Table of Contents
SAHABAT Islampos, Bagaimana umat Islam saling menyapa? Ya, dengan salam. Lantas, seberapa pentingkah salam? Apa dampak moral dan sosial yang ditimbulkannya? Dan, bagaimana kita bisa menjadikannya kebiasaan? Serta bagaimana adab mengucap salam berdasarkan ajaran Islam tersebut?
Pentingnya Salam
Di zaman teknologi dan ilmu pengetahuan ini, nilai-nilai moral dan ajaran agama yang diajarkan untuk memajukan masyarakat yang lebih baik sebagian besar telah diabaikan. Salah satunya adalah salam.
Padahal, salam dalam Islam tidak hanya meningkatkan persahabatan, kerukunan dan rasa hormat, tetapi sekaligus menandakan pemenuhan hak-hak doa.
Jika muslim melupakan nilai-nilai Islami di dalam salam, kejatuhan moral tersebut bisa membawa umat menuju parit kehancuran; Oleh karena itu, sudah saatnya kita memeriksa sikap kita dan memperbaikinya.
Setiap komunitas memiliki kata-kata sapaan yang digunakan ketika anggota komunitas bertemu. Salam seperti itu untuk mengungkapkan kesopanan dan meningkatkan perasaan positif.
Salam yang diberikan kepada umat Islam oleh Al-Qur’an memiliki nilai spiritual dan moral yang tinggi di antara bentuk salam lainnya.
BACA JUGA: Hikmah dari Ucapan Assalamualaikum
Dr. Qazi Shaikh Abbas Borhany, seorang pengacara, ulama dan anggota Majelis Ulama Pakistan, menjelaskan, sebelum Islam, penduduk Jazirah Arab biasa mengucapkan, “Hayak Allah” (Semoga Allah memberimu kehidupan) dan “Sabah Al-khair” (Selamat pagi).
Dia juga mengungkap bahwa seseorang pernah datang ke hadapan Al-Husain bin `Ali dan berkata, “Kayfa anta? `Aafak Allah” (Bagaimana kabarmu? Semoga Allah menjagamu).
Al-Husain segera mengoreksinya dengan cara terbaik, memberinya ajaran dasar Islam dan menanggapi dengan kata-kata berikut, “Assalamu qabal al-kalaamu, `aafak Allah” (Ucapkan Salam sebelum berbicara, semoga Allah melindungimu). Dia kemudian mengajarkan: Jangan memberi izin kepada siapa pun sampai dia mengucapkan Salam.
Di tempat lain, Al-Husain menggambarkan pahala Salam dengan sangat tepat dalam kata-kata berikut:
“Ada 70 kebaikan dalam Salam: 69 untuk orang yang mengucapkannya dan hanya satu untuk orang yang menjawab. Orang yang tidak membalas Salam adalah orang yang kikir” ( Bihaar Al-Anwaar , Vol. 17, Qum).
Al-Qur’an bahkan mengarahkan kita untuk menanggapi Salam dengan cara yang lebih sopan:
“Dan jika kamu disapa dengan salam, sapalah dengan (sapaan) yang lebih baik darinya atau balaslah; Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu.” (QS An-Nisaa’: 86)
Orang yang sombong dan angkuh tidak pernah berinisiatif untuk mengucapkan salam. Mereka hanya sedikit menggerakkan kepala dan tersenyum alih-alih mengatakan “Wa`alaykum assalam.” Mereka adalah orang-orang yang kikir dari kelas terburuk, sesuai dengan tradisi Nabi.
Mengucapkan salam dalam Islam tidak hanya meningkatkan persahabatan, kerukunan dan rasa hormat, tetapi sekaligus menandakan terpenuhinya hak-hak doa bagi umat Islam. Selain itu, As-Salam adalah salah satu Nama Allah.
Kapan muslim saling mengucap salam?
Salam sangat dianjurkan ketika mengunjungi kuburan. Salam tersebut berupa doa:
“Assalamu’alaikum wahai ahli kubur, dari orang-orang yang beriman. Anda mendahului kami dan kami akan bertemu Anda, Insya Allah).”
Namun, ada kalanya salam tidak dianjurkan. Yakni, ketika seseorang terlibat dalam kegiatan berikut:
- Saat melakukan salat (sholat)
- Sementara seseorang terlibat dalam tasbih (memuliakan dan memuji Allah) atau dzikir ; berkumpul untuk mengingat dan bersyukur kepada Allah.
- Saat khutbah (khutbah), duduk bersama untuk belajar atau mendengarkan ceramah.
