SAHABAT Islampos, zikir adalah ibadah yang paling fleksibel dilakukan oleh umat Islam. Zikir dapat dilakukan kapanpun dan dimana pun. Zikir juga dapat dilakukan dalamkondisi apapun. Lantas, bagaimana ketika tidak hadirnya hati saat zikir atau tidak fokus ketika zikir?
Di dalam Alquran, kata ‘zikir’ disebut sebanyak 267 kali dengan berbagai bentuk kata (derivasinya). Diantaranya, bermakna mengingat Allah, dalam arti menghadirkan dalam hati.
BACA JUGA: 5 Manfaat Dzikir seperti Disebutkan dalam Al-Quran
Allah berfirman:
“Ya ayyuhalladzina aamanu-dzkuruullaha dzikran katsiran, wa sabbihuhu bukrotan wa ashilan.”
“Wahai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang.” (QS Al Ahzab: 41)
Ibnu Athaillah dalam kitab Al-Hikam menasihati bahwa janganlah sesekali seorang Muslim berhenti berzikir hanya karena tidak hadirnya hati saat menyebut asma Allah. Sebab kelalaian dari berzikir kepada-Nya jauh lebih buruk daripada kelalaian di saat tengah berzikir kepadaNya.
Dengan memaksakan diri untuk berzikir walau hati sedang tidak fokus, kita dapat berdoa agar Allah SWT dapat berkenan mengubah kondisi yang sedang kita alami. Yakni dari kelalaian saat berzikir menuju kesadaran saat melakukannya. Dari zikir dengan kesadaran penuh menuju zikir dengan hadirnya hati di dalamnya.
BACA JUGA: Hukum Tasbih untuk Berdzikir, Bolehkah ataukah Bid’ah?
Dari zikir yang disertai hadirnya hati menuju zikir yang mampu mengabaikan selain yang disebut saat berzikir, “Dan yang demikian itu tidaklah sulit bagi Allah.”
Ibnu Athaillah menjelaskan bahwa lalai untuk berzikir kepada Allah sama saja dengan menjauhkan diri dari-Nya. Baik secara hati atau pun lisan. Sementara lalai di saat tengah berzikir, walau hati kita jauh dari Allah, namun lisan kita tetap dekat dengan-Nya.
Demikian penjelasannya. []
SUMBER: IHRAM