Oleh: Eeng Nurhaeni
Pengasuh Pondok Pesantren Al-Bayan, Rangkasbitung, Lebak, Banten.
nurhaenieeng@gmail.com
BANYAK konten viral perihal kiamat, yang membuat kita harus jeli dan paham siapakah yang mengeruk keuntungan materi dari maraknya berita-berita hoaks tersebut. Hewan melata yang sekilas tampak seperti ular dan mempunyai empat kaki yang disimbolisasi sebagai “dabbah”. Konon, sebelum datangnya hari kiamat hewan itu berbicara dengan manusia, lalu bermunculan unggahan-unggahan yang menampakkan foto hewan berjenis reptil tersebut.
Berbagai narasi tentang suasana angker dan seram dimunculkan secara serentak, dan jutaan orang Indonesia percaya saja bahwa unggahan foto tersebut adalah “dabbah” yang konon pernah disinyalir Rasulullah dalam hadisnya. Sebarapa banyak orang yang takjub dan terperangah, tak pernah mau berpikir dewasa, dari mana sumber foto hewan itu, dan pihak manakah yang berkepentingan menampilkan konten-konten semacam itu?
Padahal, jenis hawan yang ditampilkan itu hanyalah akal-akalan belaka, karena ia hanya spesies kadal yang dalam ensiklopedia disebut Lygosoma Quadrupes. Di Indonesia, binatang itu oleh BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) dinamakan sebagai kadal peliang. Habitat yang mirip ular tersebut berbentuk silindris, dan banyak terdapat di wilayah Asia Tenggara.
BACA JUGA: 6 Tempat Munculnya Tanda-Tanda Kiamat
Ia tidak berbisa dan sama sekali tak berbahaya. Kadal peliang terbiasa memakan rayap, semut, dan serangga-serangga kecil yang hidup di lubang-lubang bawah tanah yang berhawa lembap dan basah.
Ada lagi konten yang menggemparkan jagat maya, yang dihubung-hubungkan dengan informasi aktual dari NASA, misalnya kemunculan berita bahwa tanggal 21 Juni 2020 lalu adalah hari datangnya kiamat. Waktu itu suasana Covid-19 memang sedang di puncak paling menentukan dalam sejarah kesehatan umat manusia.
Diberitakan pula tentang tafsir atas kalender Suku Maya. Media massa dari Inggris, The Sun memberitakan isu tersebut pada 13 Juni 2020 dengan tajuk: Kesalahan kalender Maya, bahwa dunia akan berakhir pekan depan, sebuah peringatan dari teori konspirasi. Selain itu, The New York Post ikut-ikutan latah mengeruk keuntungan dengan tajuknya: Ilmuwan menyatakan bahwa kalender Maya memprediksi akhir dunia pada minggu ini.
Pencarian di Google menunjukkan isu kiamat sudah dekat, banyak juga diberitakan oleh situs-situs asal India, terutama Zeenews yang menerbitkan berita pada hari yang sama, dengan tajuk: Kalender Maya memprediksi akhir dunia pada hari ini, sebuah klaim dari teori konspirasi. Majalah Forbes, juga melansir cuitan ilmuwan muda, Paolo Tagaloguin, seorang mahasiswa peraih beasiswa Fullbright. Tapi kemudian, cuitan tersebut dihapus, menyusul terhapusnya seluruh akun Twitter, LinkedIn, dan Instagram sang ilmuwan tersebut. Paolo juga pernah menyampaikan penegasan, bahwa bumi ini akan segera hancur, dan manusia wajib pindah ke planet lain.
Apa-apa yang dinyatakan Paolo tersebut hanyalah isapan jempoil belaka. Sebenarnya, orang-orang Suku Maya tidak pernah memprediksi akhir zaman melainkan hanya waktu berakhirnya kalender mereka karena siklusnya telah habis. Eric Mack dari Forbes pernah menyatakan bahwa kalender Maya tak pernah mengisyaratkan apapun tentang datangnya hari kiamat, dan selama ini banyak orang salah kaprah mengenai penafsiran kalender Suku Maya.
Di wilayah Jawa, pada tahun 2019 lalu, public pernah dikagetkan oleh pernyataan Muhammad Romli, pengasuh pesantren Miftahul Fallahil Mubtadin, Malang, bahwa huru-hara bakal terjadi di bulan Ramadhan, yang ditandai oleh jatuhnya meteor sebagai pertanda datangnya hari kiamat. Gabah dan beras kemudian disiapkan oleh para santrinya. Logistik itu ditunjukkan kepada para jamaah yang datang menghadiri acara pengajian di pesantrennya. Para jamaah pun tersihir, khususnya yang datang dari empat kota, Ponorogo, Jombang, Jember dan Mojokerto.
