KENAPA Nabi begitu mencintai Khadijah? Mundurlah beberapa waktu sebelumnya. Ketika Muhammad mengikuti perintah Malaikat, membacakan kalimat-kalimat tersebut berulang-ulang di hadapannya. Setelah itu, Malaikat berlalu, meninggalkan Muhammad sendirian. Muhammad panik. Dia terus mengulang-ngulang kalimat-kalimat itu.
Kemudian Muhammad mulai dapat mengendalikan diri. Tubuhnya masih gemetar. Peluh bercucuran. Ia khawatir jika yang baru saja mendatanginya adalah sosok jin.
Bagaimana mungkin?
Keadaan kembalinya tenang. Tapi, ketenangan itu terasa aneh dan menakutkan. Ketenangan yang mengabarkan banyak hal tak masuk akal. Ketenangan yang menyesakkan dada. Muhammad merasa dunia mengecil. Tidak ada seorangpun yang bisa diajak bicara. Hanya dirinya sendiri yang ia ajak bicara.
BACA JUGA: Khadijah Melamar Nabi
Muhammad keluar dari Gua Hira dengan iringan matahari pagi. ia ingin segera pulang ke Mekah, dan langsung menemui Khadijah, istri yang selalu setia menjadi sandaran ketenangan. Saat perjalanan baru sampai di tengah perbukitan tiba-tiba terdengar seruan dari langit.
“Wahai Muhammad, aku adalah Jibril!”
Muhammad menghadapkan wajahnya ke langit. Tiba-tiba ia melihat sosok Malaikat dengan ukuran sangat besar hingga menutup angkasa. Muhammad terpaku. Ia memalingkan wajah. Lalu kembali memandang langit dan sosok Jibril masih seperti sebelumnya. Beberapa saat kemudian sosok itu menghilang.
Muhammad bergegas menuju rumahnya. Tubuhnya masih gemetar.
“Selimuti aku! Selimuti aku! Dekap aku! Dekap aku!” kata Muhammad kepada Khadijah.
Khadijah lalu menyelimuti Muhammad dengan kain tebal, kemudian mendekapnya dengan penuh kehangatan. Yang mengusap-ngusap tubuh Muhammad. Ia khawatir telah terjadi sesuatu yang buruk pada suaminya itu. Dia tidak pernah melihat Muhammad begitu gemetar. Apa yang sedang terjadi? Khadijah bertanya-tanya sendiri. Ia berharap bisa membantu. Ia berdoa kepada Allah agar segera menghilangkan kegelisahan yang dialami suaminya.
Setelah merasa tenang, Muhammad menceritakan perihal yang terjadi pada dirinya. Ia pun membacakan kalimat-kalimat yang ia dengar dari Jibril. Khadijah tampak tenang. Di wajahnya ada kebahagiaan.
“Jangan takut, suamiku!”kata Khadijah seusai Muhammad membacakan Firman. “Kau pasti mampu mengemban semuanya. Engkau orang yang selalu menghormati tamu dan selalu membela kebenaran. Allah tidak akan mempersulit dirimu.”
Khadijah merasa ada kesejukkan yang menelusup ke hatinya. Dia merasa, sesuatu yang selama ini ia tunggu dengan sepenuh cinta telah datang yaitu cahaya kenabian yang pernah ia lihat tanda-tandanya di wajah Muhammad sebelum Muhammad didatangi Jibril. Jelas sudah semua itu bagi Khadijah.
Khadijah mengajak Muhammad menemui Waraqah Ibnu Naufal, untuk menceritakan peristiwa yang terjadi pada Muhammad. Dan Waraqah menuturkan bahwa Muhammad adalah nabi yang selama ini dinantikan kehadirannya. Khadijah betapa bahagia mendengar penuturan Waraqah.
Dengan demikian Khadijah adalah orang pertama yang memeluk Islam, orang pertama yang menjadi sahabat. Ia siap menerima status mulia sebagai seorang istri bagi nabi terakhir.
Khadijah dan Rasulullah hidup dalam kasih sayang. Setiap Rasulullah menerima cacian dan penolakan oleh orang-orang musyrik, Khadijah akan menghibur dan meneguhkan hatinya.
Khadijah ikut bersama Bani Hasyim saat mereka di asing kan di suatu Lembah oleh orang-orang Quraisy. Ia ikut merasakan penderitaan yang menimpa mereka. Ia ikut bersabar bersama mereka hingga akhirnya mereka bebas.
BACA JUGA: 4 Keteladanan Khadijah
Sayang, Khadijah terlalu cepat menghadap Tuhan, sementara Rasulullah masih sangat membutuhkan kehangatannya. Kepergiannya menorehkan kesedihan di hati Rasulullah.
Ia perempuan yang Rasulullah puji sepanjang hidup.
Ia dikenang sebagai istri yang selalu memberikan ketenangan jiwa dan mencurahkan segala yang dimilikinya.
Dari Khadijah, Rasulullah mendapatkan anugerah putra dan putri titik kehadirannya adalah anugerah luar biasa bagi kehidupan Rasulullah.
Tidak ada perempuan yang begitu dikagumi selain Khadijah. []
SUMBER: PUSAT STUDI ISLAM