SAHABAT Islampos, banyak dokter muslim yang turut berkontribusi di dunia kedokteran. Termasuk dalam penyembuhan penyakit. Salah satunya epilepsi. Bagaimana kontribusi dokter muslim dalam penyembuhan epilepsi?
Penyakit epilepsi acapkali dipandang negatif. Penyakit ini kerap dianggap sebagai kutukan dan hukuman Tuhan. Padahal, epilepsi adalah penyakit yang berkaitan dengan syaraf.
Kata epilepsi berasal dari bahasa Yunani, epilepsia yang artinya serangan. Di dunia kedokteran, epilepsi kerap disebut ayan. Epilepsi merupakan gangguan pada sistem saraf pusat akibat pola aktivitas listrik yang berlebihan di otak. Gejalanya bisa terjadi mendadak dan berulang-ulang.
Penyakit epilepsi telah menyita perhatian sejak berabad-abad silam. Para dokter Muslim yang berkiprah di era kejayaan, telah melakukan berbagai studi dan kajian mendalam tentang penyakit ini. Penderita epilepsi pun tak lantas dijauhi.
BACA JUGA: Menderita Epilepsi, Wanita Ini Justru Bukan Meminta Doa Kesembuhan
Riset ilmiah epilepsi berjalan seiring kemajuan bidang medis pada masa Abbasiyah. Sebelum itu, di beberapa wilayah Islam, terdata sejumlah penyandang epilepsi. Mereka belum mendapat pelayanan medis secara memadai, terutama karena kurangnya pengetahuan terhadap epilepsi.
Menurut penjelasan sejarawan, Syed Wasim Akhtar serta Hasan Aziz, persepsi terkait epilepsi di dunia Islam Abad Pertengahan bisa ditilik dari tiga dimensi.
Pertama, pandangan secara keagamaan.
Kedua, referensi pada khazanah medis Islam.
Ketiga, penilaian di kalangan masyarakat.
Lebih jauh mereka mengatakan, di dalam Alquran memang tidak ada referensi khusus tentang epilepsi.
“Tapi, kitab suci kaum Muslim ini memberi tuntunan agar umat memanfaatkan karunia Allah untuk mengatasi aneka masalah,” kata Syed Wasim dan Hasan Aziz dalam artikel bertajuk Perception of Epilepsy in Muslim History.
Begitupun hadits Nabi Muhammad ﷺ, mengarahkan umat untuk memajukan ilmu pengetahuan. Ilmu, sesuai pesan Rasulullah ﷺ, berguna untuk meningkatkan kualitas kehidupan. Salah satunya mencari teknik pengobatan terbaik, termasuk pada penyakit epilepsi.
Satu hadits Shahih Bukhari menuturkan tentang wanita bernama ‘Atha bin Abi Rabbah yang mengidap epilepsi. Rasulullah ﷺ pun mendoakannya. Beliau memintakan kesembuhan dari Allah SWT. Itulah bentuk perhatian Rasulullah ﷺ pada penyandang epilepsi.
Umat Muslim mengerahkan kemampuan untuk meneliti penyebab epilepsi serta diagnosisnya secara tepat. Studi ilmiah tentang epilepsi pertama kali dilakukan oleh ilmuwan Yunani, Hipocrates. Ia berhasil mengidentifikasi penyakit ayan ini sebagai masalah pada otak.
Risalah medis dari Hipocrates lantas diterjemahkan ke dalam Bahasa Arab, lalu menjadi rujukan pengembangan kajian kedokteran di dunia Islam. Para dokter Muslim membangun penelitian medis yang lebih maju untuk mengurai hal ihwal epilepsi.
Lebih dari seribu tahun lampau, ilmuwan dan dokter Muslim berhasil menyusun sejumlah teks dan risalah penting terkait epilepsi. Mereka berkiprah di pusat-pusat ilmu, seperti Baghdad, Kairo, dan Kordoba.
Ibnu Sina (980-1037) memelopori kajian tentang epilepsi. Ia mengategorikan epilepsi dalam unsur neuropsikiatri. Menurut Syed Wasim dan Hasan Aziz, Ibnu Sina pula yang pertama kali memakai kata ‘epilepsi’ di bidang kedokteran. Kata itu terdapat dalam mahakarya berjudul al-Qanun fi at-Thibb atau Kanun Kedokteran.
Ibnu Sina mengutip dari kata Latin, epilepsia, yang berarti ‘serangan dari luar.’ Ini salah satu kontribusi berharga dari umat Muslim di ranah medis dunia.
Istilah itu lantas digunakan secara luas di Eropa hingga berabad-abad kemudian. Para sejarawan sains tak hanya mengagumi, tapi juga membandingkan karya dan pemikiran Ibnu Sina dan Hipocrates. Kedua ilmuwan legendaris itu diketahui tetap memasukkan persepsi publik terkait aspek supranatural seputar epilepsi.
BACA JUGA: Hidup di Dunia tidaklah Sepi dari Ujian dan Cobaan
Menurut tokoh bernama lengkap Abu Ali al Husayn ibn Abd Allah ibn Sina itu, epilepsi terjadi karena adanya gangguan pada saraf otak.
“Gejala epilepsi bisa berupa kejang-kejang hingga hilang kesadaran,” kata Ibnu Sina yang punya nama Latin, Avicenna.
Ibnu Sina membahas secara perinci segala hal tentang epilepsi. Mulai dari jenis, gejala, juga efek yang ditimbulkan. Dia menulis berbagai resep obat, yang terdiri atas bahan herbal dan kimia, bagi penyembuhan epilepsi. Selain itu, Ibnu Sina menyarankan terapi kejiwaan bagi pasien penyakit ini.
Kanun Kedokteran juga membahas penyakit neuropsikiatri lain, seperti halusinasi, mimpi buruk, melankolia, demensia, paralisis, darah tinggi, vertigo, serta tremor. Kontribusi penting turut disumbangkan para ahli kedokteran asal Persia pun berhasil merintis metode penyembuhan epilepsi. []
SUMBER: REPUBLIKA