KETIKA warung terkikis dengan maraknya gerai gerai waralaba, untuk bertahan hidup si ibu pemilik warung benar-benar putar otak supaya jualannya bisa jalan.
Modal tiap hari sedikit demi sedikit terpakai makan dan kebutuhan sehari-hari, sementara biaya kebutuhan hidup makin mencekik.
Datanglah tawaran pabrik kue besar, menawarkan kerjasama supply sabun cuci piring, pembersih lantai, dll. Syukur tidak terkira karena dipikir tekanan hidupnya akan berkahir. Pabrik besar, punya sistem, pastinya punya aturan untuk pembayaran sehingga dia memberanikan diri menjual semua miliknya untuk modal usaha barunya.
Bulan berjalan, pesanan semakin banyak, pembayaran mulai ada walaupun belum penuh tapi pesanan semakin banyak.
Dilema menghampiri, kalau gak dilayani khawatir kesempatan diambil orang lain.
Dengan niat saling bantu dengan teman senasibnya, si ibu mengajak temannya berkongsi, modalpun lebih kuat dan pesanan bisa dipenuhi.
Tapi apa dinyana, pesanan kue pabrik itu makin banyak tapi tagihan pada si ibu belum juga dibayar, usut punya usut ternyata perusahaan mendahulukan pembayaran supplier bahan baku utama, sehingga supplier bahan pendukung tergeser prioritasnya.
BACA JUGA:Â Â Suami, Selingkuh, Pelakor, Talaq dan Stroke
Semakin banyak pesanan kue pabrik itu, semakin banyak supply bahan pendukung yang dibutuhkan tapi dengan pembayaran yang prioritasnya ditangguhkan.
Teman-teman si ibu kehilangan kepercayaan, tekanan dan rumor tak sedap mulai menyelimuti si ibu yang sedang berjuang bertahan hidup, sementara kebutuhan terus mencekik, tak ada lagi yang bisa dijual, tak ada lagi yang bisa diupayakan buat bertahan hidup. Akhirnya dalam kondisi berusaha bertahan hidup, si ibu terlibat riba.
Hari demi hari semakin berat… si ibu yang mulai mengalami depresi akibat tekanan berpikir, ternyata kesempatan yang datang belum tentu sebuah penyelesaian masalah, karena kondisi hidupnya justru semakin berat dan bahkan terlilit hutang.
Pabrik kue tetap berjalan, dengan hiruk pikuk orderan… si ibu dalam gelap dan sempitnya hiruk pikuk dikejar penagih hutang.
Bertahan hidup, memang bukan soal bisa makan saja. Karena tekanan batin pun mematikan…. pengusaha besar kadang lupa bahwa nasi dipiringnya adalah air mata darah orang kecil yang bertahan hidup. Mereka cuma tergelak tawa sales terkejar, perusahaan untung, keluarganya sejahtera. Mereka lupa ada hisab menanti dibalik bumi, ada tangis rintihan doa dimalam hari, apakah bisa berlari dan selamat dari itu?
BACA JUGA:Â Kolombus (Kelompok Bungkus-bungkus)
Aku, kamu dan kita… semoga bukan sebab tangisan dimalam hari orang orang yang tersakiti.
Aku, kamu dan kita… jangan sampai jadi orang yang ditunggu di balik bumi untuk dilumat dengan siksaan pedih.
Banyak doa yang diijabah….
Semangat berbuat kebaikan, melapangkan yang kesempitan dan memudahkan yang kesempitan. Insyaa Allah drajat kita di mata Allah lebih berharga daripada di mata manusia. []