GURU adalah sosok mulia dalam ajaran agama Islam. Oleh karena itu, setiap murid harus memiliki adab-adab yang baik kepada guru. Di bawah ini kita akan membahas tujuh adab pada guru yang harus diketahui oleh seorang murid.
Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam bersabda:
ليس منا من لم يجل كبيرنا و يرحم صغيرنا و يعرف لعالمنا حقه
“Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda serta yang tidak mengerti hak ulama.” (HR Ahmad dan dishahihkan Syekh Al Albani dalam kitab Shahih Al Jami)
Berikut ini adab-adab murid kepada guru menurut ajaran Islam, sebagaimana dijelaskan Ustadz Muhammad Halid Syar’i dalam Muslim.or.id:
Adab pada Guru: Menghormati guru
Para ulama telah memberikan contoh dalam penghormatan kepada guru. Sahabat Abu Sa’id Al-Khudri Radhiallahu ‘anhu berkata:
BACA JUGA: 3 Adab Membawa Anak ke Masjid
كنا جلوساً في المسجد إذ خرج رسول الله فجلس إلينا فكأن على رؤوسنا الطير لا يتكلم أحد منا
“Saat kami sedang duduk-duduk di masjid, maka keluarlah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian duduk di hadapan kami. Maka seakan-akan di atas kepala kami terdapat burung. Tak satu pun dari kami yang berbicara.” (HR Bukhari)
Ibnu Abbas seorang sahabat yang ‘alim, mufasir Quran umat ini, seorang dari Ahli Bait Nabi pernah menuntun tali kendaraan Zaid bin Tsabit al-Anshari radhiallahu anhu dan berkata:
هكذا أمرنا أن نفعل بعلمائنا
“Seperti inilah kami diperintahkan untuk memperlakukan para ulama kami.”
Berkata Abdurahman bin Harmalah Al Aslami:
ما كان إنسان يجترئ على سعيد بن المسيب يسأله عن شيء حتى يستأذنه كما يستأذن الأمير
“Tidaklah sesorang berani bertanya kepada Said bin Musayyib, sampai dia meminta izin, layaknya meminta izin kepada seorang raja.”
Ar-Rabi’ bin Sulaiman berkata:
مَا وَاللَّهِ اجْتَرَأْتُ أَنْ أَشْرَبَ الْمَاءَ وَالشَّافِعِيُّ يَنْظُرُ إِلَيَّ هَيْبَةً لَهُ
“Demi Allah, aku tidak berani meminum air dalam keadaan Asy-Syafi’i melihatku karena segan kepadanya.”
Diriwayatkan oleh Al Imam Baihaqi, Umar bin Khattab mengatakan:
تواضعوا لمن تعلمون منه
“Tawadhulah kalian terhadap orang yang mengajari kalian.”
Al Imam As Syafi’i berkata:
كنت أصفح الورقة بين يدي مالك صفحًا رفيقًا هيبة له لئلا يسمع وقعها
“Dulu aku membolak-balikkan kertas di depan Malik dengan sangat lembut karena segan padanya dan supaya dia tak mendengarnya.”
BACA JUGA: Adab Jima Suami-Istri
Abu ‘Ubaid Al Qosim bin Salam berkata, “Aku tidak pernah sekalipun mengetuk pintu rumah seorang dari guruku, karena Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَلَوْ أَنَّهُمْ صَبَرُوا حَتَّى تَخْرُجَ إِلَيْهِمْ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Kalau sekiranya mereka sabar, sampai kamu keluar menemui mereka, itu lebih baik untuknya.” (QS Al Hujurat: 5)
Sungguh mulia akhlak mereka para ulama kaum muslimin, tidaklah heran mengapa mereka menjadi ulama besar di umat ini, sungguh keberkahan ilmu mereka buah dari akhlak mulia terhadap para gurunya.
Adab pada Guru: Adab duduk bersama guru
Syekh Bakr Abu Zaid rahimahullah di dalam kitabnya Hilyah Tolibil Ilm mengatakan, “Pakailah adab yang terbaik pada saat kau duduk bersama syekhmu, pakailah cara yang baik dalam bertanya dan mendengarkannya.”
Syaikh Utsaimin mengomentari perkataan ini, “Duduklah dengan duduk yang beradab, tidak membentangkan kaki, juga tidak bersandar, apalagi saat berada di dalam majelis.”
Ibnul Jamaah mengatakan, “Seorang penuntut ilmu harus duduk rapi, tenang, tawadhu’, mata tertuju kepada guru, tidak membetangkan kaki, tidak bersandar, tidak pula bersandar dengan tangannya, tidak tertawa dengan keras, tidak duduk di tempat yang lebih tinggi juga tidak membelakangi gurunya.”
Adab pada Guru: Adab berbicara bersama guru
Berbicara dengan seseorang yang telah mengajarkan kebaikan haruslah lebih baik dibandingkan jika berbicara kepada orang lain. Imam Abu Hanifah pun jika berada depan Imam Malik ia layaknya seorang anak di hadapan ayahnya.
Para Sahabat Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam, muridnya Rasulullah, tidak pernah didapati mereka beradab buruk kepada gurunya tersebut. Mereka tidak pernah memotong ucapannya atau mengeraskan suara di hadapannya.
