SEKITAR awal tahun lalu, seseorang ngajak saja ke kajian yang baru dia gagas bersama kawan-kawannya. Malam Kamis. Nggak bisa lah saya. Sudah lebih dari 20 tahun, saya punya jadwal hadir ke kajian setiap pekan. Ya di malam Kamis. Saya tolak.
Sepekan kemudian, 2 orang karib ke rumah. Mereka berkata, “Pak B berkata sama kita-kita kalau antum itu gimana sih, nggak mau hadir ke kajian. Ilmu antum udah banyak mungkin yah…”
Hah, saya mengernyit, nggak mengerti.
Oh jadi, si Pak B itu, yang ngajak saya ke kajian yang digagas oleh dia sama teman-temannya mungkin nggak ngerti, nggak paham, atau nggak tahu soal prioritas.
Atau dia nggak percaya sama saya, alias nyangka saya bohong kalau di malam Kamis itu saya udah ada jadwal rutin kajian, nyaris separuh hidup saya. Saya jadi heran, kok gitu ya, masa teman ga percaya sama temannya, dan temannya bohong, teman macam apa saya ini?
Saya sih cuma tertawa aja kemudian sambil garuk-garuk kepala. Masa setiap kali ke kajian, saya musti foto dan unggah di medsos, “Cheeeseee…. Selfie dulu!” sebagai bukti sih?
BACA JUGA:Â Pep dan Zlatan Ibrahimovic
Terus saya bilang, “Itu bukan urusan saya dia mau ngomong apa. Itu urusan dia sama dirinya sendiri hehehee….”
Saya denger-denger, bukannya kepo, karena 2 orang yang datang ke saya itu juga bilang kalau mereka udah ga pernah hadir lagi, kajian yang dia gagas sekarang udah ga jalan lagi. Sementara saya, Allah masih mengizinkan, sampai saat ini, masih diberikan jalan dan kemudahan duduk di majelis ilmu menyimak kajian pada Ustadz. Alhamdulillah.
BACA JUGA:Â Â Ultah
PS.
1. Baik sangka terus sama temanmu.
2. Kalau temanmu nggak ikut satu kebaikan, jangan nyangka dia nggak melakukan kebaikan lain.
3. Kalau kamu seorang teman, kamu akan selalu memberikan pengertian akan udzur temanmu. Itu nomor satu. []