Table of Contents
SAHABAT Islampos, Andalusia pernah menjadi saksi kejayaan Islam di tanah Eropa. Selama berabad-abad, kota-kota di Andalusia terkenal oleh keindahannya. Bukan hanya arsitektur bangunannya, melainkan pula gaya busana penduduknya. Bagaimana gaya busana masyarakat muslim Andalusia tersebut?
Maria Rosa Menocal, seorang sarjana budaya dan sejarah abad pertengahan kelahiran Kuba dan Profesor Humaniora Sterling di Universitas Yale, melontarkan pujian terhadap keindahan Andalusia. Dia mengungkapkan dalam bukunya yang berjudul The Ornament of the World, bahwa kawasan Andalusia yang dibangun Muslim itu adalah hiasan dunia yang cemerlang di Barat.
BACA JUGA:Â Masa Kejayaan Islam di Bumi Andalusia
Gaya busana masyarakat muslim Andalusia
Kordoba dan kota lainnya dikagumi karena kemewahan dan kegemerlapannya. Salah satu yang membuatnya semarak adalah gaya berbusana masyarakatnya. Corak pakaian di wilayah itu begitu beragam.
Saat itu, fungsi busana bukan sekadar penutup tubuh serta aurat, melainkan juga simbol status dan kedudukan. Lady Violante de San Sebastian dalam artikel berjudul Costumes of all Andalus, menyebut keragaman corak busana menyiratkan kemasyhuran Islam di bawah Dinasti Umayyah di Andalusia.
Kawasan ini mencapai puncak kejayaan ketika khalifah Abdur ar Rahman III memegang kursi kepemimpinan. Itu berlangsung pada tahun 929. Dia membangun sejumlah kota di Andalusia dengan tatanan terbaik dan bertabur kemegahan.
Sederet pencapaian penting mampu diwujudkan, antara lain di bidang budaya, ilmu pengetahuan, pertanian, hingga arsitektur. Perkembangan industri busana dan model pakaian turut mewarnai geliat peradaban di seantero wilayah Andalusia.
Terlebih didukung stabilitas politik selama beberapa abad. Aspek kemasyarakatan tumbuh pesat. Kordoba, misalnya, menjelma sebagai kota metropolitan. Banyak pendatang dari berbagai negeri singgah dan menetap.
Interaksi antarbangsa, agama, dan budaya tercipta. Kondisi itu berkontribusi terhadap keanekaragaman jenis dan gaya pakaian di wilayah itu.
BACA JUGA:Â Belajar Toleransi dari Andalusia
Lady Violante mencatat, perbedaan model pakaian ditentukan beberapa hal.
1 Gaya busana keluarga kerajaan/sultan
Pertama, status dan kedudukan di tengah masyarakat. Khalifah, keluarga istana, dan saudagar kaya, mewakili golongan berpunya. Mereka memiliki ciri pakaian yang mewah serta berkualitas tinggi. Bahan paling digemari adalah kain sunduri dan sutera.
Mereka menyukai jubah. Busana itu bertabur benang emas dan terbuat dari bahan mahal. Jubah panjang dengan lengan lebar sangat nyaman dikenakan dan bisa melindungi tubuh dari suhu panas atau dingin.
Jubah mewah melambangkan kekuasaan dan kekayaan. Para petinggi dan bangsawan juga senang mengenakan durra’a, sejenis baju berkancing dari bahan sutera. Durra’a terdiri atas dua jenis. Pertama, yang berukuran besar dan memiliki lengan panjang serta lebar, namun menyempit di bagian ujung. Jenis ini kerap dipakai oleh musisi, hakim, sarjana, pangeran, atau pelayan istana. Khalifah selalu memberikan busana ini sebagai hadiah bagi bawahannya atau tamu dari luar negeri.
2 Gaya busana rakyat
Gaya busana yang populer di kalangan masayarakat adalah Dhurra’a. Gaya busana ini bercorak ketat di badan, pun lengannya tidak terlampau lebar. Busana itu dilengkapi celana panjang sehingga cocok untuk aktivitas berburu, olahraga, dan lainnya. Gamis pun tak kalah populer pada abad ke-10 dan 11 itu.
Tak hanya kalangan berpunya, rakyat biasa turut mengenakan pakaian yang terbuat dari bahan katun dan kain lina ini. Untuk sehari-hari, kaum pria Muslim pun mengenakan celana panjang atau sarawil. []
SUMBER: IHRAM