TEGAR dan pantang menyerah sepertinya cocok disematkan kepada sosok siswa SMA kelas 3 di Warungkiara, Kabupaten Sukabumi bernama Adia Riswandi (17) ini. Adia rela banting tulang dengan berjualan sayur untuk membantu keluarganya di sela-sela kesibukannya dalam bersekolah.
Adia yang saat berjualan selalu memakai seragam SMA ini mengaku hanya memiliki satu seragam.
“Adia hanya punya satu seragam, inisiatif hasil jualan Adia suka menyisihkan uang Rp 5 ribu kadang Rp 2 ribu, ingin punya seragam. Adia berangkat sekolah jam 06.00 WIB pakai seragam ini, berjualan sampai jam 07.30 WIB masuk sekolah. Ketika sayuran masih tersisa Adia melanjukan berjualan pakai seragam ini juga,” kata Adia, Kamis (17/11/2022).
Adia terkadang kehujanan saat menjajakan sayuran sepulang sekolah, tiba di rumah dia mengeringkan seragamnya itu dengan lampu rumah.
BACA JUGA:Â Rektor IPB Sebut 116 Mahasiswanya Terjerat Pinjol
“Ketika pulang kalau basah Adia jemur seragam di dekat lampu biar cepat kering, kadang pakai lampu biar buat besok pakai sekolah lagi,” imbuhnya.
Namun mimpi siswa SMA memiliki seragam dengan menabung terpaksa tertunda, ia lebih mementingkan sang adik yang kini masih duduk di bangku sekolah dasar. Ia juga kerap mengalah untuk kebutuhan dapur sang ibu.
“Mau bagaimana lagi, suka terpakai sama ibu beli beras kadang untuk kebutuhan bekal dan kebutuhan sekolah. Yang paling penting buat adik saya juga, saya nggak mau dia seperti Adia, makanya belikan dia seragam dan peralatan sekolah,” ujar Adia.
“Kadang saya semprot seragam pakai pewangi, dari kelas 1 SMA memang jarang beli baju. Jauh-jauh dari gaya hidup, lebih penting keluarga Adia. Saya kasihan ke adik jangan sampai seperti Adia, kalau ada rezeki ingin beli semua perlengkapan sekolah adik,” sambungnya.
Kisah mandiri Adia dibenarkan Ahmad Taufik, warga yang juga menjabat sebagai Ketua Asosisasi Badan Pemusyawaratan Desa (BPD) Kecamatan Warungkiara. Ia mengaku mengetahui kisah Adia.
“Kakaknya juga dulu berjualan sayur seperti Adia, untuk membantu keluarga. Namun kakaknya ditarik sama tetangganya untuk bekerja, karena senang melihat kemandiriannya. Lalu dilanjutkan Adia, karena kondisi ayahnya sakit,” kata Taufik.
Menurut Taufik, ia pernah mengusulkan pembangunan rumah yang dihuni Adia dan keluarganya pada 2019 silam. Rumah Adia itu akhirnya dibangun dan layak untuk dihuni.
BACA JUGA:Â Demi Lanjutkan Pendidikan, Mahasiswi Ini Rela Jadi Pemulung
“Dulunya bilik (anyaman bambu), rumahnya saya ajukan ke pemerintah desa alhamdulillah dapat rehab rumah, di rehabnya tahun 2019 kalau nggak salah. Adia ini anak kelas 3 SMA dia berjualan sayuran seperti kangkung, caesim, kacang panjang, kadang mentimun,” cerita Taufik.
Sayur mayur itu hasil menanam orang tua Adia. Lahan tempat menanam adalah hasil sewa dari tetangganya.
“Sayuran itu ditanam oleh ayahnya, tanahnya hasil dari sewakelola gitu. Bapaknya sakit prostat, dulu nggak bisa jalan, sekarang sudah mulai sembuh sedikit sedikit. Adia berjualan dari kelas 3 SMP dia mulai berjualan. Dulu yang jualan kakanya, dulu jualannya bareng-bareng,” pungkas Taufik. []
SUMBER: DETIK