TENTANG Nabi Yahya, Allah berfirman dalam Surah Maryam (19) ayat 13:
وَّحَنَانًا مِّنْ لَّدُنَّا وَزَكٰوةً
“Dan rasa belas kasihan yang mendalam dari sisi kami dan kesucian (dan dosa).”
Terdapat dua pendapat di kalangan ahli tafsir berkaitan dengan kata حَنَانًا (hanaanan).
Sifat Nabi Yahya yang Pertama,
Bahwa kenabian atau pemahaman yang sempurna tentang hukum Taurat tersebut telah Kami anugerahkan kepada Yahya pada masa kecil, sebagai bentuk rahmat dari Kami untuknya. Jadi, makna hanaanan adalah rahmat dan kasih sayang Allah untuk Nabi Yahya. Kemudian kata زَكٰوةً bermakna pensucian dan penjauhan dari dosa.
Sifat Nabi Yahya yang Kedua,
Bahwa Kami tanamkan kecintaan kepada dirinya sehingga semua orang yang melihat Nabi Yahya akan cinta kepadanya. Ini seperti firman Allah dalam Surah Thaha (20) ayat 39:
…وَاَلْقَيْتُ عَلَيْكَ مَحَبَّةً مِّنِّيْ ەۚ…
“… dan Aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dariku….”
Sehingga setiap orang yang melihat Nabi Musa a.s. menjadi mencintainya.
BACA JUGA: 7 Fakta dalam Al-Quran yang Mengagumkan!
Sifat Nabi Yahya yang Ketiga,
Sifat Nabi Yahya berikutnya adalah وَكَانَ تَقِيًّا ۙ(taqiyyan), yakni bahwa beliau adalah seorang yang bertakwa. Bahkan, sebagian ahli tafsir mengatakan bahwa Nabi Yahya tidak pernah berdosa sama sekali.
Selanjutnya, dalam Surah Maryam (19) ayat 14 Allah berfirman:
وَّبَرًّاۢ بِوَالِدَيْهِ وَلَمْ يَكُنْ جَبَّارًا عَصِيًّا
“Dan seorang yang berbakti kepada kedua orang tuanya dan bukanlah ia orang yang sombong lagi durhaka.”
Ini adalah sifat Nabi Yahya berikutnya, yakni beliau adalah seorang anak yang amat berbakti kepada orang tuanya. Memanglah sebuah kelaziman, Jika Allah sudah menyifati Nabi Yahya sebagai orang yang bertakwa, maka sudah pasti beliau adalah seorang yang berbakti kepada kedua orang tuanya.
Namun, sifat berbakti kepada orang tua disebutkan secara khusus sebagai isyarat bahwa ini adalah salah satu bukti ketakwaan seseorang yang utama, dan merupakan salah satu bentuk ketakwaan tingkat tinggi yang pahalanya sangat besar jika dibandingkan dengan amalan-amalan ketakwaan lainnya. Hendaklah setiap kita yang masih memiliki orang tua, memanfaatkan momen emas ini sebaik-baiknya, sebelum penyesalan menghampiri.
BACA JUGA: Zaid bin Tsabit dan Mushaf Al-Quran
Sifat Nabi Yahya yang Keempat
Sifat Nabi Yahya berikutnya adalah bahwa beliau bukan orang yang sombong dan durhaka.
Ini adalah kelaziman berikutnya dari ilmu dan taqwa. Sungguh benar pepatah orang Indonesia “Padi semakin berisi semakin menunduk”. Semakin bertambah ilmu dan ketakwaan seseorang, seharusnya dia semakin sadar bahwa dirinya memiliki banyak kekurangan.
Semakin banyak ilmu yang didapatnya, ia pun semakin menyadari kejahilan dirinya, kekerdilan ilmunya di hadapan lautan ilmu yang sangat luas, serta semakin besar rasa hormat dan penghargaannya kepada para ulama terdahulu serta karya mereka. Ilmu dan takwa tidak sepatutnya membuat seseorang semakin pongah, tidak tahu diri, dan meremehkan orang lain.[]
SUMBER: TAFSIR AT-TAYSIR | PUSAT STUDI QURAN