- Ketika seseorang sedang sibuk membaca Al-Qur’an
- Selama adzan; untuk mengulangi kata-kata adzan di awal setiap doa. Ini adalah panggilan untuk sholat berjamaah di Masjid.
- Saat berdoa
- Sambil disibukkan dengan diskusi atau penelitian ilmu-ilmu agama
- Saat seorang hakim sedang memberikan vonis
- Sambil makan atau minum
- Saat membaca talbiyah selama haji.
- Ketika berbuat hal yang tidak baik.
Selain itu, ada pula beberapa bentuk salam yang kurang baik jika dilakukan, misalnya menggunakan “Hai” alih-alih “Assalamualaikum” di email dan SMS sebelum memulai percakapan. Atau, salam dilakukan dengan memeluk seseorang dan mendekatkannya dengan Anda saat bertemu dengannya setelah kembali dari perjalanan atau setelah lama tidak hadir.
Laki-laki boleh mengamalkan sunnah ini dengan laki-laki dan perempuan bisa melakukannya dengan perempuan. Namun, bentuk salam dengan cara memeluk ini tidak boleh dilakukan dengan lawan jenis yang bukan mahram.
Lantas, bagaimana cara mengucapkan salam yang benar kepada sesama muslim?
Adab mengucap salam
1 Adab mengucap salam: Ucapkan dengan jelas
Salah satu hadits merekomendasikan membaca Salam dengan cara yang dapat didengar oleh setiap orang dengan jelas. Orang yang memulai Salam pertama adalah yang paling dekat dengan Allah. Literatur hadis memberi kita ajaran yang mulia dalam hal ini.
2 Adab mengucap salam: Yang memulai itu lebih baik
Ketika seseorang bertanya siapa yang harus memulai Salam, Nabi menjawab, “Orang yang (ingin) lebih dekat dengan Allah. Seorang pengendara harus menyapa pejalan kaki, pejalan kaki harus menyapa orang yang duduk dan kelompok kecil harus menyapa banyak orang.”
3 Adab mengucap salam: Ucapkan kepada siapa pun, baik yang dikenal maupun asing
Salam harus ditawarkan kepada semua Muslim, terlepas dari apakah mereka kenalan atau asing. Mengucapkan salam dengan lantang kepada semua orang dalam sebuah pertemuan sudah cukup, karena tidak perlu menyapa setiap orang secara individu. Namun, tidak benar untuk hanya menyapa orang tertentu dalam sebuah pertemuan.
4 Adab mengucap salam: Ucapkan dengan ceria
Ini sebagaimana kisah ketika Yahya bertemu Isa, dia mulai dengan mengatakan, “Salam,” dan dijawab dengan, “Salam.” Setiap kali Yahya bertemu `Isa, Yahya selalu bahagia dan tersenyum, tetapi `Isa sedih, seolah-olah dia seperti orang yang menangis.
`Isa bertanya kepada Yahya, “Kamu tersenyum seperti orang yang bahagia, seolah-olah kamu aman dan terlindungi,” yang dijawab Yahya, “Kamu menunjukkan kesedihan seperti itu, seolah-olah kamu telah kehilangan semua harapan.” Kemudian muncul perintah, “Orang yang paling banyak tersenyum adalah yang paling saya sayangi.”
BACA JUGA: Bagaimana Jika Salam Kita tidak Dijawab?
5 Adab mengucap salam: Boleh menggunakan isyarat
Jika seseorang berada pada jarak di mana Salam mungkin tidak terdengar, maka Salam dapat ditawarkan dengan isyarat tangan.
6 Adab mengucap salam: Ucapkan saat memulai pembicaraan di telepon
Selebihnya, biasakan mengucap Salam ketika mengunjungi atau menelepon orang lain dan berhati-hatilah untuk tidak mengunjungi atau menelepon siapa pun selama waktu istirahat atau shalat.
7 Adab mengucap salam: Ucapkan ketika berkunjung ke rumah orang lain
Selain itu, jangan pernah memasuki rumah – siapa pun itu – tanpa izin. Untuk meminta izin masuk, membunyikan bel dan ketika orang di rumah bertanya siapa yang ada di sana, ucapkan Salam dengan suara keras dan sebutkan nama Anda. Jika Anda menyadari bahwa orang di dalam telah mendengar dering atau suara Anda dan dengan sengaja mengabaikannya, ulangi panggilan tersebut sebanyak tiga kali. Jika tidak ada izin atau jawaban, maka sesuai hadits, Anda harus kembali. []
SUMBER: IRFI | NEW MUSLIM