TAHUKAH Anda ada banyak larangan bagi para penuntut ilmu?
Bahwa seseorang sulit langgeng dalam ketaatan adalah kebanyakan disebabkan karena sulitnya untuk tawadhu. Karena tawadhu adalah salah satu kunci terbesar memudahkan seseorang untuk bisa bertahan (Istiqomah) dengan ilmu dan amalnya.
Ada enam hal yang harus diperhatikan para penuntut ilmu untuk memudahkannya menuju proses tawadhu.
1. Larangan bagi Para Penuntut Ilmu: Jangan pernah menolak dalil (ayat atau hadits) yang dianggap tidak sesuai dengan pemahaman atau keyakinan diri dan golongan -selama ada dalilnya-
Karena sama halnya menganggap diri lebih hebat daripada Allah dan Rasul-Nya. Dan ini sebuah kesombongan.
Bisa jadi ada 2 atau lebih dalil/ hukum dalam 1 perbuatan. Islam mengenal perbedaan mu’tabar (yang dianggap) yakni sama-sama sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah.
Adakalanya Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam untuk menunjukkan 1 perkara melakukan 2 perbuatan yang berbeda dalam 2 kesempatan. Sehingga berpeluang terjadi perbedaan pendapat antara para sahabat yang hadir/ melihat langsung dengan yang tidak melihat. Contoh qunut dalam sholat subuh. Terkadang beliau qunut tapi di lain waktu tidak.
BACA JUGA:Â 4 Bentuk Penghormatan Ali bin Abi Thalib terhadap Orang Berilmu
2. Larangan bagi Para Penuntut Ilmu: Jangan meremehkan kebenaran dari orang lain. Meski berbeda mazhab atau golongan.
Karena ilmu tidak mengalir ke hati yang tinggi. Namun tetap harus selektif menerima kebenaran. Sebab adakalanya perbedaan pendapat dalam Islam itu ghairu mu’tabar (yang tidak dianggap) yakni tidak ada dasarnya atau bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah.
Maka butuh guru yang memiliki pemahaman yang benar tentang Islam. Tugas kita hanya diperintahkan untuk menghargai manusia dan tidak menolak kebenaran dari Allah dan Rasul-Nya (Tawadhu).
3. Larangan bagi Para Penuntut Ilmu: Jangan jadikan ilmu dan kelebihan diri sebagai kaca pembesar untuk melihat kekurangan dan dosa orang lain.
Saat beramal dan punya kelebihan, yang teringat justru si fulan yang tidak bisa seperti dirinya.
Saat melihat kekurangan/ dosa orang lain: merendahkan serta membandingkan dengan dirinya yang lebih mulia. Padahal konsep dalam Islam saat seseorang menghinakan dosa orang lain (walau hanya bergumam di hati), maka suatu saat ia akan melakukan maksiat yang sama lebih buruk serta terhalang menjalankan ketaatan.
(lihat di materi cabang iman “tawadhu”). Saat melihat kelebihan orang lain, tidak mau mengakuinya, justru menjust orang tidak tulus, berpura-pura, pamer, ria dan label buruk lainnya.
Solusinya, apapun yang diindra dari orang lain meski maksiat, alai, gak berbobot, gak penting tetap menjaga tawadhu.
4. Larangan bagi Para Penuntut Ilmu: Jangan memaksakan pendapat kepada orang lain (beranjak dari anggapan bahwa pendapat kita lebih benar).
Karena kita selamanya tidak akan bisa memaksakan orang memahami apa yang kita pahami hingga Allahlah yang menggerakkan hatinya.
Perbedaan itu sebuah keniscayaan. Setiap orang pasti mempunyai pendapat yang berbeda-beda. Lain lubuk lain ikannya, lain kepala lain otaknya. Maka hargailah pendapat orang lain. Saat orang berkomentar mengungkapkan pikiran, perasaan dan pendapatnya maka siapkan hati untuk membuka diri, menghargai dan berterima kasih. Karena seorang tawadhu memahami bahwa berbeda itu sesuatu yang wajar dan biasa terjadi.
5. Larangan bagi Para Penuntut Ilmu: Jangan mencela ulama atau guru. Walaupun keyakinan, kecenderungan hati, mazhab atau pendapat tidak sama dengan mereka.
Karena keberkahan suatu ilmu (sulit mudahnya dalam menerimanya) ditentukan bagaimana seseorang memperlakukan ulama atau gurunya. Karena itulah adab harus dipelajari sebelum ilmu. Ibnul Mubarok berkata, “Kami mempelajari masalah adab itu selama 30 tahun sedangkan kami mempelajari ilmu selama 20 tahun.”
Yakinlah saat kau mencari guru yang tidak punya kekurangan dan kesalahan, maka selamanya kau tidak akan berguru.
BACA JUGA:Â Mengapa Semakin Tinggi Ilmu Seseorang Membuatnya Semakin Merasa Tidak Tahu Apa-apa?
6. Larangan bagi Para Penuntut Ilmu: Kebencian berlebihan akan menghalangi seseorang dari kebaikan atau terputus dari keberkahan.
Karena dalam kondisi tersebut ia akan mudah lepas kendali dan ditunggangi syaitan. Walhasil dari sini lahirlah berbagai jenis penyakit hati.
Ulama mengatakan saat kondisi demikian yang dilakukan adalah justru dengan memberikan perhatian lebih dan mendoakan orang yang tidak disukai. Karena hal itu bisa menyelamatkan hati. Syaitan akan marah dan putus asa karena tidak berhasil menjalankan tugas meniupkan permusuhan ke dalam hati seseorang.
Demikianlah catatan penting untuk para penuntut ilmu supaya bisa tetap Istiqomah dengan ilmu dan amalnya.
Wallahu a’lam bi showab. []