“Dan Shalahuddin Al-Ayyubi memenangkan dan membebaskan kota-kota ini.
Dia dikenal baik karena keadilan, berbudi, dan penyayang yang dibanggakan semua zaman.”
Abdul Jabbar Ar-Rahbi
“UMAT kita hari ini kehilangan jalan teladan. Oleh karena itu, mereka wajib mengetahui siapa saja orang yang layak dijadikan teladan. Shalahuddinlah satu tokoh yang layak mereka jadikan teladan di sepanjang masa,” Said Hawwa. Shalahuddin Al-Ayyubi bukan hanya dikenal sebagai pemimpin para prajurit di medan perang tapi ia pun memimpin suatu negeri yang adil, bijak, serta menjadikan rakyatnya aman dan sejahtera. Ia selalu membela kaum yang lemah. Ia diakui sebagai kesatria, baik oleh kawan maupun lawan.
Asal Usul Keluarga
Shalahuddin Al-Ayyubi berasal dari keluarga Kurdi, yang memiliki asal usul dan kedudukan mulia. Mereka dikenal dalam pemerintahan sebagai Daulah Ayyubiyah.
Shalahuddin Yusuf lahir pada tahun 532 H/ 1137 M di benteng Tikrit. Tikrit adalah kota kuno dekat Baghdad. Benteng kota ini dibangun raja-raja Persia lalu kaum muslim berhasil menaklukkannya di bawah pemerintahan Umar bin Khattab pada 16 H. Untuk selanjutnya Tikrit terus di bawah kekuasaan negeri-negeri muslim hingga pemerintahan Daulah Seljuk.
BACA JUGA: Shalahuddin Al-Ayyubi dan Bayi Rampasan
Ayah Shalahuddin, Najmuddin Ayyub bin Syadzi, memiliki hubungan dengan pejabat keamanan pemerintahan Seljuk di Baghdad bernama Mujahiduddin Bahruz. Ia mengangkat Ayyub sebagai komandan benteng Tikrit. Juga ia mengangkat saudara Ayyub, Asaduddin Syirkuh, sebagai pembantunya. Mereka berdua berasal dari desa Dewin, di Azerbaijan. Oleh karena suatu kejadian, Bahruz ingin menyelamatkan mereka, maka ia meminta mereka berdua untuk pergi ke Mosul.
Di Mosul mereka berdua diterima oleh Imaduddin Zanki. Penerimaan baik penguasa Mosul ini karena beberapa waktu lalu mereka pernah menyelamatkan Imaduddin setelah kekalahan melawan pasukan Seljuk di Baghdad.
Najmuddin dan Syikuh serta Shalahuddin dalam perlindungan Imaduddin. Ia menyerahkan urusan pasukan kepada mereka berdua. Ketika Baalbekk tahun 534 H jatuh ke tangan Imaduddin Zanki ia mengangkat Najmuddin Ayyub sebagai gubernur wilayah itu. Shalahuddin menghabiskan masa kecilnya di wilayah Baalbekk. Ia banyak belajar, di antaranya belajar al-Qur’an, lalu berkuda, berlatih perang, jihad, belajar politik dan mengelola berbagai urusan.
Ia tumbuh menjadi pemuda yang tenang, terpelajar, beragama dan unik di Damaskus setelah Nuruddin bin Muhammad Zanki menguasai kota itu. Pada masa Nuruddin ia diberi kepercayaan untuk menduduki jabatan kepala keamanan. Shalahuddin mampu menjadikan wilayah itu aman dan tenang. Masyarakat mengakui hal itu dan mereka bergembira.
Kehidupan Awal di Mesir
Ketika itu di Mesir sering terjadi pemberontakan dan perselisihan antarkelompok, di antara raja-raja Turki, Sudan dan Maghribi. Kelaparan dan berbagai penyakit menular terjadi di mana-mana menggerogoti kekuatan Mesir. Juga pembunuhan terhadap khalifah dan menteri sering terjadi.
Khalifah Fathimiyah tidak mampu mengatasi kekacauan itu. Pemerintahan berada di tangan menteri dan komandan pasukan yang menang. Sering terjadi pembunuhan dan kerusuhan karena urusan pemerintahan di dalam kehalifahan Fathimiyah. Keadaan itu terus berlanggsung hingga Thala’i bin Ruzzik tahun 539 H, tapi ia terbunuh tahun 558 H/ 1163 M. Ia digantikan anaknya, Ruzzik bin Thala’i dan terjadi lagi kekacauan lain.
Perselisihan di dalam pemerintahan Fathimiyah itu dilihat oleh penguasa luar, Nuruddin Mahmud Zanki di Damaskus dan Amalric di Jerusalem. Keduanya ingin menggabungkan Mesir ke dalam kekuasaannya, hanya menunggu kesempatan yang tepat.
BACA JUGA: Parcel untuk Musuh dari Shalahuddin al-Ayyubi
Dalam suatu pemberontakan seorang gubernur Mesir Atas Syawar bin Mujir As-Sa’di mampu mengalahkan Ruzzik dan membunuhnya tahun 1163 M, maka ia menduduki jabatan wazir khilafah Fathimiyah. Namun baru senbentar ia berkuasa, karena perangainya yang buruk, Syahwar diserang satu pemimpin pasukan, Dirgham bin Amir al-Lakhami yang bekerjasama dengan Khalifah Fathimiyah. Syawar melarikan diri ke Damaskus minta bantuan Nuruddin dan ia berjanji akan memebrinya upeti. Semuala Nuruddin bimbang, tapi karena Amalric menyerang Mesir ia pun menyanggupinya.
Untuk menyelamatkan posisi Syawar, Nuruddin mengirim komandan perangnya Asaduddin Syirkuh dan Shalahuddin Al-Ayyubi muda, keponakannya Asasuddin, ke Mesir. Asaduddin mampu dengan cepat mengalahkan Dirgham. Syawar as-Sa’di kembali menduduki jabatan semula sebagai wazir. Namun Syawar tidak menepati janjinya kepada Nuruddin, ia malah bersekutu dengan raja Jerusalem. Dengan terpaksa Asaduddin memeranginya, dan Syawar minta bantuan Amalric.
Asaduddin dan Shalahuddin mampu mengalahkan pasukan Mesir dan pasukan Salib di Bilbeys tahun 1164 M yang memaksa Amalric membuat perjanjian damai. Mesir dikembalikan kepada penduduknya. []
BERSAMBUNG | SUMBER: LUAYDPK