SESEORANG mengeluh saat ia memulai hijrah. Rasanya ada sesuatu yang hilang dalam hidupnya.
Sejak hijrah sahabat lama sudah mulai menjauh. Bahkan beberapa orang yang biasanya bersosialisasi dengan hangat tiba-tiba berubah dingin dan terkesan kaku.
Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam kecil hingga berumur 40 tahun adalah orang yang paling disukai oleh sukunya, termasuk Abu Lahab, paman yang kemudian berubah menjadi musuh. Rasa sayang kemudian berubah menjadi benci hanya karena Muhammad Shallallahu alaihi wasallam mengajak mereka untuk menyembah Allah.
Allah memperlihatkan siapa yang menjadi kawan dan siapa yang menjadi musuh beliau. Allah punya cara dengan memberikan berbagai kejadian untuk menguji keimanan seseorang.
Orang sebaik apapun kepada kita bisa jadi suatu saat akan menjauh bahkan menjadi musuh yang nyata buat kita. Dengan sebab perbedaan pemahaman terhadap akidah atau bahkan masalah perbedaan pendapat.
Maka seiring waktu bisa jadi teman kita semakin sedikit dan kian mengerucut. Allah yang akan seleksi siapa saja teman yang baik dan siapa yang bukan. Karena teman itu mencerminkan bagaimana keadaan agama seseorang.
Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Agama seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)
BACA JUGA: 6 Hal Pengundang Pertolongan Allah kala Menghadapi Badai
Sebagaimana dikatakan, “ruh-ruh akan berkumpul dengan yg sejenisnya”. Seseorang akan mengikuti dan tarik menarik dengan teman dekatnya dalam tabiat dan perilaku.
Ibarat sebuah jeruk segar bila didekatkan dengan jeruk busuk lama-kelamaan ia pun akan menjadi busuk.
Maka berhati-hati dan selektiflah dalam memilih teman akrab, jangan sampai menyesal sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلٰى يَدَيْهِ يَقُوْلُ يٰلَيْتَنِى اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُوْلِ سَبِيْلًا
Dan (ingatlah) pada hari (ketika) orang-orang zalim menggigit dua jarinya, (menyesali perbuatannya) seraya berkata, “Wahai! Sekiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama Rasul.
يٰوَيْلَتٰى لَيْتَنِيْ لَمْ اَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيْلًا
Wahai, celaka aku! Sekiranya (dulu) aku tidak menjadikan si fulan itu teman akrab(ku),
لَقَدْ اَضَلَّنِيْ عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ اِذْ جَاۤءَنِيْۗ وَكَانَ الشَّيْطٰنُ لِلْاِنْسَانِ خَذُوْلًا
sungguh, dia telah menyesatkan aku dari peringatan (Al-Qur’an) ketika (Al-Qur’an) itu telah datang kepadaku. :Dan setan memang pengkhianat manusia.”
(QS. Al-Furqon: 27-29)
Dalam Islam memilih teman dekat itu penting walaupun bergaul/ bersosialisasi boleh dengan siapapun.
Dan sahabat yang sama beriman InsyaAllah akan bisa saling mengantarkan ke surga. Saling memberi rekomendasi kepada Allah bahwa mereka pernah saling mengasihi sewaktu dunia.
BACA JUGA: 8 Perjalanan Setelah Kematian
Hasan Al- Bashri berkata, ”Perbanyaklah berteman dengan orang-orang yang beriman. Karena mereka memiliki syafaat pada hari klamat.” (Ma’alimut Tanzil 4/268)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ
“Setiap orang akan dikumpulkan bersama orang yang ia cintai.’” (HR. Bukhari, no. 6170; Muslim, no. 2640)
Maka tak perlu bersedih saat seseorang menjauh hanya karena kita semakin mendekat kepada Allah atau hanya karena kita mengingatkannya tentang akhirat, karena Allah ingin memilihkan kita seorang teman yang betul-betul tulus menyayangi kita. Bukan yang bisa berkata manis namun sejatinya mencelakakan diri kita.
Bukankah orang yang menyayangi karena Allah dengan tulus adalah orang yang selalu saling mengingatkan tentang akhirat?
Wallahu a’lam bi showab. []