APA ciri orang yang mendapat kemuliaan Lailatul Qadar?
Di sepuluh hari terakhir, di mana orang biasanya meningkatkan ibadah di waktu ini. Karena sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan merupakan saat-saat yang penuh dengan kebaikan dan keutamaan, serta pahala yang berlimpah.
Karenanya, tak jarang orang begitu intensif menjalankan ibadah terutama di malam harinya. Orang juga biasanya memaksimalkan ibadah di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan dengan beritikaf atau berdiam diri di masjid, berdzikir dan memohon ampun kepada Allah SWT.
BACA JUGA: Di Bulan Ramadhan, Apakah Lailatul Qadar Jatuh pada Waktu yang Sama Setiap Tahunnya?
Juga, sebagaimana yang telah Rasulullah ﷺ jelaskan dalam salah satu hadits nya, bahwa di antara sepuluh hari itu terdapat satu malam yang apabila kita beribadah maka pahalanya sama dengan kita beribadah selama seribu bulan. Ya, malam itu adalah malam Lailatul Qadar.
Namun tidak semua orang bisa merasakan adanya malam Lailatul Qadar tersebut, adapun orang yang mendapatkannya memiliki ciri-ciri seperti berikut.
1. Ciri Orang yang Mendapat Kemuliaan Lailatul Qadar: Orang yang mendapatkan Lailatul Qadar, pada malam itu ia akan melihat seluruh benda dan makhluk di muka bumi ini bersujud kepada Allah SWT.
2. Ciri Orang yang Mendapat Kemuliaan Lailatul Qadar: Orang yang mendapatkan Lailatul Qadar akan melihat semua dengan terang benderang dalam kegelapan malam.
3. Ciri Orang yang Mendapat Kemuliaan Lailatul Qadar: Orang yang mendapatkan Lailatul Qadar akan mendengar salam malaikat dan semua tutur katanya.
4. Ciri Orang yang Mendapat Kemuliaan Lailatul Qadar: Orang yang mendapatkan Lailatul Qadar akan dikabulkan doa-doanya.
5. Ciri Orang yang Mendapat Kemuliaan Lailatul Qadar: Orang yang mendapatkan Lailatul Qadar tidak disyaratkan melihat tanda apa-apa.
BACA JUGA: Kisah Rasulullah ﷺ Bertemu Lailatul Qadar
Dahulu, Nabi Muhammad ﷺ bersungguh-sungguh untuk menghidupkan sepuluh hari terakhir tersebut dengan amalan-amalan melebihi waktu lainnya.
“Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memasuki sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan), beliau mengencangkan sarungnya (untuk menjauhi para istri beliau dari berjima’), menghidupkan malam-malam tersebut dan membangunkan keluarganya.” (HR. Bukhari & Muslim). []