KELAK akan ada teman setia kita yang tidak hanya menemani kita di dunia, tapi ia akan menemani kita sampai di alam kubur dan negeri akhirat. Ya, teman setia kita itu adalah amal perbuatan kita selama di dunia.
Jangan sampai hidup kita di dunia terlalu disibukkan dengan harta, anak dan istri kita. Ketahuilah, kelak hanya amal yang akan menyertai kita hingga negeri akhirat. Anak, istri, dan harta kita akan meninggalkan kita ketika kita mati. Setelah mati, satu-satunya yang tetap terhubung dengan kita adalah amal perbuatan kita selama di dunia.
BACA JUGA: Pertanyaan Malaikat di Dalam Kubur
Teman Setia Seorang Muslim di Dalam Kubur, Harta Adalah Ujian
Harta merupakan ujian. Karena itu, berhati-hatilah jangan sampai ujian itu melalaikan kita dari Allah. Istri dan anak juga merupakan ujian seperti bunyi firman Allah,
“Di antara istri dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu.” (QS. Al-Taghabun (64) : 64)
Ibnu Athaillah berkata, “Ketahuilah bahwa kau memiliki tiga macam teman: (1) Harta yang akan kautinggalkan saat kau mati; (2) Keluarga, yang akan meninggalkanmu setelah kau dikubur; (3) Amal perbuatanmu, yang tidak akan berpisah denganmu. Karena itu, bertemanlah dengan teman yang masuk ke dalam kubur bersamamu dan senanglah bersamanya. Orang berakal adalah yang memperhatikan perintah dan larangan Allah.
Teman Setia Seorang Muslim di Dalam Kubur, Semua Amal Dipertanggungjawabkan
Kelak, tidak ada yang kita bawa mati selain amal perbuatan baik dan buruk yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT.
Nabi ﷺ pernah bersabda, “Ada tiga kelompok yang mengikuti mayat: keluarga, harta dan amal. Dua kembali dan yang hanya satu mengiuti. Keluarga dan harta kembali, sementara yang tersisa bersamanya hanya amal perbuatannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
BACA JUGA: Amalan yang Bisa Selamatkan dari Siksa Kubur
Teman Setia Seorang Muslim di Dalam Kubur, Amal Terbaik
Maka, apalagi yang kita tunggu? Sudahkah kita mempersiapkan amalan terbaik untuk kita pertanggungjawabkan di hadapan Allah kelak? Atau selama ini kita hanya sibuk mengumpulkan harta yang tidak pernah kita bawa mati? Mari kita renungkan. []
Referensi: Mengaji Tajul Ar’us Rujukan Utama Mendidik Jiwa/Karya: Ibnu Athaillah/Penerbit: Zaman