APA faktor kebahagiaan dalam Islam? Jawabannya ternyata simpel.
Pada suatu hari, al-Fath bin Khakan menemui Khalifah al-Mutawakil yang sedang termenung berpikir. Ia bertanya, “Apa yang engkau pikirkan, wahai Amirul Mukminin?” Khalifah menjawab, “Aku memikirkan siapa yang paling baik hidupnya di muka bumi ini?”
Fath berkata, “Engkaulah orang yang paling baik hidupnya dan paling enak keadaan!” Khalifah menjawab, “Bukanlah aku orangnya, tetapi orang yang paling baik hidupnya adalah orang-orang yang mempunyai rumah yang luas, istri yang shalihah, anak-anak yang shaleh, rezeki yang cukup.”
BACA JUGA: Ini 6 Tanda Manusia sedang Dicintai Jin?
Kebahagiaan dalam Islam, Disebutkan Nabi
Bukankah Rasulullah ﷺ bersabda, “Empat bagian dari kebahagian adalah istri yang shalihah, tempat tinggal yang luas, tetangga yang shaleh, tunggangan atau kendaraan yang baik. Empat bagian dari kesengsaraan ialah istri yang jahat, tetangga yang jahat, kendaraan yang jahat, dan tempat tinggal yang sempit.” (HR. Hakim)
Banyak orang mencari kebahagiaan bukan pada tempatnya. Di antara mereka ada selebritis yang terkenal dengan suaranya, Ilqis Bursili. Ia seorang pemuda ganteng yang mempunyai perempuan dan mobil. Namun, mungkin kita tidak tahu bagaimana ia meninggal.
Ia meninggal di toilet setelah meneguk obat terlarang. Ia hidup dalam keadaan tertekan setelah kehilangan jalan. Ia tidak mengetahui jalan yang benar, yaitu iman. Ia belum merasakan nikmat yang dirasakan hamba-hamba Allah SWT.
Kebahagiaan dalam Islam, Menurut Orang Arif
Salah seorang Arifin berkata, “Kaulah para penguasa mengetahui apa yang kita rasakan dari kebahagian, tentulah mereka akan membunuh kita dengan pedang-pedangnya.” Ada perbedaan yang sangat besar antara kesuksesan dan kebahagiaan. Kesuksesan adalah kita mendapatkan apa yang kita mau, sedangkan kebhagiaan adalah kita menginginkan apa yang menguntungkan.
BACA JUGA: Tak Ingin Ditinggali Manusia, Bumi Menangis
Oscar Wilde mengatakan, “Tidak disebut kebahagiaan, kecuali kebahagiaan itu dirasakan oleh orang lebih dari satu. Tidak dikatakan sakit kalau sakit itu ditanggung oleh seorang saja. Sesuatu disebut kebahagiaan jika mampu membahagiaakan orang lain.”
Konat berkata, “Supaya kebahagiaan itu terjaga, bagikanlah kebahagiaan itu kepada orang lain.” Seseorang berkata,” “Paling besar kebahagiaanku yang kurasakan ketika aku beramal baik dan secar tersembunyi, kemudian aku melihatnya secara tiba-tiba.”
Kebahagiaan dalam Islam, Ada Saat Memberi dan Melakukan Kebaikan
Kebahagiaan itu ada dalam memberi dan melakukan kebaikan, bukan dari mengambil sesuatu. Sumarsto Mum berkata, “Kami tumbuh dan berkeyakinan kebahagiaan itu dari mengambil, kemudian kami mengetahui bahwa kebahagiaan itu dari memberi.” []
Sumber: Bermalam di Surga/ Dr. Hasan Syam Basya/ Gema Insani