Isu datangnya kiamat itu dihembuskan oleh 52 warga Desa Watubonang, Ponorogo, yang diduga tersihir dengan tujuh fatwa tarekat Musa, yang kemudian disebarkan salah satu santri Ponpes Miftahul Fallahil Mubtadin. Tujuh fatwa tersebut akhirnya dinyatakan menyimpang, yakni soal datangnya hari kiamat, soal perang besar, kemarau panjang, bendera tauhid, foto anti gempa, larangan bersekolah, hingga hukuman untuk orang tua.
Muhammad Romli mengaku dirinya sebagai mursyid atau guru bagi para jamaahnya. Setiap jamaah diperlukan menyetor 500 kg gabah atau 300 kg beras sebagai bekal selama satu tahun pasca meteor jatuh. Jika tidak ada meteor, maka gabah dan beras kembali dibawa pulang jemaah ke kampung halaman masing-masing.
Struktur Otak Manusia
Jalan pintas yang mendesakkan pengaruhnya pada orang lain, sangat bergantung dari kebiasaan orang yang tidak memiliki kemahiran dalam mengukur risiko. Kebiasaan berpikir dangkal dan tergesa-gesa, akan menimbulkan dampak negatif yang amat serius, jika ia dimiliki oleh seorang pemimpin jamaah maupun organisasi tertentu.
Hal ini menunjukkan bahwa stimulus yang ada langsung direspons dengan tindakan impulsif yang terkadang bersifat destruktif. Barulah ketika ia berhadapan dengan hukum dan pengadilan, tiba-tiba muncul penyesalan atau bahkan menangis sesenggukan.
Tindakan berbohong atau menipu yang menimbulkan kerugian banyak pihak, kadang diputuskan secara sepihak yang disebabkan kurang berfungsinya otak depan yang bersifat menimbang (korteks prefrontal). Dapat juga diartikan bahwa peran sistem limbik (amigdala) terlalu dominan hingga menekan dan mengalahkan fungsi otak depan yang mestinya dipergunakan secara baik dan optimal.
BACA JUGA: 3 Hadis tentang Turunnya Nabi Isa Menjelang Kiamat
Sistem limbik seakan merespons secara reaktif akan adanya pihak-pihak yang membahayakan dirinya, hingga mencapai titik kritis. Delusi yang diderita seorang psikopat tak beda jauh dengan seorang teroris yang bertindak secara personal (lone wolf). Bedanya dengan seorang penderita delusi skizofrenia, ia tak memiliki powerful untuk melakukan tindakan reaktif atau membalas-dendam, hingga cenderung menyalahkan diri sendiri.
Konsep mengenai kiamat atau pemusnahan massal lebih dominan pada mereka yang kurang peka memanfaatkan otak depannya, sehingga mereka yang dianggap “liyan” seakan layak menjadi bagian dari pemusnahan tersebut, sementara jamaah kami tergolong para pengikut Imam Mahdi yang akan mendapat jaminan surga dan keselamatan.
Emosi yang berhubungan dengan rasa khawatir dan rasa takut inilah yang membuat banyak penipu tertangkap basah akhir-akhir ini. Karena, mereka telah berani berbuat nekat melakukan tindakan semata-mata untuk kenyamanan pribadinya dalam jangka pendek. Tak beda jauh dengan komunitas grup di kalangan teroris yang lebih mengupayakan pertahanan atau kepentingan citra kelompok (jamaah), dan lebih cenderung memiliki kehausan akan pengakuan publik. Mereka khawatir kelompoknya diabaikan dan tak dikenal luas.
https://www.youtube.com/watch?v=C1gBkSD3Cwg&t=25s
Pada prinsipnya, ketika seseorang berbuat baik atau melakukan perbaikan, bagian-bagian otaknya akan mengeluarkan serotonin dan oksitosin, yakni zat kimia pengirim sinyal (neurotransmitter) yang membuat manusia merasa lega, nyaman dan bahagia. Dalam ilmu neurosains, proses evolusi otak manusia, sekitar usia 25 tahun berhenti dan tidak lagi mengalami pertumbuhan secara anatomis. Evolusi paling akhir itulah yang kemudian dinamakan “neo-korteks”. Sedangkan evolusi pada otak binatang berhenti pada sistem limbik (otak tengah) hingga otak belakang, yang kemudian dinamakan “paleo-korteks”.
