Table of Contents
ADA beberapa sikap durhaka anak pada orangtua yang harus kita ketahui.
Ridho Allah SWT terletak pada ridho kedua orangtua dan murka Allah SWT juga terletak pada murka orangtua. Betapa mulianya posisi ayah dan ibu, sampai-sampai Rasulullah ﷺ mengatakan bahwa dosa karena durhaka kepada mereka adalah dosa besar terbesar kedua setelah syirik.
Karena itu sebagai anak, kita diwajibkan untuk selalu patuh dan berbuat baik kepada kedua orangtua. Durhaka kepada keduanya hanya akan mengundang murka dan azab dari Allah SWT.
Rasulullah ﷺ juga menggambarkan bahwa orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya tidak akan dipandang oleh Allah SWT pada hari kiamat kelak.
BACA JUGA: Ini Doa untuk Orangtua yang Telah Meninggal, Lengkap dengan Latin dan Terjemah
“Ada tiga orang yang tidak akan dilihat dengan pandangan rahmat dan kasih sayang oleh Allah SWT pada hari kiamat nanti orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, pecandu khamr atau peminum minuman keras dan al manan (orang yang senantiasa mengungkit ungkit pemberian).” (HR. An Nasa’i, Al Bazzar dan al-Hakim dishahihkan oleh Al Hakim dan Syekh al-albani)
Mufti Arab Saudi, Syeikh Abdul Aziz bin Abdullah Alu Syaikh menyebutkan tujuh sikap anak yang termasuk pada kategori durhaka, di antaranya:
1 Sikap Durhaka Anak pada Orangtua: Bermuka Masam di hadapan orangtua
Menampakkan wajah cemberut dan bermuka masam saat berada di hadapan kedua orangtua atau salah satu dari keduanya termasuk perbuatan durhaka.
Seorang anak kadang dapat berwajah ceria saat berhadapan dengan kawan-kawannya. namun dia tidak dapat melakukan hal itu saat berada di hadapan kedua orangtuanya. Padahal menampakan wajah yang berseri-seri merupakan salah satu kebaikan yang sangat ditekankan di dalam Islam.
Rasulullah SAW bersabda “Janganlah kamu meremehkan suatu kebaikan sedikitpun, meskipun engkau hanya menemui saudaramu dengan wajah yang berseri-seri”.
Dan tentu saja orang tua atau ayah dan ibu merupakan orang pertama yang berhak untuk mendapatkan perlakuan dan sikap seperti ini.
2 Sikap Durhaka Anak pada Orangtua: Memandang orangtua dengan tatapan sinis dan tajam
Tatapan sinis dan tajam biasanya merupakan luapan dan ekspresi perasaan di dalam hati. Sehingga tentu sangat tidak pantas jika seorang anak menatap orang tuanya dengan tatapan yang mengandung makna sinis dan marah.
Imam Mujahid mengatakan; “Tidak dianggap berbuat baik kepada kedua orangtuanya orang yang menatap orangtuanya dengan tatapan tajam”.
Perakataan uff (ah) kepada kedua orang tua dilarang oleh Allah, karena hal itu menyebabkan keduanya tersakiti. Maka demikian pula dengan tatapan tajam dan sinis atau melotot. Dipastikan hal itu membuat orang tua tersakiti.
Ini juga masuk dalam larangan “janganlah engkau membentak keduanya (wa la tanharhuma)’’, maknanya, “Janganlah muncul perlakuan buruk darimu kepada keduanya, dan jangan acungkan tanganmu kepadanya.“ (Tafsir Ibn Katsir, 3/1657)
3 Sikap Durhaka Anak pada Orangtua: Menolak/tidak menjawab panggilan mereka
Di antara bentuk durhaka kepada kedua orang tua adalah tidak menjawab panggilan mereka, termasuk menjawab panggilan mereka melalui telepon.
Padahal dalam hadits dijelaskan bahwa boleh membatalkan salat Sunnah untuk menjawab panggilan orang tua kedua orang tua atau salah satu dari kedua orang tua.
