DALAM bukunya “Debriefing the President: The Interrogation of Saddam Hussein,” John Nixon—mantan intelijen dan analis CIA—menyebut Presiden Irak Saddam Hussein seharusnya tak digulingkan.
Nixon yang menginterogasi Saddam Hussein, mengklaim bahwa AS telah membuat kesimpulan yang salah tentang peran Saddam Hussein dalam perang Irak.
“Saddam bisa lebih berguna untuk memberikan stabilitas di Irak dan mengekang gerakan ekstrimis, jika ia dibiarkan berkuasa atau tetap hidup setelah ditangkap untuk masa transisi,” ujar Nixon sebagaimana disitat dari Daily Sabah.
Pernyataan tersebut Nixon utarakan secara gamblang dalam bukunya tersebut, yang dirilis pada 30 Desember 2016 lalu—bertepatan dengan hari dimana Saddam Hussein dieksekusi mati.Kutipan dari buku Nixon itu sendiri, telah diterbitkan di majalah Time berbasis AS dan surat kabar Inggris Daily Mail.
Nixon mengaku melihat ‘sisi manusia’ Saddam Hussein, kontras dengan potret diri Saddam yang disampaikan media-media di AS.
“Dia adalah salah satu individu paling berkharisma yang saya pernah temui. Ketika dia sedang ingin, dia bisa mengesankan, baik, lucu, dan santun.”
Dalam bukunya itu, Nixon berpendapat bahwa pemerintah Amerika dan Bush menghasilkan konklusi salah ketika menangkap Saddam. AS berpikir pemberontakan Sunni-Baath Irak dan penggulingan rezim Saddam serta rezim Baath akan membawa perdamaian bagi Irak.
“Ketika saya menginterogasi Saddam Hussein, dia mengatakan kepada saya,” Anda akan gagal. Anda akan menghadapi fakta bahwa tidak mudah untuk mengatur Irak…”
Saat saya bertanya mengapa Saddam berkata seperti itu, ia menjawab, “Anda akan gagal di Irak karena Anda tidak tahu bahasa, sejarah, dan Anda tidak mengerti pikiran orang Arab,” tulis Nixon.
Sebelum diinvasi Amerika, Saddam mampu menjaga kedamaian dan stabilitas Irak. Namun kini Negara itu hancur lebur oleh konflik sektarian pasca digempur Amerika.
Sebagai bukti kegagalan invasi AS, perkiraan tertinggi menyebutkan bahwa jumlah korban tewas di Irak sejak agresi dilakukan memakan korban lebih dari satu juta orang. Fasilitas negara telah berulang kali hancur oleh pemberontakan terhadap pasukan AS dan pemerintah Irak yang didominasi Syiah, selain sektarian dan etnis konflik.
Kritik terhadap invasi itu menyebutkan bahwa jumlah korban tewas bisa saja jauh lebih kecil jika Irak tetap berada di bawah pemerintahan Saddam.
Topik paling penting yang harus diketahui dari Saddam adalah soal keberadaan senjata pembunuh massal (WMD). Amerika Serikat dan Inggris menuduh Irak memiliki WMD sebagai alasan utama untuk melancarkan perang.
“Hanya itu yang ingin diketahui Gedung Putih,” kata Nixon.
Namun, dari percakapannya dengan Saddam, Nixon mencapai kesimpulan bahwa mantan pemimpin Irak itu tidak memiliki program nuklir atau senjata pemusnah massal di negaranya tersebut. Pandangan itu yang membuat Nixon dan kolega-kolegannya dianggap sebagai “kegagalan”.
Nixon sendiri tidak diundang untuk menjelaskan Presiden George W Bush sampai lima tahun kemudian, pada 2008, menyusul temuan berbeda mengenai Saddam Hussein dari Biro Investigasi Federal (FBI).
Nixon jelas mencerca Presiden Bush. Bahkan, menurutnya, sebagai orang yang pernah menjabat tangan Bush dan Saddam, dia memilih menghabiskan waktu dengan mendiang Saddam. George W Bush, menurut John Nixon, “terisolasi dari kenyataan”.
Kata Nixon, Presiden Bush “terisolasi dari kenyataan” bersama para penasihat yang “mengelilinginya dan mengangguk tanda sepakat”.
“Saya dulu berpikir bahwa apa yang kita katakan di CIA berguna dan presiden akan mendengar. Namun, tidak penting apa yang kita katakan, politik melampaui intelijen.”
Nixon mengaku “malu” atas apa yang terjadi di Irak sejak penggulingan Saddam Hussein. []