Dominasi otak bagian tengah dan belakang pada binatang inilah yang membuat keputusan yang diambil binatang hanya digunakan untuk berburu atau menyerang musuh, bersembunyi, bertahan untuk makan, penuh ketakutan dan kecemasan akan hak hidup yang akan dirampas makhluk lain. Untuk itu, sifat binatang senantiasa mendahului untuk menyerang lawannya, hanya semata-mata sang lawan dikhawatirkan mengambil jatah makannya atau membunuhnya. Fungsi otak tengah dan belakang yang dominan, membuat binatang tidak memperhitungkan benar maupun salah, berdampak positif atau negatif dari tindakan yang dilakukannya.
Perbedaan prinsipil dengan otak binatang inilah, yang memposisikan manusia sebagai ‘homo sapiens’, satu-satunya makhluk hidup yang bisa menalar dan punya kebijaksanaan. Evolusi otak depan juga menunjukkan bahwa nilai kearifan dan kejujuran hanya ada pada makhluk yang bernama manusia. Bukankah dalam ajaran agama ditegaskan bahwa manusia adalah makhluk yang berbahasa dan bernalar (al-insanu hayawanun natiq)? Tanpa kemampuan menalar dan berbahasa dengan baik, menunjukkan fungsi korteks prefrontal menjadi stagnan dan jalan di tempat. Hanya menuruti apa kata petuah sang mentor, penguasa maupun sang guru (mursyid).
Kodrat evolusi otak manusia, jika diarahkan dan dibimbing semestinya, akan terjadi perkembangan yang luar biasa pada sikap kearifan dan kesetiakawanan sosial. Di sinilah tanggungjawab para orang tua, pendidik, dan para pemimpin agar berperan aktif untuk menumbuh-suburkan fungsinya. Karena seringkali, nilai-nilai humanitas dan kearifan kadang berseberangan dengan doktrin-doktrin agama yang diajarkan, jika pemahaman dari para pendidiknya mengalami salah tafsir atau berpikir secara dogmatis dan tekstual belaka.
Isu-isu tak Produktif
Pada prinsipnya, dalam ilmu neurosains, otak manusia – terlebih masyarakat awam – bersifat plastis dan mudah dibentuk. Struktur otak dapat berubah akibat kondisi lingkungan yang berubah-ubah pula. Untuk itu, setiap lembaga pendidikan (termasuk lembaga pesantren) di negeri ini, perlu menciptakan situasi yang kondusif agar terjadi pemekaran otak anak-anak bangsa. Bukan hanya dicekoki oleh isu-isu tentang datangnya kiamat, yang lebih bersifat bisnis ketakutan dan pembodohan demi untuk mengeruk keuntungan secara sepihak.
BACA JUGA: Bagaimana Muslim Menyikapi Prediksi Kiamat?
Tetaplah berpikir positif, berbuat baik dan menyebarkan kebaikan seluas-luasnya. Teruslah berpijak pada revolusi mental, dan bukan malah mental orang Indonesia dininabobokan dan ditumpulkan kembali hingga menjadi inlander-inlander yang tak produktif. Tanamlah pohon-pohon yang siap ditanam hari ini, tak peduli apakah esok akan datang hari kiamat ataukah tidak.
Bukan dengan menciptakan siasat dan strategi, lalu berpikir eksklusif dengan membangun bunker-bunker berikut logistik yang dipersiapkan bersama jamaahnya. Keselamatan dan ketentraman batin dalam menghadapi kiamat hanyalah milik orang-orang baik dan saleh, yang keyakinannya semata ditujukan pada pertolongan dan kasih sayang Allah. Sebab bagaimanapun, hanya Dia Yang mampu mengubah sifat air menjadi panas bergolak, dan sifat api menjadi dingin dan menyejukkan. Hanya Dia Yang mengatur dan menggenggam setiap partikel yang berhamburan di jagat makrokosmos ini, bahkan Dia pula yang mengendalikan setiap atom dari trilyunan atom yang membentuk jagat mikro dalam tubuh-tubuh manusia.
Ya, hanya Dia Yang mampu membolak-balik hati dan pikiran, serta menanamkan ketakutan dan kengerian dalam kelimpahan materi dan glamornya kehidupan duniawi. Hanya Dia yang sanggup menanamkan ketenangan dan kedamaiaan dalam kalbu kita, meskipun gelombang terus berkecamuk di tengah ganasnya kekacauan di hari kiamat nanti. Siapakah kita manusia, makhluk yang lemah dan hina-dina ini? []
Kirim tulisan Anda ke Islampos. Isi di luar tanggung jawab redaksi. Silakan kirim ke: redaksi@islampos.com atau islampos@gmail.com, dengan ketentuan tema Islami, pengetahuan umum, renungan dan gagasan atau ide, Times New Roman, 12 pt, maksimal 650 karakter.