MATI berarti keluarnya roh dan jasad. Mati hanya satu, tetapi sebab kematian beraneka ragam seperti serangan jantung, tua, kecelakaan, sakit, bunuh diri, dibunuh, dan syahid dalam sebuah perjuangan. Jika roh seseorang telah dari tubuhnya, berarti ia telat mati.
Kematian bagi orang beriman dan kafir, orang yang taat dan maksiat merupakan sunnatullah yang syarat dengan hikmah. Jika Allah menjadikan sebab kematian hanya satu saja bagi orang-orang beriman, niscaya kematian itu merupakan rahmat Allah SWT seperti mati dalam keadaan tidur atau mati mendadak, tanpa merasa sakit terlebih dahulu atau merasakan sakitnya kematian.
Allah SWT bisa saja menjadikan kematian bagi orang kafir dengan kematian yang sangat mengerikan, seperti terbakar, terbunuh, dan tertabrak.
BACA JUGA: Cukuplah Kabar Wafat Sebagai Nasihat
Seperti Apa Konsep Kematian Itu?
Pembatasan rezeki bagi orang yang beriman dan kafir, bukan sebagai penyebab iman atau kafirnya seseorang. Padahal, manusia beriman karena ingin mati dengan tenang dan takut mati yang menakutkan. Allah Yang Mahasuci menampakkan cara mati yang buruk bagi orang beriman dan kafir, serta cara mati yang tenang bagi keduanya.
Kematian tersebut dapat dilihat mata dan termasuk takdir Allah yang dapat disaksikan. Ayat-ayat Allah menjelaskan bahwa Allah yang Mahasuci sangat dengan dengan orang yang sekarat dan itu berarti mengajarkan kepada kita bahwa kita hanya dapat melihat zahirnya saja.
Allah berfirman:
“Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada kamu, tetapi kamu tidak melihat,” (QS. Al-Waqi’ah: 85).
Mungkin saja kita melihat ia mati tersiksa, tetapi hakikatnya itu rahmat baginya dan bisa saja kita saksikan ia mati dengan tenang, tetapi sebenarnya ia tersiksa.
Bahkan, kita menyaksikan orang kafir atau fasik mati dengan tenang di atas tempat tidurnya bagaikan tidurnya sepasang pengantin, tetapi hakikatnya ia mati tersiksa. Hanya saja siksa itu tidak dapat kita saksikan, karena merupakan rahasia Allah.
Ketika orang beriman mati, Allah berfirman:
“Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai-Nya.” (QS. Al-Fajr: 27-28).
Orang beriman dapat mati karena disiksa, dibunuh, dibakar, tenggelam atau mati syahid. Cara meninggalnya seorang mati syahid dapat kita saksikan, tetapi sebenarnya ia hidup di sisi Allah. Inilah perbedaan kemampuan penglihatan manusia dan kekuasaan Allah dalam masalah ghaib. Dalam Islam, baik atau tidaknya kematian bukan ditentukan oleh sebab tetapi oleh apakah ketika mati, orang tersebut dalam keadaan Islam dan berbuat kebaikan atau tidak.
Orang yang mati dalam keadaan Islam dan berbuat kebaikan atau ibadah disebut mati baik atau husnul khatimah dan sebaliknya orang yang mati dalam kemaksiatan dan kekafiran disebut mati buruk atau suul khatimah. Mati husnul khatimah atau akhir hidup dengan baik merupakan puncak tertinggi dari pendakian cita-cita seorang insan pribadi muslim.
Seperti Apa Konsep Kematian Itu?
BACA JUGA: Doa Berlindung dari Mati Mengerikan secara Mendadak
Mati dalam keadaan husnul khatimah tersebut juga ditegaskan dan senantiasa diingatkan Allah seperti disebutkan melalui firmanNya dalam Al-Quran bahwa:
“Dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam”. (QS 3 Ali ‘Imran, ayat 102)
Orang yang mati dalam keadaan khusnul khatimah akan dibalas dengan surga. Karena indahnya mati husnul khatimah ini, maka ummat Islam dalam setiap doanya selalu meminta untuk dimatikan dalam keadaan husnul khatimah dan bukan suul khatimah. Setiap ummat Islam sungguh amat mendambakan untuk mati secara husnul khatimah. []
Referensi: Misteri Kemarian dan Alam Barcakh/Mahir Ahmad Ash-Syufiy/Tiga Serangkai/2017