SAHABAT Islampos, Kebab yang identik dengan Turki sudah dikenal luas di mancanegara, termasuk di Indonesia. Kebab bisa disajikan sebagai street food ataupun makanan berkelas restoran. Lantas, bagaimana sebenarnya sejarah kebab?
Sejarah kebab
Kebab dianggap berasal dari Turki ketika tentara biasa memanggang potongan hewan yang baru diburu yang ditusuk pedang di atas api di lapangan terbuka.
Nama kebab pertama kali ditemukan dalam aksara Turki Kyssa-i Yusuf pada tahun 1377, yang merupakan sumber tertua yang diketahui di mana kebab dinyatakan sebagai bahan makanan.
BACA JUGA: Kebab Isi Daging Ayam, Ini Resepnya
Kebab, (juga sebutan lainnya: kebap, kabob, kebob, atau kabab) adalah hidangan potongan daging, ikan, atau sayuran khas Timur Tengah, Mediterania Timur, dan Asia Selatan, yang dipanggang di atas tusuk sate. Kebab lekat dengan budaya Timur Tengah yang kemudian diadopsi di Asia Tengah oleh wilayah bekas Kekaisaran Mongol dan kemudian Kekaisaran Ottoman, sebelum menyebar ke seluruh dunia.
Dalam bahasa Inggris Amerika, kebab tanpa kualifikasi mengacu pada shish kebab (bahasa Turki: şiş kebap) yang dimasak dengan tusuk sate, sedangkan di Eropa mengacu pada doner kebab, irisan daging yang disajikan dalam tortila. Namun di Timur Tengah, kebab mengacu pada daging yang dimasak di atas atau di samping api; potongan daging besar atau kecil, atau bahkan daging giling; dapat disajikan di piring, di sandwich, atau di mangkuk.
Daging tradisional untuk kebab adalah domba, tetapi seiring perkembangan zaman dan penyebarannya, daging pun disesuaikan tergantung pada selera lokal dan aturan agama. Di negara nonmuslim, daging untuk kebab mungkin saja daging sapi, kambing, ayam, babi atau ikan. []
SUMBER: KEBAB MACHINE | DESIBLITZ