SAHABAT mulia Islampos, pernah merasa bosan dengan kesulitan hidup yang tiada henti?
Abu Sa`id dan Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Nabi mengatakan, “Tidaklah keletihan, penyakit, kegelisahan, kesedihan, sakit hati, dan kesusahan yang menimpa seorang muslim, sekalipun tusukan duri yang diterimanya, melainkan Allah akan menghapuskan sebagian dosanya dengan itu.” (HR Bukhari dan Muslim)
Dunia ini tidak lebih dari sebuah ujian di mana semua manusia pasti akan menghadapi beberapa kesulitan dan tantangan yang mengungkapkan kesabaran dan keteguhan mereka.
Tes Berbeda
Bentuk ujian ini banyak dan beragam: Ada orang yang menderita kemiskinan, ada yang menderita penyakit fisik, ada yang hidup dalam keadaan tidak aman, ada yang kehilangan orang yang mereka sayangi dan cintai, dan ada pula yang menderita gangguan kejiwaan. Mengacu pada fakta ini, Allah berfirman:
“Dan sesungguhnya Kami akan menguji kamu dengan sesuatu ketakutan dan kelaparan, dan kehilangan harta dan jiwa dan tanaman; tetapi berikan kabar gembira kepada orang yang sabar, Yang mengatakan, ketika ditimpa musibah: “Kami adalah milik Allah, dan kepada-Nya kami kembali”: Mereka adalah orang-orang yang kepadanya (turun) Berkah dan Rahmat dari Allah, dan merekalah orang-orang yang yang mendapat petunjuk.” (QS Al-Baqarah: 155-157)
Di ayat lain, Dia Yang Mahakuasa berfirman:
“Dia Yang menciptakan Kematian dan Kehidupan, agar Dia mencoba siapa di antara kamu yang terbaik perbuatannya: dan Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun.” (QS Al-Mulk: 2)
Karena kesulitan tidak dapat dihindari, Islam tidak membiarkannya berlalu begitu saja tanpa bimbingan yang tepat tentang sikap yang paling aman dan paling tepat. Hadits di atas mengungkapkan salah satu dimensi resep Islam untuk berhasil menghadapi tantangan hidup.
BACA JUGA: Jika Kesulitan Hidup Membelitku
Sisi Positif Masalah
Untuk menyeimbangkan efek negatif yang ditimbulkan oleh penderitaan, Islam menarik perhatian kita pada buah yang diharapkan. Masalah dan masalah berfungsi sebagai sarana untuk menebus dosa dan mengangkat derajat orang beriman di akhirat.
Pendekatan optimis dan positif ini melindungi seseorang dari keputusasaan dan kesedihan. Di sini, tepat untuk mengutip beberapa hadits Nabi yang menekankan konsep ini:
Abu Yahya Suhaib bin Sinan (semoga Allah meridhoi dia) meriwayatkan, Rasulullah ﷺ mengatakan,
“Betapa indahnya kasus seorang beriman; ada kebaikan baginya dalam segala hal dan ini hanya berlaku bagi seorang mukmin. Jika kemakmuran menyertainya, dia bersyukur kepada Allah dan itu baik baginya; dan jika kesulitan menimpanya, dia menanggungnya dengan sabar dan itu baik baginya.” (HR Muslim)
Abu Hurairah meriwayatkan, Rasulullah ﷺ berkata, “Barangsiapa yang Allah kehendaki baik, Dia membuatnya menderita beberapa penderitaan.” (HR Al-Bukhari)
Abu Hurairah juga meriwayatkan, Rasulullah ﷺ berkata, “Seorang Muslim, pria atau wanita, terus berada di bawah ujian dalam hal kehidupan, harta, dan keturunannya sampai dia menghadap Allah Yang Maha Tinggi, tanpa catatan dosa.” (HR At-Tirmidzi)
Panggilan untuk Mengalah?
