APA itu tabayun?
Sudah menjadi hal biasa di era digital sekarang masyarakat dengan mudahnya membuka `aib serta `aurat (kehormatan) orang lain. Hal ini menjadi alat komoditi yang bisa meraup keuntungan. Bahkan untuk tujuan popularitas ada yang menjual gosip yang menyangkut diri dan keluarganya. Padahal gibah (gosip) adalah dosa besar yang balasannya sangat dahsyat.
Karena begitu mudahnya mengakses berita yang belum jelas kebenarannya tak jarang bisa menjadi sumber fitnah. Sehingga timbul perselisihan dan konflik yang akan meresahkan.
Oleh karenanya Islam memerintahkan untuk selalu tabayun. Saat mendapatkan informasi tidak langsung menelan mentah-mentah dan menghindari diri untuk ikut menyebarkan tanpa dicek kebenarannya.
Tabayun dalam Islam: Bisa Merembet ke yang Lain
Allah Ta’alaa berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sesungguhnya sebagian prasangka adalah dosa. Jangan pula kalian memata-matai dan saling menggunjing. Apakah di antara kalian ada yang suka menyantap daging bangkai saudaranya sendiri? Sudah barang tentu kalian jijik padanya. Dan bertakwalah kepada Allah Ta’alaa, sesungguhnya Allaah Maha menerima taubat dan Maha Penyayang.” [al-Hujurât/49:12].
BACA JUGA: 8 Adab Memberi Nasihat pada Orang Lain
Dari penyakit ini efeknya akan merembet ke dosa lain, seperti berbohong, memutuskan silaturrahim, melakukan hajr (memboikot, mendiamkan), at-tahazzub (kekelompokan), al-walâ` dan al-barâ` (suka dan benci) yang tidak sesuai tempatnya, bahkan sampai bisa sampai pada tahapan saling membunuh. Na’ûdzu billâhi min dzâlik. Oleh karena itu untuk menyelamatkan diri dari berita dan informasi yang kebenaran tidak jelas maka Islam mengajarkan untuk selalu tabayun.
Dalam bahasa Arab tabayun berarti mencari kejelasan hingga terang dan benar.
Secara istilah artinya menyeleksi berita dengan melakukan kroscek dan mencari kebenaran dari berita tersebut.
Allah Ta’alaa berfirman,
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ ۗاِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ اُولٰۤىِٕكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔوْلً
“Janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.” (QS. Al-Isra: 36)
Tabayun dalam Islam: Sudah Disebutkan Nabi dalam Hadist
Nabi shalallahu‘alaihi wa sallam bersabda, “Akan datang suatu masa kepada manusia, tahun-tahun yang penuh dengan tipu daya. Pendusta dianggap benar, orang jujur dianggap dusta. Pengkhianat dipercaya, orang yang amanah dianggap berkhianat. Ketika itu ruwaibidhah banyak berbicara”.
BACA JUGA: Budaya Tabayyun, Solusi Konstruktif Cegah Hoaks di Era Milenial
Para sahabat bertanya: “Siapa ruwaibidhah itu?”. Nabi menjawab: “orang bodoh berbicara mengenai perkara yang terkait urusan masyarakat luas” (HR. Ibnu Majah no. 3277, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Ibnu Majah).
“Wahai orang- orang yang beriman, jika ada seorang faasiq datang kepada kalian dengan membawa suatu berita penting, maka tabayyunlah (telitilah dulu).” [al- Hujurât/49:6].
“Maka telitilah dulu) artinya menurut ath-Thabari memaknainya: “Endapkanlah dulu sampai kalian mengetahui kebenarannya, jangan terburu-buru menerimanya.” (Jâmi’ul-Bayân fî Ta`wîlil-Qur`ân, 11/383.)
Wallahu a’lam bi showab. []