BAHTERA NUH adalah kapal raksasa yang dibuat sendiri oleh Nabi Nuh. Berapa lama proses pembuatan bahtera Nuh tersebut?
Beberapa keterangan dalam kitab klasik dan literatur membahas tentang hal itu. Bahtera Nuh dibuat oleh Nabi Nuh atas perintah Allah. Dengan kapal itu pula, nabi Nuh dan para pengikutnya mampu menyelamatkan diri dari banjir bandang yang diturunkan sebagai azab bagi kaumnya yang membangkang perintah Allah.
Begitu Allah SWT memerintahkan Nabi Nuh membuat bahtera, nabi Nuh menanam pohon jati. Pohon itu ditebang setelah memasuki usia 40 tahun. Lalu Nabi Nuh pun mulai membuat bahtera.
BACA JUGA: 12 Fakta Bahtera Nabi Nuh
Salman Al-Farisi, sahabat nabi Muhammad ﷺ meriwayatkan, proses pembuatan bahtera itu butuh waktu selama 400 tahun.
Al-Thabari dalam bukunya berjudul “Tarikh al-Rusul wa al-Muluk” menjelaskan waktu yang dibutuhkan agar pohon-pohon tersebut dari sejak ditanam hingga siap untuk ditebang adalah selama 40 tahun.
Allah memerintahkannya untuk menanam pohon, dan dia melakukannya. Pohon itu tumbuh dan menyebar ke segala arah. Empat puluh tahun setelah Nuh menanamnya, Allah memerintahkannya untuk menebangnya dan menggunakannya untuk (membangun) bahtera, seperti firman Allah, ‘Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami!’ (QS Hud : 37).
“Lalu, dia menebang pohon itu dan mulai mengerjakannya,” ujar Al-Thabari.
Adapun proses pembuatan bahtera tersebut, menurut Salman al-Farisi, membutuhkan waktu selama 400 tahun dan pohon yang ditanam adalah jenis pohon jati.
Salman al-Farisi berkata, “Nuh membangun bahtera selama 400 tahun. Dia membiarkan pohon jati itu tumbuh selama empat puluh tahun hingga tingginya mencapai 300 hasta.”
Ukuran hasta (jarak dari jari ke siku) relatif, namun apabila mengikuti kesepakatan umum internasional pada masa kini, satu hasta sama dengan 0,4572 meter. Artinya, jika mengikuti standar hari ini, tinggi pohon-pohon tersebut maka mencapai sekitar 137 meter.
BACA JUGA: Ilmuwan Ungkap Kebenaran Alquran soal Bahtera Nabi Nuh
Ibnu Katsir dalam “Qashash Al-Anbiya” menggambarkan, saat bahtera Nuh dibuat, Nuh mulai diolok-olok kaumnya. Keterangan Ibnu Katsir menyebutkan, Nuh memilih tempat di luar kota, jauh dari laut. Dia mengumpulkan kayu dan peralatan dan mulai siang dan malam untuk membangun bahtera Nuh tersebut.
Sementara itu Ibnu Ishaq, mengutip dari Taurat, mengatakan, ahli Kitab Taurat berasumsi bahwa Allah memerintahkan Nuh untuk membangun perahu dari kayu jati. Dia harus membuatnya miring, untuk kemudian dilapisi dengan ter di dalam dan di luar, dan membuatnya dengan panjang 80 hasta dan lebar 50 hasta, dan tingginya di langit 30 hasta.
“(Allah memerintahkannya) untuk membangunnya dengan tiga lantai, bagian bawah, tengah, dan atas, dan untuk membuat jendela padanya. Nuh melakukan apa yang diperintahkan oleh Allah. Akhirnya, dia menyelesaikannya.”
Baik orang Islam, Yahudi, dan Nasrani sama-sama meyakini kisah tentang Nabi Nuh.
BACA JUGA: Selamat dari Banjir Bandang, Dimana Nabi Nuh dan Kaumnya Menetap?
Dalam Alkitab dikatakan, “Beginilah engkau harus membuat bahtera itu: 300 hasta panjangnya, 50 hasta lebarnya dan 30 hasta tingginya.”
Apa yang disebutkan dalam Alkitab, dimensinya sama persis dengan versi Qatadah bin an-Numan.
Nuh menetap bersama umatnya selama 950 tahun, menyeru mereka kepada Allah. Kemudian pada akhir waktunya, dia menanam pohon yang tumbuh dan menyebar ke segala arah. Dia kemudian menebangnya dan mulai membangun sebuah bahtera (perahu/kapal).
Orang-orang yang lewat bertanya kepadanya (apa yang dia lakukan).
Dia menjawab, ‘Aku sedang membangun sebuah bahtera dari (pohon).
Mereka mengolok-oloknya dan berkata, “Engkau membangun bahtera di tanah kering!? Bagaimana ia akan melaju (di atas air)?’ Dia menjawab, ‘Kalian akan lihat.’”
Ejekan dari orang-orang berlanjut, “Wahai Nuh! Apakah menjadi tukang kayu lebih menarik bagimu dibanding kenabian? Mengapa engkau membangun bahtera sejauh ini dari laut? Apakah engkau akan menyeretnya ke air atau angin akan membawanya untukmu?”
Nuh menjawab, “Kalian akan mengetahui siapa sebenarnya yang dipermalukan dan menderita nanti.”
BACA JUGA: Hujan Apa yang Diturunkan pada Kaum Nabi Nuh?
Ibnu Ishaq mengatakan, berdasarkan petunjuk Allah SWT, Nuh mulai menebang kayu dan menempa besi dan menyiapkan bahan-bahan untuk pembuatan bahtera, seperti paku dan material lainnya yang hanya diketahui olehnya. Ketika proses pembuatan ini, Allah kemudian membuat mandul seluruh wanita, sehingga tidak ada anak yang dilahirkan dari umat Nabi Nuh.
Adapun Ibnu Abbas mengatakan bahwa pembuatan perahu tersebut dilakukan di atas Gunung Nudh. Perihal di mana Gunung Nudh itu berada, sejarawan Islam, Al-Masudi dalam karyanya Muruj adh-dhahab, mengatakan Gunung Nudh berada di Sri Lanka pada hari ini, tempat di mana dalam banyak riwayat dikisahkan bahwa Nabi Adam pertama kalinya diturunkan ke Bumi dari Surga. []
SUMBER: SINDONEWS