Hadits di atas tidak boleh disalahartikan sebagai ajakan untuk fatalisme dan kekalahan. Pesan yang disampaikan hadits adalah bahwa setiap Muslim harus mengharapkan kesulitan dan bersiap untuk menghadapinya. Karena itu, orang beriman menghadapi kesulitan dengan hati yang berani; mereka mempercayai kebijaksanaan Allah dan percaya pada rahmat-Nya; dan mereka tahu bahwa ujian ini bermanfaat. Bandingkan sikap itu dengan perasaan bahwa seseorang sendirian di dunia ini, menghadapi tantangan beratnya yang terisolasi dari sumber dukungan atau bantuan apa pun.
Jadi, hadis-hadis ini dimaksudkan untuk menanamkan harapan dan semangat kepada Muslim dan mengusir pikiran-pikiran destruktif tentang kegagalan dan keputusasaan. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang mereka, kita harus mempertimbangkannya berdasarkan hadits berikut:
Abu Hurairah meriwayatkan, Rasulullah ﷺ bersabda, “Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada orang mukmin yang lemah, dan keduanya baik.
Patuhi apa yang bermanfaat bagi Anda. Teruslah meminta pertolongan Allah dan jangan menahannya.
(Jika Anda menderita dengan cara apa pun), jangan katakan: ‘Jika saya mengambil langkah ini atau itu, itu akan menghasilkan ini dan itu,’ tetapi katakan saja: ‘Allah telah menentukan dan melakukan apa yang Dia kehendaki.’ Kata ‘jika’ membuka gerbang setan (pikiran).” (HR Muslim)
Hadits ini sejalan dengan peringatan Nabi kepada sepupunya Ibn `Abbas bahwa dengan kesabaran datang kemenangan, dengan kesusahan datang kemudahan, dan dengan kesulitan datang kemudahan.
BACA JUGA: 10 Rumus Hadapi Kesulitan Hidup
Bagaimana jika Itu Hukuman?
Dalam hal ini, satu ide bisa menjadi sumber kekhawatiran dan gangguan. Bagaimana kita bisa mendekati penderitaan dengan optimisme seperti itu ketika itu adalah tanda yang jelas dari murka Allah dan manifestasi dari hukuman-Nya? Bukankah Allah berfirman:
“Kemalangan apa pun yang terjadi pada Anda, apakah karena hal-hal yang dilakukan tangan Anda, dan bagi banyak (dari mereka) Dia memberikan pengampunan.” (QS Ash-Shura: 30)
Pertanyaan-pertanyaan ini menghantui banyak orang, terutama yang sedang berlatih, ketika mereka ditimpa musibah, kehilangan orang yang disayang, atau dijangkiti penyakit. Masalahnya, dalam banyak kasus, pikiran ini menjadi sumber frustrasi dan depresi.
Alih-alih menjadi pendorong untuk bertobat dan mendekatkan diri kepada-Nya, gagasan itu kadang-kadang menjadi faktor yang melemahkan semangat. Nah, mari kita lihat bagaimana para Sahabat memandang ayat di atas dan bagaimana mereka menyikapinya secara positif dan optimis.
Dalam komentarnya tentang ayat di atas, Imam Al-Qurtubi melaporkan bahwa `Ali berkata, “Ayat ini adalah yang paling membangkitkan harapan di dalam Al-Qur’an; jika dosa-dosa saya ditebus melalui penderitaan dan bencana, dan di atas itu, Allah akan mengampuni banyak dosa lainnya, lalu apa yang tersisa setelah penebusan dan pengampunan tersebut?”
Benar, malapetaka hidup membuat hati hancur dan orang-orang terkasih kehilangan, tetapi orang beriman yang cerdas itu tahu bagaimana mengubahnya menjadi sumber tekad dan sumber kekuatan.
Hadits shahih yang indah di mana Nabi ﷺ memberi tahu kita bahwa orang-orang yang menghadapi cobaan terberat adalah para nabi, kemudian orang-orang di sebelah mereka (dalam iman dan pengabdian), dan lalu selanjutnya.
Setiap orang akan diuji menurut kadar keimanannya; orang yang memiliki iman yang kuat akan mengalami cobaan yang keras dan orang yang imannya lemah akan menerima cobaan yang lemah. Dan kesengsaraan itu akan meliputi seseorang sampai dia bebas dari dosa sama sekali. []
SUMBER: ABOUT ISLAM