SEBAB-sebab banyak yang tidak ittiba’ kepada Rasulullah.
1. Tidak memahami dalil dengan benar.
2. Tidak mengetahui tujuan syari’at.
3. Menganggap suatu amalan baik dengan akal semata.
4. Mengikuti hawa nafsu semata ketika beramal.
5. Berbicara tentang agama tanpa ilmu dan dalil.
6. Tidak mengetahui manakah hadits shahih dan dho’if (lemah), mana yang bisa diterima dan tidak.
7. Mengikuti ayat-ayat dan hadits yang masih samar.
8. Memutuskan hukum dari suatu amalan dengan cara yang keliru, tanpa petunjuk dari syari’at.
9. Bersikap ghuluw (ekstrim) terhadap person tertentu. Jadi apapun yang dikatakan panutannya (selain Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam), ia pun ikuti walaupun itu keliru dan menyelisih dalil.
Al Bida’ Al Hauliyah, ‘Abdullah bin ‘Abdil ‘Aziz bin Ahmad At Tuwaijiri, hal. 37-68, Darul Fadhilah, cetakan pertama, 1421 H.)
Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,
فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِي فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيْرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّيْنَ الرَّاشِدِيْنَ تَمَسَّكُوْا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُوْرِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
((…karena seseungguhnya barang siapa diantara kalian yang hidup sepeninggalku maka dia akan melihat perselisihan yang banyak. Maka wajib bagi kalian untuk berbegang teguh dengan sunnah-sunnahku dan sunnah untuk Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk. Gigitlah sunnah-sunnah tersebut ka dengan gera. hati- hatilah kalian terhadap perkara-perkara yang baru karena setiap bid’ah adalah kesesatan)) (HR Abu Dawud 4/200 no 4607 in adalah lafal Abu dawud, Al-Hakim 1/174 dan beliau berkata, “Saya adalah hadits yang shahih yang tidak ada ‘illahnya”, Ibnu Hibban 1/180).
“Orang yang mencintai Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam kelak akan dikumpulkan bersama beliau.*
BACA JUGA: Mencintai Rasulullah (1)
Semut berbaris bersama semut, gagak bertengger bersama gagak, dan merpati terbang bersama merpati.
Orang yang mempunyai jiwa dan tujuan hidup yang sama akan saling mencintai dan nyaman duduk bersama. Orang yang memiliki keinginan dan kebutuhan yang sama pun akan nyaman berkumpul bersama.
Sungguh benar sabda Rasulullah Shallaallaahu ‘alaihi wa sallam,
“Ruh-ruh itu bagaikan pasukan yang dihimpun dalam kesatuan. Jika saling mengenal di antara mereka maka akan bersatu. Dan yang saling merasa asing di antara mereka maka akan berpisah.” (H.R. Muslim no. 6376).
Bila jujur, kita akan senang bila berkumpul dengan orang yang kita cintai. Bila kecenderungan jiwanya untuk Islam tentu harapannya berkumpul dengan orang-orang Sholih. Bagaimana bila dikumpulkan dengan Baginda Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam?
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai.”
(HR. Bukhari)
Di hari kiamat nanti, manusia akan dikumpulkan bersama dengan orang-orang dicintainya selama di dunia. Allah Ta’ala mengetahui siapa yang kita cintai, kita perjuangkan, kita kagumi, kita ikuti, dan kita jadikan contoh.
Di akhirat nanti, seseorang akan bersama dengan orang yang dicintainya selama di dunia. Beruntunglah orang-orang yang selama di dunia mencintai Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya. Nabi Muhammad dan para sahabat adalah orang-orang yang jelas masuk surga. Bagaimana jika yang kita cintai selama di dunia adalah orang-orang yang hobi menggosip, atau yang tidak sholat, atau yang pelaku maksiat?
Yang terjadi adalah hanya cinta ketika di dunia, tapi menjadi musuh di akhirat. Nauzubillah.
“Dan hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: ‘Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si Fulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Quran ketika Al Quran itu telah datang kepadaku.” Dan adalah setan itu tidak mau menolong manusia.” (Q.S. Al Furqan: 27-29)
Bagaimana mencintai Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam?’
Secara umum jawabannya kata para ulama ‘Ketika beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam masih hidup, maka kita mencintai jiwa dan raga beliau serta membelanya di dalam memperjuangkan agama Allah Ta’ala.
Dan setelah beliau wafat, maka kita mempelajari sunnahnya, menghidupkannya, mengamalkannya dalam kehidupan kita sehari-hari, dan berusaha mendakwahkannya di atas kesabaran sehingga kebaikan itu menjadi sempurna.
Setidaknya ada beberapa poin kesimpulan dalam mencintai Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam, sebagaimana disebutkan dalam buku mencintai Rasulullah, diantaranya,
1. Mempelajari ilmu syar’i, terutama yang berkaitan dengan sejarah perjalanan hidup Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam guna menumbuhkan wawasan dan kecintaan kepada beliau.
2. Mentauhidkan Allah Ta’ala. Karena Rasulullah diutus untuk menyeru manusia agar mengesakan Allah dan melarang mereka berbuat kesyirikan. Dengan tauhid yang kuat, InsyaAllah mereka akan mudah mendekatkan pada ajaran beliau.
3. Mengikuti ajaran Rasulullah (ittiba’)
4. Memperbanyak shalawat dan salam kepada Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam.
BACA JUGA: Penghormatan dan Tangisan Abu Bakar pada Jenazah Rasulullah
5. Membenci orang yang dibenci Allah dan RasulNya. Memusuhi orang yang memusuhi Allah dan RasulNya. Menjauhi orang yang menyelisihi sunnahnya, dan membenci semua perkara yang menyalahi ajarannya.
6. Mencintai orang-orang yang dicintai Rasulullah. Beliau sangat mencintai istri-istrinya, keluarganya, sahabat-sahabatnya dan seluruh umat islam yang berpegang teguh pada ajarannya.
7. Membenarkan dan meyakini berita-berita yang beliau sampaikan.
8. Melaksanakan ibadah kepada Allah dengan tata cara yang telah diajarkan oleh Rasulullah tanpa ditambah-tambah atau dikurangi.
9. Mencintai Nabi melebih cinta kepada diri sendiri, keluarga, dan semua manusia.
10. Membela selalu ajaran Rasulullah. Di antara cara membela ajaran beliau adalah dengan menghafal, memahami, dan mengamalkan hadis-hadist Nabi shallallahu alaihi wasallam. Begitu pula dengan menghidupkan dan menyebarkan sunahnya kepada masyarakat.
11. Berdoa kepada Allah supaya diberi taufik untuk mencintai Rasulullah. Karena hanya dengan taufikNya kita bisa mencintai Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam.
Wallahu a’lam bi showab. []