DI Hari Kiamat, kengeriannya disertai dengan rahmat Allah.
Allah berfirman dalam Surah Thaha (20) ayat 108:
يَوْمَىِٕذٍ يَّتَّبِعُوْنَ الدَّاعِيَ لَا عِوَجَ لَهٗ ۚوَخَشَعَتِ الْاَصْوَاتُ لِلرَّحْمٰنِ فَلَا تَسْمَعُ اِلَّا هَمْسًا
Pada hari itu manusia mengikuti (menuju kepada suara) penyeru dengan tidak berbelok-belok; dan merendahlah semua suara kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, maka kamu tidak mendengar kecuali bisikan saja.
Siapa penyeru yang akan menyeru manusia pada Hari Kebangkitan? Ada yang mengatakan bahwasanya ia adalah malaikat Israfil. Setelah meniup sangkakala, ia akan mengajak seluruh makhluk ke Padang Mahsyar. Seluruh makhluk pun dengan sigapnya mengikuti suara si penyeru tersebut, tanpa ada satu pun di antara mereka yang berusaha atau mampu kabur, tanpa ada yang berbelok ke arah kiri atau kanan, semua akan menuju tempat masing-masing yang telah ditentukan oleh Allah.
BACA JUGA: 5 Gambaran Hari Kiamat yang Diungkap Alquran
Allah berfirman dalam Surah Al-Qamar (54) ayat 8:
مُّهْطِعِيْنَ اِلَى الدَّاعِۗ يَقُوْلُ الْكٰفِرُوْنَ هٰذَا يَوْمٌ عَسِرٌ
Mereka datang dengan cepat kepada penyeru itu. Orang-orang kafir berkata, “Ini adalah hari yang berat.”
Allah juga berfirman dalam Surah Maryam (19) ayat 38:
اَسْمِعْ بِهِمْ وَاَبْصِرْۙ يَوْمَ يَأْتُوْنَنَا
Alangkah terangnya pendengaran mereka dan alangkah tajamnya penglihatan mereka pada hari mereka datang kepada Kami.
Ketika menyebutkan bahwa manusia di Hari Kebangkitan akan memenuhi seruan dengan penuh kesigapan dan ketundukan, Imam Ibnu Katsir mengomentari dengan mengatakan, “Duhai kiranya demikian sikap mereka terhadap seruan Allah di dunia.”
Kemudian firman-Nya:
وَخَشَعَتِ الْاَصْوَاتُ لِلرَّحْمٰنِ فَلَا تَسْمَعُ اِلَّا هَمْسًا
Dan merendahlah semua suara kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, maka kamu tidak akan mendengar kecuali bisikan saja.
Allah menyatakan bahwa yang akan mereka dengar pada momen tersebut hanyalah هَمْسًا. Apa yang dimaksud dengan هَمْسًا? Ada yang mengatakan bahwa maksud dari هَمْسًا adalah suara samar dari derap langkah kaki mereka. Saking takut dan paniknya manusia saat itu, mereka benar-benar terdiam dan membisu hingga tidak ada yang terdengar oleh mereka saat itu selain langkah kaki mereka sendiri. Ath-Thabari mengartikan هَمْسًا sebagai suara langkah kaki unta.
Ada pula yang mengatakan maksud dari هَمْسًا adalah suara bisikan. Seluruh manusia ketika itu akan terdiam membisu, dan kalau pun mereka berbicara, mereka hanya berbicara dengan bisik-bisik. Allah berfirman dalam Surah Hud (11) ayat 105:
يَوْمَ يَأْتِ لَا تَكَلَّمُ نَفْسٌ اِلَّا بِاِذْنِهٖۚ فَمِنْهُمْ شَقِيٌّ وَّسَعِيْدٌ
Di kala datang hari itu, tidak ada seorang pun yang berbicara melainkan dengan izin-Nya; maka di antara mereka ada yang celaka dan ada yang berbahagia.
