MANUSIA akan selalu mendapat godaan syetan agar melakukan dosa dan maksiat. Apalagi di zaman modern saat ini, perbuatan dosa seakan menjadi hal biasa dan seolah menjadi tontonan. Padahal, perbuatam maksiyat berarti melawan syariat Allah dan Rasul-Nya.
Dikutip dari Konsultasisyariah, biasanya orang-orang yang berbuat maksiyat akan beralasan bahwa hal itu adalah kesalahan dari syetan. Ya, syetan adalah musuh yang nyata bagi manusia. Keberadaannya di bumi ini hanya untuk membuat manusia tersesat. Hingga, syetan akan menggoda manusia agar mengikuti jejaknya pada jalan yang salah. Tapi, apakah mungkin, syetan bisa mengendalikan manusia?
Syetan sama sekali tidak mampu mengendalikan tubuh manusia. Syetan tidak bisa memaksa orang untuk berbuat maksiat, atau mengganggu orang lain. Yang dilakukan syetan hanyalah mengajak manusia untuk maksiyat, dan mereka mengikutinya. Tidak lebih dari sebatas mengajak. Sehingga yang terjadi, bukan syetan memaksa mereka, tapi mereka tunduk kepada ajakan syetan.
BACA JUGA: 2 Penyebab Maksiyat
Maksiat Merajalela Ulah Siapa?
Sebagaimana yang Allah firmankan, “Sesungguhnya kekuasaannya (syetan) hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya jadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah,” (QS. An-Nahl: 100).
Karena itulah, ketika Iblis berada di neraka bersama para pengikutnya, dia sama sekali tidak mau disalahkan. Karena dia hanya mengajak, dan kalian – wahai penduduk neraka – mau mengikutinya. Maka salahkan diri kalian sendiri.
Dalam al-Quran Allah menceritakan pidato Iblis ketika di neraka, “Dan berkatalah syetan tatkala perkara (hisab) telah diputuskan, ‘Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Sama sekali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan sekadar aku mengajak kamu lalu kamu mematuhi ajakanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencela aku akan tetapi salahkan dirimu sendiri’,” (QS. Ibrahim: 22).
Lalu apa saja akibat berbuat maksiyat yang akan terjadi pada pelakunya? Menurut Ibnu Qayim, lebih lanjut menerangkan akibat-akibat dari berbuat maksiyat ini secara terperinci. Ini rangkumannya:
1. Maksiat Menghalangi Ilmu Pengetahuan
Ilmu adalah cahaya yang dipancarkan ke dalam hati. Namun, kemaksiatan dalam hati dapat menghalangi dan memadamkan cahaya tersebut. Ketika Imam Malik melihat kecerdasan dan daya hafal Imam Syafi’i yang luar biasa, beliau (Imam Malik) berkata, “Aku melihat Allah Swt telah menyiratkan cahaya di hatimu, wahai anakku. Janganlah engkau padamkan cahaya itu dengan maksiyat.”
2. Maksiat Menghalangi Rezeki
Jika ketakwaan adalah penyebab datangnya rezeki. Maka meninggalkannya berarti menimbulkan kefakiran. “Seorang hamba dicegah dari rezeki akibat dosa yang diperbuatnya” (HR. Ahmad).
3. Maksiat Menimbulkan Jarak Dengan Allah Swt
Diriwayatkan ada seorang laki-laki yang mengeluh kepada seorang arif tentang kesunyian jiwanya. Sang arif berpesan, “Jika kegersangan hatimu akibat dosa-dosa, maka tinggalkanlah (perbuatan dosa itu). Dalam hati kita, tak ada perkara yang lebih pahit daripada kegersangan dosa diatas dosa.”
4. Maksiat Menjauhkan Pelakunya dengan Orang Lain
Maksiyat menjauhkan pelakunya dari orang lain, terutama dari golongan yang baik. Semakin berat tekanannya, maka semakin jauh pula jaraknya hingga berbagai manfaat dari orang yang baik terhalangi. Kesunyian dan kegersangan ini semakin menguat hingga berpengaruh pada hubungan dengan keluarga, anak-anak dan hati nuraninya sendiri.
Seorang salaf berkata, “Sesungguhnya aku bermaksiyat kepada Allah Swt, maka aku lihat pengaruhnya pada perilaku binatang (kendaraan) dan istriku.”
Maksiat Merajalela Ulah Siapa?
5. Maksiat Menyulitkan Urusan
Jika ketakwaan dapat memudahkan segala urusan, maka pelaku maksiat akan menghadapi kesulitan dalam menghadapi segala urusannya. Maksiyat Menggelapkan Hati Ketaatan adalah cahaya, sedangkan maksiat adalah gelap gulita.
Ibnu Abbas ra berkata, “Sesungguhnya perbuatan baik itu mendatangkan kecerahan pada wajah dan cahaya pada hati, kekuatan badan dan kecintaan. Sebaliknya, perbuatan buruk itu mengundang ketidakceriaan pada raut muka, kegelapan di dalam kubur dan di hati, kelemahan badan, susutnya rizki dan kebencian makhluk.”
6. Maksiyat Melemahkan Hati dan Badan
Kekuatan seorang mukmin terpancar dari kekuatan hatinya. Jika hatinya kuat maka kuatlah badannya. Tapi bagi pelaku maksiyat, meskipun badannya kuat, sesungguhnya dia sangat lemah jika kekuatan itu sedang dia butuhkan, hingga kekuatan pada dirinya sering menipu dirinya sendiri. Lihatlah bagaimana kekuatan fisik dan hati kaum muslimin yang telah mengalahkan kekuatan fisik bangsa Persia dan Romawi.
7. Maksiyat Menghalangi Ketaatan
Orang yang melakukan dosa dan maksiyat akan cenderung untuk memutuskan ketaatan. Seperti selayaknya orang yang satu kali makan tetapi mengalami sakit berkepanjangan dan menghalanginya dari memakan makanan lain yang lebih baik.
Maksiat Merajalela Ulah Siapa?
BACA JUGA: 2 Penyebab Mudah Berbuat Maksiyat
8. Maksiat Memperpendek Umur dan Menghapus Keberkahan
Pada dasarnya, umur manusia dihitung dari masa hidupnya. Sementara itu tak ada yang namanya hidup kecuali jika kehidupan itu dihabiskan dengan ketaatan, ibadah, cinta dan dzikir kepada Allah serta mementingkan keridhaan-Nya.
9. Maksiat Menumbuhkan Maksiyat Lain
Seorang ulama Salaf berkata, bahwa jika seorang hamba melakukan kebaikan, maka hal tersebut akan mendorong dia untuk melakukan kebaikan yang lain dan seterusnya. Dan jika seorang hamba melakukan keburukan, maka dia pun akan cenderung untuk melakukan keburukan yang lain sehingga keburukan itu menjadi kebiasaan bagi si pelaku.
10. Maksiat Mematikan Bisikan Hati Nurani
Maksiyat dapat melemahkan hati dari kebaikan dan sebaliknya akan menguatkan kehendak untuk berbuat maksiyat yang lain. Maksiyat pun dapat memutuskan keinginan untuk bertobat. Inilah yang akan menjadi penyakit hati yang paling besar. []