MEMBUKA lahan baru, membuka harapan baru. Nabi Adam “berhijrah” dari Surga ke bumi, bukan untuk meninggalkan surga, tetapi untuk kembali. Nabi Musa hijrah dari Mesir ke Madyan, bukan untuk melarikan diri tetapi untuk kembali ke Mesir.
Nabi Adam menempa hidupnya di dunia dengan ragam ujian. Mengokohkan jiwa, menjernihkan hati dan akal, juga membersihkan hawa nafsunya untuk kembali ke Surga. Bumi adalah kawah candradimuka untuk menjadi “pribadi” surga.
Nabi Musa menempa diri di Madyan dengan menikah, menggembala domba dan mengelola lahan pertanian selama 8-10 tahun dengan didikan dari mertuanya. Nabi Musa bukan saja bertambah kuat fisiknya, tetapi jiwanya menjadi lembut dan bijaksana dengan tempaan alam. Nabi Musa siap mengemban amanah meluruskan kezaliman Firaun dan bijaksana menghadapi pembangkangan Bani Israel.
Nabi Ibrahim berhijrah dari Babilonia yang rajanya Namrudz menuju Palestina, Mesir, dan terakhir ke Mekah. Bukan untuk melarikan diri dari tanggungjawab, tetapi membangun umat manusia di tiga pilar kejayaan Islam, yaitu Palestina, Mesir dan Arab. Tiga pilar ini selalu menjadi tumpuan kebangkitan atau indikator kehancuran. Perhatikan perang Salib dan Monggol, dari tiga wilayah ini menjadi tumpuan terusirnya tentara Salib dan Monggol. Juga awal menuju ke Eropa, Afrika, Nusantara dan Cina.
Nabi Yusuf mengikuti jejak leluruhnya Nabi Ibrahim, berhijrah dari Palestina menuju Mesir untuk ditempa menjadi Penguasa. Nabi Musa mengikuti jejak Nabi Ibrahim kembali ke Palestina dari Mesir. Nabi Dawud, Sulaiman hingga Nabi Isa mengikuti jejak Nabi Ibrahim bermukim di Palestina. Nabi Muhammad mengikuti jejak Nabi Ibrahim dan Ismail di Arab. Lahan baru dibuka oleh Nabi Ibrahim, para Nabi dan Rasul dari keturunannya mengikuti jejak-jejak yang pernah dilaluinya, juga meneruskan dakwahnya, walaupun melewati generasi dan zaman.
BACA JUGA:Â Mengembala, Training Center Kenabian
Para Sahabat berhijrah dari Mekah ke Habasyah, bukan takut dengan kekejaman kafir Quraisy, tetapi membangun generasi, menyiapkan persiapan untuk kembali ke Mekkah. Rasulullah saw dan Sahabatnya berhijrah ke Thaif dan Madinah untuk mempersiapkan bangunan generasi yang kokoh mengemban amanah peradaban untuk kembali lagi ke Mekah. Pergi untuk kembali.
BACA JUGA:Â Â Asmaulhusna dan Sains
Membuka lahan baru sebuah jejak para Nabi dan Rasul. Jejak bukan untuk sekedar pergi, melarikan diri atau menanggalkan tanggungjawab, tetapi membangun daerah dan generasi baru untuk menopang amanah peradaban yang kelak akan diserahkan Allah kepada kaum Muslimin kembali. Pergi untuk kembali. Pergi untuk membangun peradaban yang menjadi tanggungjawabnya. []
Kirim tulisan Anda ke Islampos. Isi di luar tanggung jawab redaksi. Silakan kirim ke: islampos@gmail.com, dengan ketentuan tema Islami, pengetahuan umum, renungan dan gagasan atau ide, Times New Roman, 12 pt, maksimal 650 karakter.