SUDAHKAH shalatmu bisa mencegahmu dari perbuatan keji dan mungkar? Ayo kita ukur level shalat kita.
Waktu terbaik untuk mencas keimanan adalah ketika shalat . Yakni shalat yang dilakukan dengan khusyu’. Namun sayang, jangankan untuk khusyu, untuk tidak terburu buru saja bisakah? Apalagi untuk tertib dan bisa zikir setelahnya?
Inilah amalan utama namun begitu sulit meraih kesempurnaannya.
Rasulullah ﷺ bersabda, “Shalat tidaklah bermanfaat kecuali jika shalat tersebut membuat seseorang menjadi taat.” (HR. Ahmad)
Ibnu Abbas berkata: “Kamu tidak mendapatkan apa-apa dari shalatmu selain apa yang kamu mengerti darinya.”
“Dua rakaat sederhana yang penuh penghayatan lebih baik daripada qiyamul-lail namun hatinya lalai.”
Level Shalat, Menjaga Kekhusyukan
Menyempurnakan amalan pokok ini tidak sekadar menjaga supaya tidak tertinggal melainkan menjaga kekhusyukan. Tidak sekedar memahami arti bacaannya melainkan mengkondisikan iman sebelum dan sesudah menunaikannya.
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda, “Tetaplah kalian beristiqamah dan kalian pasti tidak akan mampu! Ketahuilah, sesungguhnya sebaik-baik amalan kalian adalah shalat.” (HR Ibnu Majah no.277)
“Perkara yang pertama kali dihisab dari seorang hamba pada hari Kiamat adalah shalat. Apabila shalatnya baik, maka seluruh amalnya pun baik. Apabila shalatnya buruk, maka seluruh amalnya pun buruk.” (HR Thabrani no. 1880)
Maka jangan sepelekan meski ada hal yang kecil tidak sempurna dalam shalat
Rasulullah Shalallahu’alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya ada seseorang yang shalat selama 60 tahun, namun tidak diterima (oleh Allah) amalan shalat nya selama itu walau satu shalat pun. Boleh jadi (sebabnya) dia sempurnakan ruku’-nya tetapi sujudnya kurang sempurna, demikian pula sebaliknya.” (Hadis Hasan, riwayat Ibn Abi Syaibah dari Abu Hurairah RA, Shahih al-Targhib, no. 596)
BACA JUGA: Batas Waktu Shalat Subuh
Level Shalat, yang Paling Buruk Pencuriannya
Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda, “Manusia paling buruk pencuriannya adalah orang yang mencuri dari shalat ”. Mereka (para sahabat) berkata, “Bagaimana ia mencuri shalat nya?” Beliau bersabda, “Dia tidak menyempurnakan rukuk dan sujudnya”, atau beliau bersabda, “Dia tidak meluruskan punggungnya ketika rukuk dan sujud”. [HR. Ahmad dalam Al-Musnad (5/310).
Pada suatu hari Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam melihat seseorang sedang shalat dengan gerakan yang cepat, tanpa menyempurnakan posisi sujud dan ruku’-nya, maka Rasulullah ﷺ bersabda,
“(Kalau dia mati dalam kondisi shalat model begini, maka dia mati bukan di atas (petunjuk) agama Muhammad shalallahu’alaihi wasallam,” (HR. Ibnu Abi Syaibah, At-Thabrany, dll. Shahih al-Targhib no. 528)
Pesan Nabi tentang Shalat, Tingkatan kualitas shalat
Perhatikan ini, kualitas shalatmu sudah level manakah?
Menurut Ibnul Qayyim al-Jauziyah ada lima level shalat seseorang yaitu:
1. Level Shalat: Mua’qab (disiksa).
Golongan orang yang tidak memperhatikan rukun dan syarat sahnya shalat. Wudhu yang belum benar, mengabaikan azan dan seterusnya.
Golongan ini cenderung malas untuk melaksanakan shalat.
2. Level Shalat: Mahasab (dihisab/diperhitungkan)
Dalam tingkatan ini seseorang sudah mampu menjaga waktu shalatnya, begitu juga dengan rukun dan syarat sahnya juga ia pelajari tetapi hanya pada aspek lahirnya saja. shalat nya tidak mampu mencegahnya dari perbuatan mungkar.
3. Level Shalat: Mukaffar ‘anhu (diampuni dosa dan kesalahannya).
Golongan pada tingkatan ini adalah orang-orang yang sudah mampu menjaga shalatnya baik lahir maupun batin dan juga senantiasa berperang melawan hawa nafsu.
4. Level Shalat: Mutsabun (diberi pahala)
Golongan ini sudah mencapai tingkat istiqomah dan khusyuk dalam shalat . shalat sudah bisa mencegahnya dari hati dan perbuatan yang buruk.
BACA JUGA: Hukum Makmum Tidak Qunut Shalat dengan Imam yang Qunut Subuh
5. Level Shalat: Muqarrab min rabbihi (dekat dengan Allah)
Golongan tertinggi. Orang orang yang ikhlas dan dekat dengan Allah. shalat nya bukan hanya berkualitas melainkan kuantitasnya melebihi dari keempat golongan yang lain.
Setelah membaca ini, tidakkah diri segera berniat memperbaiki kualitas shalat sebagai amalan yang pertama dihisab kelak?
Wallahu a’lam bi showab. []