ABULahab adalah paman Nabi dan merupakan saudara kandung ayah beliau. Nabi mempunyai empat orang paman, yang masing-masing memiliki sifat yang berbeda. Abu Lahab memerangi dan memusuhi Nabi. Abu Thalib membela dakwah Nabi, tetapi meninggal dalam keadaan musyrik. Hamzah bin Abdul Muthalib membela Nabi sejak awal Islam dan meninggal dalam Perang Uhud. Abbas bin Abdul Muthalib masuk Islam belakangan.
Abu Lahab adalah satu-satunya paman Nabi yang memusuhi dakwah Nabi. Bahkan disebutkan dalam satu riwayat, setiap kali Nabi selesai berdakwah, Abu Lahab muncul untuk memprovokasi orang-orang yang didakwahi oleh Nabi.
Dari Rabi’ah bin ‘Ibad Ad-Diliy, ia berkata: “Aku melihat Rasulullah ﷺ–yaitu mataku melihat beliau—di Pasar Dzil Majaaz. Beliau berkata, ‘Wahai manusia sekalian. Ucapkanlah Laa ilaha illallahu, niscaya kalian beruntung!’ Beliau masuk ke lorong-lorong pasar, sementara orang-orang berkumpul kepada beliau—heran dengan perkataannya.
BACA JUGA: 2 Orang yang Berlainan, Ini Perbedaan Abu Lahab dan Abu Jahal
Maka, aku tidak melihat seorang pun yang berkomentar, sementara beliau terus berkata, ‘Wahai manusia sekalian, ucapkan Laa ilaha illallahu, niscaya kalian akan beruntung!’ Hanya saja, di belakang beliau ada seorang yang juling, tampan, dan rambutnya ada dua kepangan. Ia berkata, ‘Ini adalah Shobi’ (yang meninggalkan tradisi leluhur) pendusta.’
Aku berkata, ‘Siapa ini!?’ Mereka berkata, ‘Muhammad bin Abdillah dan dia menyebutkan tentang kenabian.’ Aku berkata, ‘Lantas siapa itu yang mendustakannya?’ Mereka berkata, ‘Pamannya, Abu Lahab.'”
Abu Lahab cukup memprovokasi masyarakat Quraisy kala itu dengan mengatakan bahwa Muhammad telah berani meninggalkan tradisi nenek moyang yang sudah berjalan selama ratusan tahun. Abu Lahab tidak menuduh Nabi sebagai orang gila. Akan tetapi, ia cukup menggelari beliau dengan Shobi’, yaitu orang yang meninggalkan tradisi nenek moyang. Provokasi ini lebih berdampak dan berpengaruh daripada menuduh Nabi sebagai orang gila atau penyihir.
Dalam hadis yang lain, dari Thariq Al Muharibiy, ia berkata: “Aku melihat Rasulullah ﷺ melewati pasar Dzil Majaaz. Ia memakai baju berwarna merah dan berkata, ‘Wahai manusia sekalian, ucapkanlah Laa ilaha illallahu, niscaya kalian akan beruntung.’
“Lalu, ada seorang lelaki mengikutinya dan melempari beliau dengan batu yang mengakibatkan kedua mata kaki dan tumit beliau berdarah. Lalu, lelaki tersebut berkata, ‘Wahai manusia sekalian. Janganlah taat kepadanya. Sesungguhnya ia adalah pendusta.’ Maka, aku berkata, ‘Siapa dia?’ Mereka berkata, ‘Seorang pemuda dari keturunan Abdul Muthalib.’ Lalu, siapakah yang mengikutinya dan melemparnya dengan batu?’ Mereka berkata, ‘Itulah Abdul Uzza Abu Lahab.’
Setiap kali Nabi berdakwah dan dicela pamannya, Nabi pergi dari satu kabilah ke kabilah berikutnya. Nabi terus mendakwahkan tauhid dan mengingatkan orang-orang dari kesyirikan. Lalu, Abu Lahab terus mengikuti Nabi ke mana pun beliau berdakwah hanya untuk mencela dan memprovokasi orang-orang agar tidak mendengarkan perkataan Muhammad.
Akan tetapi, Nabi tidak pernah terpengaruh oleh celaan Abu Lahab meskipun ia melempari beliau dengan batu hingga kaki beliau berdarah. Inilah cobaan yang berat bagi seseorang yang sedang berdakwah tetapi dimusuhi oleh keluarga terdekatnya sendiri.
BACA JUGA: Kenapa Nama Asli Abu Lahab Tidak Disebutkan dalam Alquran?
Nama asli Abu Lahab adalah Abdul Uzza atau “Hambanya Berhala Al-Uzza. Akan tetapi, Allah tidak menyebutkan namanya dalam ayat ini karena arti namanya mengandung kesyirikan. Hal ini berbeda dengan Fir’aun. Allah tetap menyebut namanya karena nama Fir’aun tidak mengandung kesyirikan. Ia diberi nama Abu Lahab karena wajahnya agak kemerah-merahan.
Bahkan, ada yang mengatakan wajahnya bersinar dan tampan. Namun, sebagian ulama seperti Imam Al-Qurthubi, mengatakan bahwa jika wajah seseorang bersinar, seharusnya ia dijuluki Abu An-Nur atau “Orang yang Bercahaya Wajahnya”. Akan tetapi, Allah menakdirkan orang-orang tidak menggelarinya Abu Nur, melainkan Abu Lahab atau “Orang yang Menyala Wajahnya”. Ia memang akan dimasukkan ke dalam api yang menyala-nyala di neraka kelak.[]
SUMBER: TAFSIR JUZ AMMA | PUSAT STUDI QURAN