Bahkan Umar bin Khattab yang terkenal keras wataknya tidak pernah mengeraskan suaranya di depan Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam. Bahkan dalam beberapa riwayat, Rasulullah sampai kesulitan mendengar suara Umar jika berbicara.
BACA JUGA: 7 Adab Memilih Calon Suami
Di hadits Abi Said al Khudry radhiallahu ‘anhu juga menjelaskan:
كنا جلوساً في المسجد إذ خرج رسول الله فجلس إلينا فكأن على رؤوسنا الطير لا يتكلم أحد منا
“Saat kami sedang duduk-duduk di masjid, maka keluarlah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian duduk di hadapan kami. Maka seakan-akan di atas kepala kami terdapat burung. Tak satu pun dari kami yang berbicara.” (HR Bukhari)
Adab pada Guru: Adab bertanya kepada guru
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
فَسْئَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لاَتَعْلَمُونَ
“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.” (QS An-Nahl: 43)
Bertanyalah kepada para ulama, begitulah pesan Allah Subhanahu wa ta’ala di ayat ini. Dengan bertanya maka akan terobati kebodohan, hilang kerancuan, serta mendapat keilmuan.
Tidak diragukan bahwa bertanya juga mempunyai adab di dalam Islam. Para ulama telah menjelaskan tentang adab bertanya ini.
Mereka mengajarkan bahwa pertanyaan harus disampaikan dengan tenang, penuh kelembutan, jelas, singkat dan padat, juga tidak menanyakan pertanyaan yang sudah diketahui jawabannya.
Di dalam Alquran terdapat kisah adab yang baik seorang murid terhadap gurunya, kisah Nabi Musa dan Khidir Alaihissallam. Saat Nabi Musa meminta Khidir untuk mengajarkannya ilmu:
إِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيعَ مَعِيَ صَبْراً
“Khidir menjawab, ‘Sungguh, engkau (Musa) tidak akan sanggup sabar bersamaku’.” (QS Al Kahfi: 67)
Nabi Musa Alaihissallam, Kaliimullah dengan segenap ketinggian maqomnya di hadapan Allah Ta’ala, tidak diizinkan mengambil ilmu dari Nabi Khidir, sampai akhirnya percakapan berlangsung dan membuahkan hasil dengan sebuah syarat dari Nabi Khidir.
فَلا تَسْأَلْنِي عَنْ شَيْءٍ حَتَّى أُحْدِثَ لَكَ مِنْهُ ذِكْراً
“Khidir berkata, ‘Jika engkau mengikuti maka janganlah engkau menanyakanku tentang sesuatu apa pun, sampai aku menerangkannya’.” (QS Al Kahfi: 70)
Jangan bertanya sampai diizinkan, itulah syarat Nabi Khidir kepada Musa Alaihissallam. Maka jika seorang guru tidak mengizinkannya untuk bertanya maka jangalah bertanya, tunggulah sampai ia mengizinkan bertanya.
Kemudian, doakanlah guru setelah bertanya seperti ucapan, “Barakallahu fiik”, atau “Jazakallahu khoiron” dan lain-lain. Banyak dari kalangan ulama berkata:
ما صليت إلا ودعيت لوالدي ولمشايخي جميعاً
“Tidaklah aku mengerjakan sholat kecuali aku pasti mendoakan kedua orangtuaku dan guru-guruku semuanya.”
Adab pada Guru: Adab menyimak pelajaran
Agama Islam mengajarkan adab menyimak pelajaran dari guru. Diketahui kisah Nabi Musa Alaihissallam yang berjanji tidak mengatakan apa-apa selama belum diizinkan. Juga para sahabat Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam yang diam ketika Rasulullah berada di tengah mereka.
Bahkan diriwayatkan Yahya bin Yahya Al Laitsi tak beranjak dari tempat duduknya saat para temannya keluar melihat rombongan gajah yang lewat di tengah pelajaran. Yahya mengetahui tujuannya duduk di sebuah majelis adalah mendengarkan apa yang dibicarakan gurunya, bukan yang lain.
Adab pada Guru: Mendoakan guru
Banyak dari kalangan ulama salaf berkata:
ما صليت إلا ودعيت لوالدي ولمشايخي جميعاً
“Tidaklah aku mengerjakan sholat kecuali aku pasti mendoakan kedua orangtuaku dan guru-guruku semuanya.”
Adab pada Guru: Sabar menyikapi kesalahan guru
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
كل ابن آدم خطاء و خير الخطائين التوابون
“Setiap anak Adam pasti berbuat kesalahan, dan yang terbaik dari mereka adalah yang suka bertobat.” (HR Ahmad)
BACA JUGA: 3 Adab Sebelum Shalat
Para guru bukan malaikat, mereka tetap berbuat kesalahan. Jangan juga mencari cari kesalahannya, ingatlah firman Allah Subhanahu wa ta’ala berikut ini:
وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ
“Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.” (QS Al Hujurat: 12)
Allah Subhanahu wa ta’ala melarang mencari kesalahan orang lain dan menggibahnya, larangan ini umum tidak boleh mencari kesalahan siapa pun. Doakan para guru jika terdapat kesalahan.
Hal ini sebagaimana dilakukan para ulama salaf. Mereka berdoa:
اللهم استر عيب شيخي عني ولا تذهب بركة علمه مني
“Ya Allah tutupilah aib guruku dariku, dan janganlah kau hilangkan keberkahan ilmunya dariku.” []