Jika shalat sunnah boleh dibatalkan untuk memenuhi panggilan orang tua, maka ini menunjukkan hak kedua orang tua yang sangat besar kepada anak.
4 Sikap Durhaka Anak pada Orangtua: Meninggikan suara atau memotong perkataan orangtua dengan kasar
Meninggikan suara secara berlebihan kepada lawan bicara atau memotong perkataan lawan merupakan sikap yang tidak sopan. Semua orang berakal sepakat bahwa itu sangat buruk dan mencerminkan rendahnya akhalaq dan budi pekerti seseorang.
Lalu bagaimana jika hal itu dilakukan kepada ayah atau ibu yang seharusnya dimuliakan dan dihormati? Tentu mengangkat suara di hadapan mereka atau memotong pembicaraan mereka termasuk sikap durhaka, apalagi jika hal itu membuat mereka sakit hati dan tersinggung.
Sikap ini juga bertentangan perintah Allah yang menyuruh untuk bersikap sopan, santun, dan berkata lembut kepada kedua orang tua. “…Dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu kepadanya dengan penuh kasih sayang,…“ (Qs. Al-Isra: 23-24).
Makna perkataan yang baik (qaulan karima[n]) dalam ayat ini adalah, “(perkataan) yang lembut, baik, indah, sopan, penuh hormat dan ta’dziem”. (Tafsir Ibm Katsir, 3/1657).
BACA JUGA: Begini Cara Berbakti kepada Orangtua yang Sudah Meninggal Dunia
Sikap Durhaka Anak pada Orangtua: Menunda-nunda memenuhi permintaan dan keperluan mereka
Di antara sikap yang dapat dikategorikan sebagai perbuatan durhaka kepada kedua oran tua adalah mengabaikan permintaan dan keperluan mereka. Misalnya orang tua meminta sesuatu kebutuhan, tetapi si anak dengan berbagai alasan menolak atau mengulur dan menunda dengan berbagai alasan.
Mulai dari alasan kerja, anak istri, capek, dan sebagainya. Atau sebagaian anak memenuhi hajat dan keperluan serta perminttaan bantuan kedua orang tuanya dengan berat hati disertai omelan. Tentu ini merupakan sikap tercela dan termasuk kedurhakaan kepada orang tua.
6 Sikap Durhaka Anak pada Orangtua: Mencela dan mencaci-maki kedua orangtua
Mencaci-maki dan mencela kedua orang tua merupakan dosa besar. Mencaci maki kedua orang tua terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Menghina dan mencaci maki kedua orang tua secara tidak langsung adalah seseorang menghina orang tua orang lain lalu orang tersebut membalas. Dalam hadits dikatakan;
“Termasuk dosa besar adalah seseorang melaknat kedua orang tuanya, ditanyakan kepada Rasulullah Bagaimana mungkin seseorang melaknat kedua orang tuanya ?Nabi bersabda “Seseorang menghina ayah orang lain lalu orang tersebut membalas menghina ayahnya atau mencaci Ibu orang lain kemudian orang tersebut membalas mencaci maki ibunya”. (HR. Bukhari dan Muslim)
7 Sikap Durhaka Anak pada Orangtua: Lebih mendahulukan anak dan istri daripada orangtua
Bakti seorang anak kepada kedua orangtuanya khususnya kepada Ibu tidak berhenti meskipun ia telah berumah tangga memiliki anak dan istri. Sayangnya beberapa orang setelah menikah dan memiliki anak justru ketaatan dan kepatuhan kepada kedua orang tuanya berkurang. Rasa cinta dan perhatian kepada kedua orang tua dikalahkan dan digantikan oleh rasa cinta dan perhatian kepada anak dan istri.
Terkadang ketika seorang anak diperhadapkan pada dua pilihan antara membantu atau menolong orang tuanya dengan memenuhi kebutuhan anak dan istrinya dia lebih mendahulukan anak dan istrinya. Padahal sesungguhnya bakti seorang anak kepada kedua orang tuanya dapat menjadi salah satu sebab kebahagiaan dan keberkahan rumah tangga seorang anak. []
SUMBER: WAHDAH.OR.ID