SAUDARAKU,
Ada cara agar wajah asli bisa tak terlihat. Cara itu dengan menggunakan sebuah alat yang disebut topeng. Dari topenglah seseorang bisa menyetel bentuk wajah yang ingin ditampilkan. Ada wajah ramah, lucu, murung, seram, bahkan sedih. Yang jelas, orang lain tidak mampu menebak warna asli wajah si pemakai topeng.
Dalam dunia hiburan anak-anak, berbagai film sering menampilkan pahlawan bertopeng. Sebab musabab sang pahlawan memakai topeng nyaris seragam: si pahlawan tidak ingin jati dirinya diketahui orang. Seolah film jenis ini berpesan: biarlah jasa baik yang sampai ke orang lain, bukan pelakunya.
Saudaraku,
Lain di dunia film anak-anak, lain dalam dunia kejahatan. Para perampok misalnya, biasa menyembunyikan wajah aslinya di balik topeng. Hingga orang pun bisa salah duga. Karena pelaku kejahatan seperti itu biasanya orang dekat korban. Bisa tetangga, keluarga, atau ‘orang dalam’ pada perusahaan bisnis. Saat itu, topeng menjadi pemisah dua identitas pada diri yang sama.
Kalau ada topeng yang berbentuk topeng, ada juga topeng yang tidak terlihat. Inilah topeng yang tergolong canggih. Orang bukan saja tidak mampu menebak apa warna wajah asli si pemakai, tapi terkecoh soal ada-tidaknya topeng. Karena siapa pun tidak bisa membedakan apakah seseorang sedang bertopeng atau tidak.
Kita pun mengira seseorang begitu ramah, padahal ia pemarah. Kita mengira seseorang sedang berjuang, padahal ia sedang mencari popularitas. Kita mengira seseorang begitu dermawan, padahal ia pencuri ulung kesempatan. Kita mengira seseorang pembela rakyat kecil, padahal ia ‘penghisap darah’.
Saudaraku,
Islam punya nilai sendiri tentang topeng jenis itu. Ketika topeng dipakai orang untuk bersembunyi dari perilaku buruknya, Islam menyebutnya sebagai munafik. Sedemikian buruk dan bahayanya topeng munafik, Allah swt. memberikan ancaman khusus. Firman Allah swt., “Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapatkan penolong pun bagi mereka.” (QS. An-Nisaa: 145)
Saudaraku,
Jadi, berhati-hatilah dengan topeng. Karena tanpa topeng pun, manusia sebenarnya sudah terbiasa memakai topeng. []