Kedua makna ini benar-benar menunjukkan bahwa hari tersebut sangatlah mengerikan. Semua wajah tertunduk karena kedahsyatan hari tersebut, entah itu orang kaya, miskin, lelaki, wanita, orang yang merdeka atau budak; entah itu seorang raja ataupun rakyat jelata mereka semua terdiam tidak ada yang berbicara. Pada hari ini—di dunia—mayoritas orang suka berbicara, bersuara, dan berkomentar. Namun, pada hari tersebut, semuanya terdiam dan tidak ada yang berani untuk berbicara karena mereka dikumpulkan di tempat yang sangat mengerikan dan mereka semua bingung apa yang harus mereka lakukan. Mereka semua tidak tahu apa yang akan menimpa mereka, sekaligus pasrah karena tidak ada lagi usaha yang dapat mereka lakukan. Terlebih lagi, masing-masing akan sibuk dengan diri mereka sendiri sehingga tidak ada lagi waktu untuk mengurusi dan memedulikan orang lain, siapa pun dia. Allah berfirman dalam Surah Abasa ayat 34-37:
يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ اَخِيْهِۙ (34) وَاُمِّهٖ وَاَبِيْهِۙ (35) وَصَاحِبَتِهٖ وَبَنِيْهِۗ (36) لِكُلِّ امْرِئٍ مِّنْهُمْ يَوْمَىِٕذٍ شَأْنٌ يُّغْنِيْهِۗ (37)
Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, (34) dari ibu dan bapaknya, (35) dari istri dan anak-anaknya. (36) Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya. (37)
Namun, secercah besar harapan tetap menyinari hati kita karena Allah membawakan namanya, Ar-Rahman, pada ayat ini. Walau sedang menjelaskan kengerian dan kedahsyatan Hari Kiamat, Allah Yang Mahabaik tetap menyebut dirinya dengan Ar-Rahman pada ayat ini. Ini adalah kabar gembira bagi para hamba yang beriman bahwa, terlepas dari sekian kedahsyatan dan suasana Hari Kiamat yang sangat mencekam, Tuhan mereka adalah Allah Ar-Rahman.
As-Sa’di menggambarkan rahmat Allah dalam tafsirnya tentang ayat ini: “Dan kita berharap kepada Allah yang Mahabaik, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, agar di hari tersebut kita dapat mendapatkan kebaikan, kemurahan, pemaafan, dan ampunan dari-Nya dengan kadar amat besar yang tidak akan mampu diungkapkan oleh lisan dan tidak akan bisa digambarkan oleh pikiran. Pada hari tersebut, semua orang berharap akan mendapatkan rahmat Allah karena kengerian dan kejahatan yang mereka saksikan. Maka, Allah pun mengkhususkan rahmat tersebut kepada orang-orang yang beriman kepada-Mya dan kepada para Rasul-Nya.
Bagaimana bisa kita berharap kepada Allah dengan harapan sebesar ini? Jawabannya adalah karena kita mengetahui bahwasanya rahmat Allah lebih mendominasi kemarahan-Nya. Karena kita juga mengetahui keluasan karunia-Nya yang meliputi seluruh makhluk. Karena kita juga menyaksikan limpahan rahmat-Nya yang tak terbatas pada diri kita dan selain kita selama di dunia…”
As-Sa’di pun kemudian menyebutkan hadis yang menyatakan bahwa Allah memiliki 100 rahmat. Ia telah menurunkan satu rahmat di antaranya kepada hamba-hamba-Nya di dunia, yang mana dengan rahmat tersebutlah akhirnya mereka dapat saling mengasihi, saling bersikap lembut di antara mereka, bahkan induk hewan pun tahu untuk mengangkat kakinya dari anaknya agar jangan sampai ia menginjaknya.
BACA JUGA: 19 Nama Hari Kiamat
Lalu, pada Hari Kiamat, Allah akan memberikan seluruh rahmatnya itu, yang berjumlah 100 rahmat, kepada para hamba-Nya yang beriman. Syaikh As-Sa’di menyebutkan jika satu rahmat-Nya yang diturunkan ke dunia itu sudah sangatlah besar, lalu bagaimana lagi dengan seratus rahmat-Nya?
Beliau kemudian melanjutkan, “Katakanlah sesukamu tentang rahmat-Nya. Sungguh rahmat-Nya jauh lebih baik daripada apa yang mampu engkau ucapkan. Berimajinasilah setinggi-tingginya tentang rahmat-Nya. Sungguh rahmat-Nya jauh lebih baik daripada apa yang mampu engkau imajinasikan.
Mahasuci Allah yang merahmati dalam keadilan-Nya dan hukuman-Nya, sebagaimana Ia merahmati dalam karunia, kebaikan, dan pahala-Nya. Mahatinggi Allah yang rahmat-Nya meliputi segala sesuatu, yang kebaikan-Nya menyentuh segala makhluk hidup. Mahamulia Allah yang Mahakaya, yang sama sekali tidak membutuhkan hamba-hamba-Nya namun sangat mengasihi mereka, sementara mereka benar-benar membutuhkan-Nya kapan pun dan bagaimana pun. Mereka tidak akan pernah tidak membutuhkan-Nya, walau selama sekejap mata.”
Saudaraku, ketahuilah bahwa siapa saja yang pada hari tersebut tidak dirahmati oleh Allah Ar-Rahman maka sungguh dia benar-benar hamba yang melampaui batas selama di dunia dan benar-benar celaka.[]
SUMBER: TAFSIR AT TAYSIR | PUSAT STUDI QURAN