SAYA suka heran mengapa di medsos utamanya, banyak banget yang nyinyir soal kenapa jadi caleg.
Pembukanya berbeda-beda. Mulai dari ngatain sok akrab, sok dekat, jadi sering keliatan sama masyarakat, pencitraan, baliho dan bannner yang ngotor-ngotorin ruang publik, dan lain sebagainya.
Teman, jadi caleg itu bukan sesuatu yang haram dan salah kok. Dilindungi sama Negara, dan agama pun, dalam Islam misalnya, tidak ada yang secara ekspisit dan implisit melarangnya. Just correct me if I am wrong. Pun, kita punya MUI sebagai lembaga resmi untuk menentukan boleh dan tidaknya sesuatu di sekitar kita.
Lagian kan orang jadi caleg juga ga ngerugiin kita secara materi. Orang dia paling nggak dalam waktu 4 bulan menghidupkan sektor ekonomi kok: ada tukang sablon, tukang kaos, percetakan, souvenir atau aksesoris. Bisa dihitung itu jumlahnya ga main-main.
Adapun nanti, itu calegnya berbuat kotor, dan hal lain sebagainya yang bikin hati mangkel dan nggak mendidik, itu urusan lain.
BACA JUGA:Â Â Kang Paket
Mungkin nih ya, yang paling penting adalah mengubah set mental kita: bahwa jadi caleg bukan sesuatu yang hina, bahkan bisa jadi mulia jika dilakukan dengan benar, baik secara administrasi dan utamnya secara syari. Mungkin prosesnya panjang.
BACA JUGA:Â Blok Blok Blok
Mungkin bukan kita yang menjalaninya. Tapi kita harus sama-sama memulainya, karena bisa jadi anak cucu kita yang jadi salah satu caleg itu. Mungkin bukan sekarang. Mungkin itu terjadi 5 atau 10 tahun lagi. Tapi, ayolah mulailah kita sama-sama memberi ruang positif terhadap hal ini.
Nah, kepada bapak dan ibu caleg, apapun hasilnya sekarang ini, Sehat-sehat selalu ya. []