al Baqarah: 264)
BACA JUGA: Waktu Penyelenggaran Walimah ‘Urus
Pengantin pria, Fethullah, mengatakan kepada i100.co.uk, “Melihat kebahagiaan di mata anak-anak pengungsi Suriah sungguh tak ternilai harganya. Kami memulai perjalanan kami menuju kebahagiaan dengan membuat orang lain bahagia dan itu adalah perasaan yang luar biasa.”
Kegembiraan yang mereka rasakan di hari pernikahan mereka berlipat ganda karena menjadi hari yang membahagiakan bagi lebih dari sekedar mereka. Itu menjadi hari bagi tetangga mereka yang telah melihat yang terburuk dari kemanusiaan untuk merayakan sekarang karena mereka melihat betapa hebatnya sesama manusia.
Theresa Corbin yang mengungkap kisah pasangan pengantin ini di laman About Islam, berkata, “Semoga Allah memberkati pasangan ini dalam pernikahan mereka dan membuat kita semua semakin seperti mereka.”
Dia juga berharap kisah mereka tidak hanya viral di internet, tetapi juga menjadi viral di dunia nyata.
“Harapan saya adalah bahwa lebih dari sekedar cerita yang akan dibagikan, bahwa idenya akan dibagikan, dan bahwa kita dapat menghidupkan kembali seni altruisme yang hilang, tidak hanya untuk sesama Muslim tetapi juga untuk seluruh umat manusia,” kata Corbin. []
SUMBER: ABOUT ISLAM