SAYA banyak mengambil faidah dari karya-karya Syaikh Yusuf Al-Qaradhawi, namun saya juga biasa membaca kritik terhadap beliau. Bahkan jika terbukti ada pendapat beliau yang syadz, mudah saja kita tinggalkan pendapatnya, bahkan kita cantumkan kritik para ulama lain terhadap pendapat beliau.
Demikian pula terhadap Syaikh Nashiruddin Al-Albani. Saya terkagum-kagum membaca kesungguhan beliau dalam menelaah Hadits-Hadits Nabi. Sulit sekali mencari orang yang punya kesungguhan tinggi semacam itu di masa sekarang.
Namun tak berarti kita harus mengikuti semua pendapat fiqih beliau atau penilaian Hadits beliau. Jika ada pendapat fiqih beliau yang menyelisihi ijma’, kita tinggalkan tanpa perlu baper-baperan.
BACA JUGA:Â Setiap Ulama Memiliki Ketergelinciran Pendapat
Penilaian Hadits beliau pun, jika terbukti menyelisihi penilaian banyak ulama Hadits lain yang besar-besar, bisa saja kita tinggalkan.
Mengagumi seorang ulama atau tokoh itu hal biasa, selama tidak jatuh pada sikap ghuluw (berlebih-lebihan). Dan kekaguman kita tidak harus membuat kita menutup mata dari kelemahan sebagian pendapat mereka, atau menutup penglihatan dari fakta bahwa sebagian pendapat mereka menyelisihi banyak ulama lain, salaf dan khalaf, yang lebih diakui keilmuannya dari zaman ke zaman.
Sikap inshaf (adil dan proporsional) terhadap ulama yang dikagumi atau diikuti, itu mudah saja sebenarnya, bagi orang-orang yang memang berniat meraih kebenaran (al-wushul ilal haq). Namun itu akan sangat sulit bagi orang yang terjebak pada sikap fanatisme buta (ta’ashshub) atau mengikuti hawa nafsu.
BACA JUGA:Â Pendapat Salah Satu Ulama Bukan Standar Kebenaran
Sulit dan mudahnya ini, kadang bukan disebabkan oleh banyak sedikitnya ilmu, tapi oleh niat yang tidak lurus dalam mencari kebenaran.
Ingat, Imam Malik pernah berkata, “Siapapun, pendapatnya bisa diambil, bisa ditolak, kecuali penghuni kubur ini (yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam)”. Pernyataan beliau ini disepakati oleh para ulama, dan menjadi salah satu prinsip dari Ahlus Sunnah. []
Oleh: Muhammad Abduh Negara