SEHARUSNYA hari Jumat (03/02) kemarin, akan ada demonstrasi pembakaran Al-Qur’an di depan Kedutaan Besar Türkiye di Oslo. Pelakunya? Siapa lagi kalau bukan SIAN (Stopp Islamisering av Norge), organisasi yang kebenciannya pada Islam sungguh luar biasa.
Selama ini aksi-aksi mereka di berbagai kota di Norwegia tidak pernah dihalangi — atas nama “ytringsfrihet” (kebebasan berekspresi) yang memang dijamin di negeri ini. Meski sudah cukup banyak orang di pemerintahan Norwegia yang menentang aksi SIAN, tapi mereka tidak bisa mencegah. Pun polisi tidak pernah menyatakan mereka mendukung atau menentang. Setiap kegiatan pengumpulan massa, selagi sudah mengantungi izin, pasti akan dapat penjagaan.
Namun kali ini berbeda. Aksi yang sudah diumumkan, sebagai langkah ikut-ikutan SIAN terhadap Paludan di Stockholm beberapa waktu sebelumnya, mendadak dibatalkan oleh pihak kepolisian.
Apakah Norwegia sudah berubah pendirian tentang pembakaran kitab suci agama? Jawabannya tidak. Pembatalan ini semata demi alasan keamanan.
Pemerintah Norwegia tidak ingin ada dampak negatif terhadap masyarakat, dan Norwegia secara umum, bila aksi kali ini dibiarkan. Pemerintah Norwegia belajar dari kasus tetangganya.
Yang juga jadi pemicu pembatalan mendadak itu adalah pemanggilan Dubes Norwegia untuk Türkiye oleh Departemen Luar Negeri Türkiye. Pemerintah Türkiye meminta Norwegia untuk melarang aksi SIAN.
Langkah yang jitu. Pemerintah Norwegia menurut.
Kok bisa, ya? Hebat banget Türkiye!
***
Swedia selama ini memang secara terbuka melindungi kaum Kurdi (yang dianggap pemberontak oleh pemerintah Türkiye). Saya ingat ketika berkunjung je Stockholm tahun 2019 yang lalu, ada aksi damai yang cukup besar oleh organisasi Kurdistan. Aksi seperti ini sering terjadi dan memang dilindungi.
BACA JUGA: Ramadhan Kita, Garis Finishnya Masih Jauh
Swedia membuat blunder dengan membiarkan Paludan melakukan aksi gilanya di depan Kedubes Türkiye. Mereka lupa, bahwa mereka (bersama dengan Finlandia) sedang mengajukan permohonan untuk menjadi anggota NATO (yang dipicu oleh kekhawatiran keamanan negara mereka akibat perang Rusia – Ukraina).
Swedia juga mungkin saat itu lupa, sebagai anggota NATO, Türkiye memiliki hak veto. Kalau keanggotaan Swedia ditolak oleh Türkiye, ya anggota NATO lainnya nggak bisa berbuat apa-apa.
Seharusnya Norwegia dan Swedia mengikuti kebijaksanaan Finlandia yang melarang pembakaran kitab suci agama apapun, terlebih di ruang publik, atas dasar penghormatan pada semua agama. Kalau begitu, InsyaAllah aman, dan nggak akan ada clash antarwarga atas nama kebebasan berekspresi. Saling menghormati keyakinan masing-masing itu selalu yang terbaik.
***
Anyway, pembatalan kali ini tentu tidak akan membuat SIAN kapok. Bukan berarti tidak akan ada lagi aksi-aksi norak dan menghina seperti visi misi mereka.
Larangan kali ini sepenuhnya karena alasan politis. Norwegia cari aman.
BACA JUGA: Islam di Norwegia
Sebagai penutup, saya cuma bisa mengungkapkan kekaguman pada Türkiye. Sebagai negara muslim yang cukup besar, mereka punya pemerintah yang berani. Bukan hanya berani mengecam, tapi bisa menjalankan diplomasi yang cantik sekaligus efisien. Türkiye berani membuat negara sekuat Swedia dan Norwegia keder, karena Türkiye memang punya kekuatan, digdaya, punya taji di organisasi pertahanan sekuat NATO. Bukan kaleng-kaleng.
Seharusnya negeri muslim, melalui pemimpin negaranya, bisa segagah itu. Betul-betul disegani oleh negara lain.
Nggak kebayang kalau kekuatan negara muslim di seluruh dunia bersatu. Bisa membela agama dan masyarakatnya dengan berani karena benar, seperti di era kekhalifahan dulu.
Seperti kata Fatih, yang dilakukan Türkiye adalah “balance of terror”. Teror yang dilakukan tanpa kekerasan tapi efektif. Nggak salah kalau Fatih spontan memuji, “Hebat, ya, Erdogan.” []