Oleh: Ustadz Zaid Royani, S.Pd.I
Dai di Majelis Dakwah Islam Nusantara (Madina)
KETIKA seorang hamba merasa dirinya tidak akan mendapat ampunan akan dosa-dosa yang telah ia lakukan, ketika ia mengira Allah telah menutup pintu taubat baginya, padahal ia sangat ingin kembali kepada Allah, ia sangat ingin membersihkan dirinya dari kotoran kemaksiatan. Maka Allah berpesan melalui lisan Rasul-Nya:
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,” (QS. Az Zumar: 53).
Inilah pesan dari Allah kepada para hamba-Nya yang merasa jauh dari rahmat Allah, merasa dirinya telah tidak mampu lagi membenahi diri, sehingga mengira lautan kebaikan dan keshalihan mustahil bagi dirinya.
Ketika dosa telah menggunung ingatlah bahwa firman Allah, “Innallaha Yaghfiru dzunuba jami’a” (Allah mengampuni segala dosa). Semua dosa? Ya, inilah janji Allah, Allah berfirman:
وَهُوَ الَّذِي يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ وَيَعْفُو عَنِ السَّيِّئَاتِ وَيَعْلَمُ مَا تَفْعَلُونَ
“Dan Dialah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Asy Syuro: 25)
Bagaimana dengan orang-orang yang sering meninggalkan sholat? Ingatlah “Wa Ya’fu ‘Anissyyiat.” (dan memaafkan kesalahan-kesalahan), bagaimana dengan orang yang durhaka kepada kedua orang tua? Ingatlah “Wa Ya’fu ‘Anissyyiat.” (dan memaafkan kesalahan-kesalahan), bagaimana dengan orang yang pernah terjerumus dalam dosa riba? Ingatlah “Wa Ya’fu ‘Anissyyiat.” (dan memaafkan kesalahan-kesalahan).
ingatlah kepada sosok manusia paling durhaka, Firaun. Yang pernah berkata dengan kecongkakannya, “Ana rabbukumul A’la.” (Akulah Rabb kalian yang paling tinggi), ketika ia nyawa telah sampai ditenggorokannya, maka Malaikat Jibril bersegera memasukkan tanah ke dalam mulutnya. Mangapa Jibril melakukan hal ini? Ia khawatir jika Firaun berkata “La ilaha illah” dan Allah merahmatinya. Maka Allah berfirman kepada Jibril, “
وَعِزَّتِي وَجَلاَلِي لَوْ اسْتَغَاثَنِي وَاسْتَغْفَرَنِي لَغَفَرْتُ لَهُ.
“Demi kemuliaan-Ku dan keaguangan-Ku, jikalau ia berdoa dan memohon ampun kepada-Ku, niscaya aku akan ampuni ia.”
Wahai jiwa yang berputus asa, inilah rahmat Allah kepada manusia yang paling sombong dan melampaui batas kepada Allah, maka bagaimana dengan orang yang mengakui kesalahannya, ingin kembali kepada Allah, sambil meneteskan air mata dengan mengharapkan ampunan Allah?.
Dan ingat pula, bahwa di antara rahmat Allah kepada para hamba-Nya, Ia (Allah) mengajak para hamba-Nya untuk medapatkan ampunannya,
قَالَتْ رُسُلُهُمْ أَفِي اللَّهِ شَكٌّ فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ يَدْعُوكُمْ لِيَغْفِرَ لَكُمْ مِنْ ذُنُوبِكُمْ
Berkata rasul-rasul mereka: “Apakah ada keragu-raguan terhadap Allah, Pencipta langit dan bumi? Dia menyeru kamu untuk memberi ampunan kepadamu dari dosa-dosamu…” (QS. Ibrahim: 10)
Allah sebagai dzat yang maha tinggi, maha mulia tidak hanya menerima ampunan ketika hamba-Nya datang kepada-Nya, namun dengan sifat pengasih-Nya Allah pun mengajak hamba guna memputihkan diri mereka dari noktah kemaksiatan, meskipun dosanya terbilang besar? Ya meskipun dosanya sebesar gunung Uhud.
Abu Nu’aim berkata dalam “Al Hilyah” dari Wahab bin Munabbih:
أَوْحَى الله إلى دَاود عَلَيْهِ السَّلاَمُ فَقَالَ: يَا دَاوُدَ لَوْ يَعْلَمُ المدْبِرُوْنَ عَنِّي انْتِظَارِي لَهمْ وَرِفْقِي بِهْم وَشَوْقِي إِلَى تَرْكِ مَعَاصِيْهِمْ لَمَاتُوا شَوْقًا إِلَّي وَلَتَقَطَّعَتْ أَوْصَالُهُمْ لِمَحَبَّتِي يَا دَاوُدُ هَذِهِ إِرَادَتِي باِلمدْبِرِيْنَ عَنِّي فَكَيْفَ بِالمقْبِلِيْنَ عَلَيَّ
Allah berfirman kepada Nabi Daud as: “Wahai Daud, ketahuilah jika orang-orang yang berpaling dari-Ku itu, mengetahui penungguan-Ku, kasih sayang-Ku, dan rasa rindu-Ku kepada mereka, untuk menghapus dosa-dosa mereka, niscaya mereka akan mati saat itu juga karena rindunya padaku, dan niscaya anggota tubuh mereka akan terputus karena kecintaannya kepada-ku, Wahai Daud inilah keinginan-Ku terhadap hamba yang berpaling dariku, lantas bagaimana perbuatan-Ku kepada hamba yang datang menghadap kepada-Ku?.”
Kalau saja perhatian Allah kepada orang-orang yang berpaling dari-Nya sedemikian rupa, maka bagaimana perhatian Allah terhadap orang-orang yang senantiasa berharap ampunan Allah, senantiasa tenggelam dalam sujudnya untuk meminta ampunan, bagaimana perhatian Allah terhadap orang yang wajahnya dibasahi dengan air mata karen takut terhadap siksaan Allah?
Inilah rahmat Allah kepada para hamba-Nya, semoga kita termasuk orang-orang yang sadar terhadap rahmat Allah, termasuk orang-orang yang menghadap kepada Allah dengan mengakui kesalahan dan kelalaian. Wallahu A’lam. []