PERTOLONGAN Allah sangat lembut, maha lembut sehingga tak disadari oleh akal hingga hati. Tak terlihat oleh kasat mata dan mata bathin. Tak dapat dideteksi oleh apa pun termasuk teknologi yang tercanggih. Sehingga dianggap semua itu kekuatan, kehebatan dan kepintarannya. Ada yang menganggap itu karomahnya. Padahal itu pertolongan dari Allah.
Saat dua pasukan bertempur. Allah memasukkan rasa takut kedalaman hati kafirin. Ingatkah pasukan Romawi dan Persia yang kakinya harus dirantai agar tidak meninggalkan medan pertempuran? Ingat pasukan kafirin di Badar, korbanya hanya beberapa orang dari seribu orang, mengapa lari tunggang langgang? Dengan rasa takut yang menyelimuti seluruh pasukan lawan, semua infrastruktur militer yang tercanggih dan terlengkap pun tak ada artinya.
Siapakah yang bisa melihat Allah memasukkan rasa takut? Siapakah yang bisa menyaksikan Allah membuntukan akal? Siapakah yang bisa merasakan Allah melemahkan tulang dan otot raga? Pasukan kafir pun tidak tahu mengapa semua itu menyerbu mereka? Apalagi pasukan muslimin. Namun mengapa kemenangan dan keberhasilan disematkan pada selain pertolongan Allah?
Saat dua pasukan bertempur, pasukan kafirin melihat jumlah prajurit muslimin sangat banyak. Terlihat dua kali lipatnya. Padahal dalam seluruh pertempuran, kaum muslimin kekuatannya sangat sedikit. Dalam perang Mu’tah, pasukan Romawi selalu melihat ada pasukan baru dari kaum muslimin yang bertempur. Saat kaum Muslimin mundur, disangka sebuah strategi untuk menjebak pasukan Romawi.
Allah menolong pasukan muslimin hanya dengan “mengelabuhi” pandangan musuh. Seolah-olah kekuatan muslimin berlibat lipat dari mereka. Seperti Israel, persiapan serangan darat harus mendatangkan jendral-jendral dari Amerika. Kapal induk perang disiapkan dengan kekuatan 4.000 personil ditambah 360.000 dari penjajah Israel hanya untuk menyerbu Gaza.
BACA JUGA:Â Â Shalat Pembuka Kemenangan
“Bukan engkau yang melempar, tetapi Allah yang melempar”, itulah penggalan ayat bentuk pertolongan Allah lainnya. Semua lemparan tepat sasaran. Untuk apa teknologi modern bila rudal dan roketnya tidak tepat sasaran? Seperti Saad bin Abu Waqqash yang panahnya tak pernah melesat. Ini yang membuat mereka yang mengepung Rasulullah saw lari tunggang langgang.
Di era Tabiin at Tabiin, pasukan muslimin mundur karena hebatnya serbuan musuh. Lalu seorang ulama, meminta busur dan anak panah. Tanpa melihat sasaran musuh, dia meminta kepada kawan-kawannya untuk memilih bagian apa dari musuh yang menjadi targetnya. Dengan mengucapkan “bismillah” seluruh panahnya tepat mengenai sasaran padahal ulama tadi memanah tanpa melihat, hanya meyakini ayat Al-Qur’an, “Bukan engkau yang melempar tetapi Allah yang melemparnya.”
BACA JUGA:Â Nabi Ibrahim dan Ilmu Astronomi
Pertolongan Allah sering kali “tanpa bentuk”, tak bisa disaksikan, tak bisa diamati dan dirasakan. Dengan kelembutan ini, banyak yang tertipu sehingga mengatakan ini karamahnya, kehebatannya, kekuatannya, ilmunya, kepintarannya, strateginya dan sematan lain pada dirinya. Pertolongan Allah sangat lembut, sehingga kafirin pun bingung mengapa terkalahkan? []
Kirim tulisan Anda ke Islampos. Isi di luar tanggung jawab redaksi. Silakan kirim ke: islampos@gmail.com, dengan ketentuan tema Islami, pengetahuan umum, renungan dan gagasan atau ide, Times New Roman, 12 pt, maksimal 650 karakter.