Oleh: Islahuddin Panggabean, S.Pd
Pengurus Wilayah Mathla’ul Anwar Sumut
ZIS Consultant Yatim Mandiri Sumut
islahforpresident@gmail.com
“SESUNGGUHNYA orang-orang yang berhati-hati karena takut akan (azab) Tuhan mereka, Dan orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Tuhan mereka, Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan dengan Tuhan mereka (sesuatu apapun), Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka, mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya” (QS Al-Mu’minuun 57-61)
Ibunda Mukminin, Aisyah bertanya pada Nabi, “Apakah mereka adalah orang-orang yang meminum khamr, berzina dan mencuri?”. Nabi menjawab: “Tidak, wahai puteri Ash-Shiddiq! Akan tetapi mereka adalah orang-orang yang berpuasa, shalat dan bersedekah dan mereka takut amal mereka tidak diterima (Allah -subahanahu wata’ala). Mereka itulah orang-orang yang bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan.” (HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Imam Ahmad).
Hasan mengomentari ayat ini dengan berkata, “Mereka telah beramal demi Allah dengan semua ketaatan-ketaatan dan mereka telah bersungguh-sungguh padanya, serta mereka takut (seandainya amalan-amalan mereka) ditolak. Sesungguhnya seorang mukmin itu menggabungkan antara berbuat baik dengan takut (tidak diterima amalannya), sedangkan orang munafik menggabungkan antara berbuat buruk dengan (merasa) aman (dari siksa Allah).”
BACA JUGA: Ternyata Lebih Utama “Taqabbalallahu Minnaa wa Minkum”
Taqabbalallahu Minna Wa Minkum, Amal yang Diterima
Begitu pula Ali Radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Mereka lebih memperhatikan dikabulkannya amal daripada amal itu sendiri. Tidakkah kamu mendengar Allah Swt berfirman: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (mengabulkan) dari orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Maa’idah:27).
Ayat di atas menggambarkan rasa khauf (takut) yang ada di setiap muslim yang telah beramal. Rasa khouf atau takut kepada Allah ini wajib ditanam di dalam diri. Rasa khauf atau takut yang dituntut ialah yang menghalang seseorang dari melakukan dosa. Dengan adanya rasa khouf, seseorang akan berusaha untuk mentaati perintah Allah dan meninggalkan larangan Allah semaksimal mungkin. Lantas, setelah beramal ia tak akan jumawa, justru rasa takutnya berpindah kepada masalah diterimanya amal tersebut atau tidak.
Dalam Al Qur’an diceritakan, Nabi Ibrahim dan Isma’il ‘alaihimas salam ketika membangun Ka’bah mereka berdoa, “Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkau-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. Para ulama menjelaskan bahwa salah satu faidah dari ayat bahwa diterimanya amal shalih merupakan fokus perhatian seorang hamba yang shalih. Perhatikan bagaimana nabi Allah, Ibrahim pribadi yang disifati Allah sebagai seorang teladan, tunduk kepada Allah lagi hanif, tetap meminta kepada Allah agar amalnya dapat diterima.
Taqabbalallahu Minna Wa Minkum, Tidak Boleh Berlebihan
Namun sikap Khouf juga tidak boleh berlebihan dan berjalan sendiri. Sikap takut yang tidak diimbangi dengan rasa harap (roja’), akan menyebabkan seseorang berputus asa dari rahmat Allah. Adapun roja` secara bahasa artinya harapan/cita-cita; sedangkan menurut istilah ialah bergantungnya hati dalam meraih sesuatu di kemudian hari.
Roja’ yang benar harus disertai amalan. Ibnul Qoyyim dalam “Madarijus-Salikin” menjelaskan “..bahwa roja` tidak akan sah kecuali jika dibarengi dengan amalan. Oleh karena itu, tidaklah seseorang dianggap mengharap apabila tidak beramal”. Allah juga berfirman, “Barang siapa mengharap perjumpaan dengan tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shaleh dan janganlah ia mempersekutukan sesuatupun dalam beribadah kepada tuhannya.” (QS Al-Kahfi: 110).
Taqabbalallahu Minna Wa Minkum, Terbagi Jadi 2
Selanjutnya Ibnul Qayyim membagi roja` menjadi tiga bagian, dua di antaranya roja`,yang benar dan terpuji pelakunya, sedang yang lainnya tercela. Roja` yang menjadikan pelakunya terpuji, pertama: seseorang mengharap disertai dengan amalan taat kepada Allah, di atas cahaya Allah, ia senantiasa mengharap pahala-Nya; kedua: seseorang yang berbuat dosa lalu bertaubat darinya, dan ia senantiasa mengharap ampunan Allah, kebaikan-Nya dan kemurahan-Nya. Adapun yang menjadikan pelakunya tercela: seseorang terus-menerus dalam kesalahan-kesalahannya lalu mengharap rahmat Allah tanpa dibarengi amalan; roja` yang seperti ini hanyalah angan-angan belaka, sebuah harapan yang dusta.
Akhirnya Roja` juga menuntut adanya khauf dalam diri seorang mukmin, yang dengan itu akan memacunya untuk melakukan amalan-amalan sholeh. Tanpa disertai khauf, roja` hanya akan bernilai sebuah fatamorgana. Sebagaimana khauf juga menuntut adanya roja, tanpanya khauf hanyalah berupa keputusasaan tak berarti.
Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa takut dan harap (khauf wa raja’) merupakan dua panglima yang dapat membangkitkan manusia kepada amal. Khauf membawa kita pada ketaatan, dan raja’ membawa kita kepada amal.
BACA JUGA: Taqabbalallahu Minna wa Minkum, Ini Artinya
Dengan khouf dan raja’ itulah amal-amal kebaikan itu menjadi dawam (kontiniu). Sesuai tafsir Imam Razi mengenai ayat di atas, Di antara mereka ada yang cenderung mengartikan isyfaq dari presfektif pengaruhnya, yaitu ketaatan yang kontinu, dan makna ayat tersebut menjadi orang-orang yang taat secara kontinu karena takut kepada Tuhan mereka, dan berobsesi mencapai keridhaan-Nya.
Taqabbalallahu Minna Wa Minkum, Penutup
Khouf dan roja` harus senantasa menyatu dalam diri seorang mukmin dalam rangka menyeimbangkan hidupnya untuk tetap istiqomah melaksanakan perintahNya dan menjauhi larangan-larangan-Nya, mengharap pahala dan takut akan siksa-Nya. Keduanya (khauf dan roja`) ibarat dua sayap burung yang dengannya ia dapat menjalani kehidupannya dengan sempurna.
Bulan Ramadhan telah kita isi dengan amalan-amalan kebaikan. Kita belum tahu dengan pasti apakah amalan tersebut diterima. Dengan rasa khouf tersebut, marilah timbulkan harapan untuk kemudian perpaduan dua rasa itu dileburkan jadi amal keistiqomahan. Mari saling doakan Semoga Allah menerima amal kita dan semoga kebiasaan baik selama Ramadhan dapat kontinui di bulan-bulan selanjutnya. Taqabbalallahu minna wa minkum shiyamana wa shiyamakum. Kullu ‘am wa antum bi khoir. Aamiin. []